Title: Winter
Author: Ms Bubble Tea (@icaclrss on twitter)
Cast: Park Chanyeol EXO K
Xi Yue OC
Other casts: Find them by your self
Genre: Romance & Sad
Length: One Shot
Note: Annyeonghaseyo, this is ms bubble tea. Hallo readerdeul!^^ author kali ini meneruskan kisah 4 musim, yappp! Sekarang saatnya winter. Ceritanya masih dengan tokoh yang ada di ‘autumn’. Mohon maaf atas ketidak jelasan alur, typo(s), atau sebagainya^^ ide murni dari pikiran author yang polos ini(?) ok, readerdeul happy reading~~<3
***
Summary: “apa kau menyukai musim dingin?”
“tentu kau?”
“kalau kau suka aku juga suka”
“eh, wae?”
“Karena sedingin apapun salju di musim dingin, asalkan bersamamu aku akan merasa hangat^^”
Author’s pov
Musim gugur sudah usai, butir butir salju mulai turun dan menggantikan tumpukan daun di jalan. Setiap orang memakai pakaian yang lebih tebal dari biasanya, bahkan banyak yang lebih memilih mengurung diri dan melihat butiran putih itu turun dari langit. Ya, melihat awal dari musim dingin
Seorang namja baru saja selesai mengunjungi ‘rumah’ kawan lamanya, ia berjalan menuju parkiran mobilnya dan mencari mobil sport hitam miliknya.
“agashiii! Agashiii!” teriak sebuah suara membuatnya menoleh kebelakang
“ah, ada apa?” tanyanya ramah dengan deretan giginya yang begitu rapi dan terawatt
“barangmu tertinggal di makam tadi” ucap orang itu sambil memberi sebuah kotak coklat muda
“whoa, pabo! Aku hampir saja melupakannya. Untung kau mau memberikannya padaku. Terimakasih adik kecil!^^” ucap namja itu kepada namja kecil dihadapannya dan memberi sedikit uang pada anak itu.
“ini untuk apa agashi?” tanya anak itu polos
“eumm. Anggap saja uang jajan dan sebagai balas budiku padamu. Gomawoyo” ucap namja itu dan segera masuk ke dalam mobil lalu melaju dengan mobil sportnya. Di belakang sana, terlihat namja kecil itu tersenyum riang dan membungkuk mengucapkan terimakasih berkali kali.
Chanyeol’s pov
Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan normal, ya aku sedang tak terburu buru kali ini. haenim bilang café miliknya baru buka sejam lagi dan aku masih punya cukup banyak waktu untuk menikmati perjalanan kali ini. aku? masih mengingatku? Aku park chanyeol. Dan tadi aku baru saja dari makam byun baekhyun. Ya, sudah setahun terakhir ini sejak kematiannya aku selalu berkunjung kesana. Tak banyak yang bisa kulakukan hanya menceritakan apa yang dilakukan oleh haenim dan dia sedang sibuk apa dan sejenisnya. Ya, walaupun terkesan bodoh tapi aku yakin baekhyun sangat senang mendengar cerita ceritaku mengenai yeoja itu.
Kuhentikan mobilku tepat didepan café milik yeoja kesayangan mendiang baekhyun. Kubuka pintu mobil perlahan dan mempererat syalku. Musim dingin tahun ini sepertinya sangat dingin. Kulangkahkan kakiku perlahan saat memasuki café itu dan melayangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan
“mencarinya lagi huh?” tanya seorang yeoja. Tentu saja, haenim
“aaah! Kau mengagetkanku saja!!” ucapku berpura pura kaget sambil mengelus dadaku
“aissh, jangan mengalihkan pembicaraan -_- mencarinya lagi heh?” ucapnya sambil memasang muka ‘aku sangat tahu dirimu’
“ne” ucapku singkat dan langsung duduk disudut ruangan membuat yeoja itu mengekoriku seperti anak bebek.
“oppa oppa” ucapnya dengan suara manja membuatku malas mendengarnya-_-
“yaa! Jangan memanggilku begitu. kau menjijikkan!” ucapku dengan muka sebal tapi lihat? Dia sekarang sedang tertawa penuh kemenangan karena berhasil membuatku kesal
“hahahaha mianhae. Jadi……menu breakfast apa yang ingin kau santap kali ini chanyeollie?” tanyanya sambil mengeluarkan buku catatan untuk mencatat daftar pesanan para pengunjung
“eummm…aku pesan….” Aku baru saja mengalihkan pandanganku dari daftar menu bersiap menentukan menu pilihanku, namun pandanganku terhenti pada seorang wanita yang berjalan memasuki café. Dia terlihat sedikit berantakan dari biasanya. Dari biasanya? Ya aku memang selalu memperhatikannya setiap hari. Tapi lihatlah rambut hitam lurusnya tetap saja jatuh dengan indahnya. Dia duduk tepat di meja depan mejaku. Merapikan dirinya sebentar dan membuka daftar menu sambil memakai headsetnya. Cantik.
“jadi??? Kau pesan apa???” tanya haenim kali ini dengan suara agak keras membuatku tersadar dari lamunanku
“ah? Hah? apa?” tanyaku gelagapan
“jadi kau pesan apa-__________-“ ucapnya lagi
“ah maafkan aku, aku pesan roti panggang dan secangkir kopi saja haenim-ah, mian” ucapku lagi karena merasa bersalah membuatnya menunggu. Dia pun mengangguk mengerti dan segera menghilang dari hadapanku.
Lagi lagi, pandanganku terarah pada yeoja itu. dia masih sibuk dengan headsetnya tapi kali ini sudah ada secangkir kopi atau teh atau entahlah apa itu yang berada di kedua tangannya dan sesekali ia minum sambil menatap lurus ke luar jendela. Cantik. Sangat cantik.
“jangan terus menatapnya begitu nanti dia bisa bisa tak mau datang kesini lagi karena kau” ucap haenim yang baru saja datang membawakan pesananku membuatku menoleh ke arahnya
“mengapa kau bilang begitu?”
“habis kau menatapnya seakan ingin memakannya chanyeol-ah-_-“
“ah jinjja?”
“berkenalanlah dengannya” ucap haenim sebelum pergi dari mejaku dan melayani meja yang lain.
Berkenalan? Benar juga. Semua tidak akan berubah selama aku tidak mengajaknya berkenalan. Tapi apakah ini tidak terlalu klise? Menyukai karena paras cantiknya dan mengajaknya berkenalan lalu kami akan berkencan atau buruknya dia akan menamparku dan mengatai aku namja brengsek karena sudah bersikap seperti seorang stalker. Tapi takkan ada yang berubah jika aku tidak bertindak sama sekali kan? Argh, park chanyeol ada apa dengan dirimu? Apa wanita ini begitu menawan bagimu?
Author’s pov
Namja itu sibuk mengacak acak rambutnya sendiri dan memakan makanannya yang entah kenapa terasa begitu hambar. Sedangkan yeoja yang sedari tadi menarik perhatiannya kini sedang menggerakan sebuah pena diatas kertas putih miliknya. Sketsa, itulah yang sedang ia buat. Berkali kali ia menggoreskan pena itu dengan lembut dan menghasilkan sebuah potret yang begitu nyata. Dari sini sangat terlihat bahwa ia seorang pelukis.
Begitu selesai dengan sketsanya, ia pun membereskan barang barang miliknya dan memasukkannya kedalam tas lalu beranjak pergi dari café itu setelah sebelumnya membayar pesanannya. Haenim yang sedang menjaga meja kasir pun tersenyum pada yeoja itu sebelum ia pergi lalu mengalihkan pandangannya pada chanyeol yang kini bermuka sangat melas karena kehilangan satu lagi kesempatan untuk mengenal yeoja itu
“mau sampai kapan kau begitu terus heh?” ucap haenim dengan cukup keras membuat beberapa pengunjung lain menoleh ke arahnya.
“cepatlah berdiri namja jangkung bodoh sebelum ia pergi jauh-_-“ ucap haenim lagi dan membuat para pengunjung segera tahu pada siapa ia berbicara, ya pada pria jangkung di sudut ruangan bernama chanyeol.
“aishh jangan berteriak teriak begitu aku malu! Baiklah baiklah aku pergi sekarang haenim!” ucap chanyeol dan segera berlari keluar café membuat orang orang tertawa melihat tingkah mereka.
***
Chanyeol terus berlari dan mencari sosok yeoja itu, mungkin sudah cukup jauh dan dia hampir saja menyerah tapi LUCKY! Dia menemukan yeoja itu sedang memasuki sebuah toko alat lukis. Dia pun mengikuti yeoja itu dan mencoba mengatur nafasnya didalam toko
“agashi, anda tidak apa apa?” tanya sebuah suara. Ya, nafas chanyeol persis seperti orang asma saat ini
“n…ne gwen…gwenchana haah haah” ucap chanyeol sambil terengah engah
“jinjja? Syukurlah kalau begitu agashi^^” ucap suara dengan lembut membuat chanyeol segera mengangkat kepalanya untuk melihat siapa sosok yang sedari tadi berbicara dengannya
Chanyeol’s pov
Kuangkat kepalaku untuk melihat dengan jelas siapa yang berbicara denganku sedari tadi. Yang jelas aku tahu sedari tadi aku berbicara dengan seorang yeoja. Begitu kuangkat kepalaku
DEG
Yeoja itu. yeoja yang sama yang selalu kuperhatikan sedang berdiri didepanku dan tersenyum. Cantik. Sangat cantik. Aku benar benar tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang rasanya aku sudah kehilangan pita suaraku dan lupa cara untuk berbicara.
“agashi?” tanya yeoja itu lagi dengan ragu melihatku yang diam saja sedari tadi. Bodoh. Mana mungkin aku bisa berbicara jika ada malaikat seperti ini didepan mataku? /plak
“ah ne, aku baik baik saja!” ucapku sambil tersenyum
“oh syukurlah hehe” ucapnya lalu membalikkan badan bersiap untuk pergi
“chankkamanyo!” teriak ku sambil memegang tangannya membuat dia kaget dan menatapku bingung
“ah….itu…namamu! siapa namamu?” tanyaku dengan ragu ragu.
“Yue, Xi Yue agashi^^ agashi sendiri?”
“chanyeol, Park Chanyeol” ucapku dan dia pun mengangguk mengerti dan melepaskan pegangan tanganku darinya
“mian park chanyeol, aku harus segera pergi. Sampai berjumpa lain waktu ne^^” ucapnya lalu pergi keluar dari toko. Membuatku hampir saja melompat kegirangan, akhirnya aku tahu siapa namanya. Ya, Xi Yue sudah jelas ia seorang berketurunan chinesse bukan? Dan tadi dia bilang apa? Lain waktu? Bukankah itu artinya dia mau bertemu lagi denganku? OMOOOO >/////< Park Chanyeol, you get her!
***
Author’s pov
Angin musim dingin semakin berhembus dengan kencang menemani langit yang gelap saat ini. Yue terus berjalan dan mengencangkan syal serta mengancingkan jaket yang ia pakai untuk menghangatkan tubuhnya. Dia baru saja selesai bekerja, ya dia seorang pelukis yang baru saja memulai karirnya. Dia bekerja dengan temannya Kwan Mei yang juga berasal dari negeri seberang, China. biasanya ia akan berjalan dengan Mei karena mereka satu apartemen tapi tidak hari ini. mei memutuskan untuk menginap di toko mereka karena ingin lembur menyelesaikan sebuah lukisan dan akhirnya yue harus menempuh dinginnya malam(?) sendirian.
Langkah yeoja itu terhenti begitu melihat sekelebat sosok yang terasa familiar baginya. Diapun mendatangi sosok itu
“annyeong” sapa yue lembut. Ya sebenarnya dia tidak tahu pasti siapa namja didepannya
“ah, annye…. YUE?!” teriak namja itu kaget dengan suara beratnya, bingo! Dia chanyeol.
“hai eummm park chanyeol?” sapa yue ragu ragu
“ah ha…hai. Kau sedang apa malam malam begini?” tanya chanyeol
“aku baru saja selesai bekerja, dan kau?”
“eung, aku? sedang malas pulang hehe” jawab chanyeol sambil menunjukkan deretan gigi rapinya dan mencoba menyembunyikan detak jantungnya
“ingin menemaniku mencari makan, chanyeol-ssi?” tanya yue sambil menyunggingkan senyumannya
“tentu saja!” teriak chanyeol semangat membuat orang orang melihat kearah mereka dengan cukup aneh. dan langsung saja chanyeol menutup mulutnya diikuti yue yang tertawa melihat tingkah namja yang baru saja dikenalnya itu.
Chanyeol’s pov
Aku dan yue mencari tempat untuk bersinggah dengan menggunakan mobilku. Tak begitu banyak pembicaraan diantara kami, satu karena aku harus fokus pada jalan dan dua, karena memang kami baru kenal. Tapi aku benar benar tak menyangka di tengah musim dingin begini masih ada keajaiban seperti yang Tuhan berikan padaku saat ini.
“kenapa tersenyum, chanyeol-ssi?” tanya yue dan membuatku sadar aku tadi tersenyum
“ah? Aniyo hehe hanya tak menyangka akhirnya aku mengenalmu dan bahkan sekarang kita sedang mencari makan bersama” ucapku sambil tersenyum ramah padanya
“eh? Akhirnya kau mengenalku? Apakah kau sudah sangat lama melihatku dari jauh heh?” tanyanya usil, sial aku salah bicara! >///< bagaimana ini??? aku mencoba terlihat tenang dan tertawa renyah. Eugh menyembunyikan rasa bahagia itu sulit
“hahahaha actually….yes” ucapku singkat dan mengakhirnya dengan sebuah senyum tipis yang tulus
“mwo? Jinjja? Where Mr. Park?” dia bertanya dengan muka penasaran dan itu membuat dia sangat cute sekarang!
“where? Heuuum in the café. The café that you always visit every morning Ms Xi” ucapku lagi dan dia pun mengangguk
“stalker huh?” ucapnya dengan muka usil
“yaaa! Aku bukan stalker! -_-“
“hahaha iya iyaa maaf chanyeol-ssi”
“jangan memanggilku dengan ‘ssi’ cukup chanyeol saja” ucapku sambil membenarkan posisi dudukku
“eoh, oke… chanyeol….-ah”
“hahaha ok it’s better than ‘ssi’ ms. Xi” ucapku dan tertawa renyah, dia pun ikut tertawa.
Tak selang berapa lama, kami terhenti di sebuah restoran chinesse yang memang sangat recommended. Actually kris, lay, dan luhan selalu membicarakan restoran ini disaat mereka rindu masakan kampung halaman mereka. Aku pun segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Yue, a man’s manner right? Haha B-)
“whoaaa kau tahu tempat ini juga chanyeol-ah?” tanya yue dengan semangat
“tentu saja aku tauuu, 3 orang temanku yang berasal dari chinesse selalu membawaku kesini” ucapku bangga.
“baiklah kalo begitu ayo masuk! Aku sudah sangat lapaaaar~” ucap yue dan segera melenggang masuk ke dalam restoran diikuti olehku.
Yue’s pov
Aku pun duduk disebuah meja yang memang khusus untuk dua orang. Kulihat sekitar ternyata kami dikelilingi pasangan pasangan. Eugh…..aku jadi merasa tidak enak dengan chanyeol. Aku pun melihat dan mencari tempat kosong lain yang mungkin bisa kami tempati
“kenapa?” tanya chanyeol yang sepertinya menyadari aku yang terus menerus grasak grusuk
“a…ah aniyo. Aku hanya mencari tempat lain”
“wae? Disini tidak enak?”
“bukan…..maksudku eung lihat orang orang sekitar kita….” Ucapku terbata dan chanyeol segera melihat sekeliling kami yang memang dipenuhi pasangan pasangan.
“hahahahaha astaga. Calm down yue, tenanglah. Tak apa apa. Apa kau malu terlihat berpasangan denganku huh?” tanya chanyeol sambil memasang muka cemberut. Aigoooo lelaki ini terlihat sangat cute! Ayolah siapa yang tahan lelaki bermuka imut bersuara bass dengan rambut hitam yang menggoda ini?
“bukan begitu….” ucapku sambil tertunduk.
“kalau begitu sekarang lebih baik kita memesan makanan ne?”
“he eum” ucapku dan mulai tenggelam dengan daftar menu yang sudah kupegang sedari tadi.
Tak berapa lama begitu selesai memutuskan pesanan kami dan mengatakannya pada waiter kami sibuk dengan pikiran masing masing, sebenarnya hanya chanyeol karena pada kenyataannya sedari tadi yang kulakukan hanya melihat dia yang sibuk menopang dagunya sambil menatap keluar jendela. Apa yang dia pikirkan?
“kau merasa dingin tidak?” tiba tiba dia bertanya dan membuatku sedikit kaget
“mwo?” ucapku
“dingin. Apa kau tidak merasa dingin? Disini sangat dingin!! Eoooh aku lupa memakai jaketku.” Ucapnya sambil menggosokkan kedua tangannya mencoba mencari kehangatan.
“kau mau kemana?” tanyaku melihat dia berdiri dari bangkunya
“aku hanya ingin mengambil jaketku. Tunggu disini” ucapnya lalu pergi keluar restoran. Kuperhatikan postur tubuh milik namja itu. dia sangat tinggi dan kakinya sangat panjang. Euh lihatlah bagaimana bidangnya dan bagusnya badan milik namja itu. tidakkah aku beruntung bisa mengenalnya dan bahkan menikmati makan malam bersama dengannya?
Tanpa sadar aku tersenyum dan tertawa menyadari betapa beruntungnya aku malam ini. tak berapa lama pesananku dan chanyeol sudah datang disusul dengan chanyeol yang duduk lagi dihadapanku dengan jaketnya.
“sudah hangat sekarang?” tanyaku sambil menyesap sedikit hot chocolate yang kupesan
“not yet. Akan lebih hangat jika seseorang memelukku sekarang, misalnya……kau?”
UHUK
Aku terbatuk dengan cukup keras. Aku tersedak.
“yaaa! Apa kau baik baik saja?” tanya chanyeol panik sambil menepuk nepuk pundakku. Aku pun mengangguk dan mengatur nafasku
“aku baik baik saja… mian” ucapku
“haaah syukurlah. Kau kenapa?”
Oh bagus sekarang dia bertanya aku kenapa. Apa aku harus menjawab karena dia mengatakan aku untuk memeluknya lalu aku menjadi deg degan dan tersedak? Not cool Yue. Not cool.
“euummm tadi aku melihat namja yang kusuka…..bersama gadis lain” jawabku asal. Sialan. Kebohongan macam apa yang baru saja kuucapkan? Mana mungkin aku melihat namja yang kusukai, memikirkan untuk menyukai seorang namja saja aku belum mau.
“oh begitu” ucap chanyeol lalu diam menutup mulutnya rapat-rapat. Eum jangan bilang dia cemburu? Aish! Jangan bermimpi yue, namja setampan ini mana mau denganmu.
Chanyeol’s pov
“euummm tadi aku melihat namja yang kusuka…..bersama gadis lain” jawab Yue atas pertanyaanku.
DEG
Aku merasa hatiku seperti ditusuk. Namja yang dia sukai? Ternyata dia sudah memiliki orang yang ia sayangi.
“oh begitu” singkat. Hanya dua kata itu yang mampu kuucapkan sekarang. Entahlah aku langsung kehilangan selera makanku. Kutatap yeoja dihadapanku itu dengan……ah aku bahkan tak mengerti apa yang sedang kurasakan sekarang.
Setelah itu tak ada lagi obrolan diantara kami, aku sibuk mengaduk aduk makananku dengan malas sedangkan yue? Ya dia makan dengan sangat lahap. Bahkan ia tidak sadar ada remah makanan yang menempel disudut bibirnya
“pfttt” aku tak sanggup menahan tawaku melihatnya makan berantakans eperti itu
“eh? Kenapa kau tiba tiba tertawa?” tanyanya sambil memasang muka bingung. Aku pun memajukan kursiku agar bisa menggapainya. Kugunakan ibu jari tangan kananku dan menghapus remah makanan di sudut bibirnya
“makanlah dengan perlahan dan benar, aku tak mau kau tersedak. Ara yue-ah?” ucapku lembut lalu menjauhkan ibu jariku darinya. Yang bisa kulihat jelas sekarang dia mematung menatapku tak percaya.
Oh baiklah…aku juga baru saja tersadar dari apa yang sudah kulakukan!! Aku pun segera menunduk malu dan mencoba mengendalikan detak jantungku yang sudah tak beraturan sama sekali. Tuhaaaan, aku takkan mati sekarang kan?
“mi…mian…” ucapku terbata dan masih menunduk. Takut dia akan marah karena aku sudah berbuat lancang padanya padahal kami baru saja saling kenal.
“pfttt…gwenchana chanyeol!” ucapnya sambil tertawa membuatku harus dengan susah payah menyembunyikan semburat merah diwajahku. Alhasil aku pun kembali melanjutkan acara makanku yang setengah terpaksa. Gadis ini, dia benar benar tak bisa kutebak, setiap ucapan dan ekspresinya selalu bertolak belakang dengan apa yang kubayangkan.
Begitu kami selesai makan, kami pun melanjutkan perjalanan(?) kami. Entah kenapa hari ini jalanan sangat padat, dengan kata lain macet. Alhasil aku semakin tak tahu harus membicarakan topic apa dengan Yue. Kutatap yeoja disampingku itu dan melihat dia yang asyik dengan iphone-nya.
“smsan dengan namjachingumu ne?” tanyaku asal
“eh?”
“kau, sedang smsan dengan namjachingumu?” tanyaku sambil tak melepaskan pandanganku dari jalan.
“ani. aku tak punya pacar chanyeol-ah hahaha” jawabnya dengan senyum sumringah, hey jangan tersenyum begitu kau justru membuatku merasa diberi kesempatan.
“oh begitu hehe” ucapku yang tak tahu harus menjawab apa lagi. Suasana sangat canggung
“kalau kau? Apa yeojachingumu takkan marah kalau dia tahu kau menemani yeoja lain?”
“eumm? Aku? hahaha aku juga tak punya pacar Yue” jawabku sambil tertawa. Ya, karena yang kuinginkan menjadi pacarku itu kau.
“eoh? Benarkah?”
“ne… eummm…”
“wae?”
“Yue-ah, kau percaya cinta pandangan pertama tidak?” Oh Park Chanyeol, kendalikan dirimu. Ini bukan waktunya dan kau sangat tahu itu
“aku? sejujurnya, aku takut untuk jatuh cinta chanyeol…”
Seketika itu hatiku seperti diketuk. Untuk pertama kalinya kudengar nada bicara yang penuh kesedihan dari Yue. Kualihkan pandanganku dan menatap yeoja itu, dia tertunduk dan sorot matanya sayu. Ada apa denganmu yue? Apa ada sesuatu yang menyakiti hatimu?
“….kenapa?” tanyaku ragu ragu takut ini menyangkut privasi.
“haruskah aku mengatakannya padamu?”
“kalau kau berkenan, kalau tidak ya aku bisa memakluminya Yue”
“akan kuceritakan, akan kuceritakan jika kau sudah bisa menjawab pertanyaan dariku” ucapnya sambil tersenyum.
“apa?”
“hal yang kupertanyakan adalah sesuatu yang dingin namun menghangatkan”
“apa itu?”
“kuberi kau waktu 3 hari untuk mencari jawabannya, setelah itu kau bisa menelfonku” ucapnya sambil memberikan sebuah kertas berisikan nomor telfonnya. Aku pun tersenyum dan mengambilnya, segera setelah itu dia keluar dari mobilku dan membungkuk.
Well, kurasa aku sudah selangkah lebih maju kan? Dari yang tidak tahu apa apa sekarang menjadi saling kenal satu sama lain. Sekarang masalahnya adalah aku harus tahu apa maksud dari pertanyaan Yue tadi.
***
#3 hari kemudian
Author’s pov
Seperti biasa, haenim membersihkan setiap sudut cafenya tapi kali ini dia merasa benar benar terganggu. Ya, siapa lagi yang hobi datang pagi pagi dan sudah duduk manis di café miliknya kecuali Chanyeol
“yaaa! Haenim-ah ayolah bantu akuuuu!” ucap chanyeol entah untuk keberaparatus kalinya.
“aish, kenapa berisik sekali sih? Kenapa tidak kau cari saja di internet apa jawabannya!” ucap haenim ketus. Dia benar benar kesal dengan kebawelan chanyeol 3 hari ini
“tidak ada! Ayolah bantu akuuu!! Kepalaku rasanya sudah panas” ucap chanyeol sambil berakting memegangi kepalanya dan kesakitan.
“kepalamu panas? Gunakan saja es untuk mendinginkannya” ucap haenim asal.
“YAAA! Terlalu banyak es itu justru membuat panas tau!” ucap chanyeol sebal
“mwo?”
“ya coba saja kau pegang salju diluar sana tanpa menggunakan sarung tangan, pasti tanganmu akan terasa hangat bahkan panas!” ucap chanyeol panjang lebar dengan sebal. Namun seketika itu juga raut muka chanyeol berubah.
“ITU DIA!!!!” teriak chanyeol dengan senang dan berdiri dari bangku membuat haenim hanya menghela nafas pasrah melihat tingkah temannya yang tak beda dengan anak berumur 7 tahun
“apanya yang itu dia heh?”
“HAENIM AKU SUDAH MENEMUKAN JAWABANNYAAA!!! YEAAY! AKU PERGI SEKARANG YAAA” ucap chanyeol dengan berteriak teriak dan Cuma bisa dibalas dengan senyuman dari haenim
“semoga berhasil chanyeollieee!” teriak haenim agar terdengar chanyeol yang sudah berada dalam mobil.
Chanyeol’s pov
Aku segera mengeluarkan iphoneku dan menekan tombol ‘call’ pada nomor yang sudah lama ku simpan di iphoneku. Tak berapa telfon pun dijawab
“yeoboso…” ucap suara di sebrang sana dengan lemah. Membuatku sedikit kaget
“yeoboso….yue?” tanyaku karena ragu apa aku menelfon orang yang salah atau tidak
“ah… apakah ini kau park chanyeol?” tanyanya lagi. Sial, kenapa suara dia sangat pelan begini? Apa dia sedang sakit?
“kau dimana yue?”
“aku? eung…kenapa?”
“aku sudah tahu jawaban dari pertanyaanmu, dan aku ingin mengatakannya padamu sekarang. Kau dimana?”
“aku di rumah sakit xxx…” ucapnya dengan lemah
“uhuk! Uhuk! Uhuk!” kudengar yue terbatuk-batuk dan itu sukses membuatku panik. Aku pun segera menyalakan mesin mobilku.
“yue! Tunggu disana! Aku akan kesana!!” teriakku dan segera mematikan telfonku lalu memperkencang laju mobilku menuju rumah sakit.
Selama perjalanan pikiranku sama sekali tidak fokus, aku masih terus bernegative thinking membayangkan apa yang dilakukan gadis itu dirumah sakit hingga terbatuk batuk begitu. apa dia sakit? Ya apapun itu aku harus segera menemuinya! Firasat buruk mendatangiku.
***
#Rumah Sakit
Aku segera bertanya pada suster kamar dengan pasien bernama Xi Yue, beruntung suster itu langsung tahu tanpa perlu mengecek di data rumah sakit. Aku pun berlari kekamar 207. Kamar tempat yue dirawat, kubuka pintu dan segera berlari kedalam.
“Yu….yue…” ucapku terengah engah, ternyata berlari dari parkiran cukup melelahkan. Kulihat yeoja dihadapanku sedang terbaring lemah dan menoleh kearahku sambil tersenyum
“annyeong chanyeol” ucapnya. Pucat, raut wajahnya sangat pucat.
“kau??? Kenapa kau disini??? Kau sakit?” pertanyaan itu keluar dari mulutku, aku panik, aku bahkan sudah lupa rasa lelah karena berlari tadi.
“tenanglah park chanyeol, duduklah” ucapnya sambil menyuruhku duduk disamping tempat ia terbaring. Aku pun menurut dan duduk disampingnya. Tuhan, lihatlah tangannya yang begitu kurus padahal baru 3hari tapi kenapa kau sudah berubah seperti orang mati begini?
“yue..”
“tunggu, sebelum aku menceritakannya berikan dulu jawaban dari pertanyaanku 3 hari yang lalu chanyeol-ah” ucapnya sambil tersenyum
“ah ne, jawabannya….salju” ucapku dengan ragu ragu
“hoaaa daebak! Bagaimana kau bisa tahu hem?” tanyanya lagi lagi dengan senyum namun dapat kulihat jelas raut mukanya yang lemah.
“hem tebakan yang beruntung? ^^” jawabku mencoba menyunggingkan senyumku walau sejujurnya aku benar benar sedih melihat kondisinya yang seperti ini.
“begitukah? Hihi kalau begitu aku akan menceritakan apa yang sudah kujanjikan padamu chanyeol” ucapnya sambil mencoba duduk, dia terlihat kesulitan segera aku menggenggam tangannya dan menopang punggung kecilnya yang terlihat lemah itu.
“gomawo…” ucapnya sambil tersenyum dan kujawab dengan anggukan. Kumohon Tuhan, apapun yang akan dia ceritakan padaku bukan merupakan hal yang buruk.
Yue’s pov
Chanyeol membantuku duduk, penyakitku memang sangat menyulitkan. Tubuhku menjadi lemah dan rambutku mulai rontok lagi akhir akhir ini. aku pun menatap wajah namja disampingku dengan gusar. Gusar karena aku takut dia akan menjauhiku begitu tahu penyakitku ini dan takut dia akan merasa sedih, tapi aku sudah berjanji.
“chanyeol, berjanjilah begitu selesai mendengarkan ceritaku kau tak boleh bersikap aneh padaku”
“apa maksudmu?” tanyanya dengan bingung
“berjanjilah”
“ne, aku berjanji yue-ah. Ada apa?”
“kau tahu kan saat aku menjawab aku takut dengan hal yang bernama cinta chanyeol?” chanyeol hanya diam dan mengangguk. Aku pun menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ceritaku
“aku sakit. Aku takut untuk merasakan cinta karena aku takut aku akan menyakiti orang yang kucintai nanti. Aku tak mau suatu saat aku meninggalkannya tiba tiba karena penyakitku. Kau tahu aku sakit apa chanyeol? Aku…….leukimia………dan dokter sudah memvonisku hanya bisa bertahan hingga awal musim dingin tahun ini” kuseka sedikit air mataku, aku tak mau menangis. Aku tak mau menangisi keadaanku lagi.
“aku sangat takut bahkan untuk menghadapi kenyataan bahwa sekarang sudah musim dingin, aku takut jika aku tertidur nanti aku takkan pernah terbangun lagi. Bagaimana….bagaimana jika tibatiba semua menjadi gelap dan aku sendirian? Bagaimana jika aku sudah terlanjur menyukai seseorang dan aku harus pergi??” ucapku lagi, tubuhku bergetar. Aku menangis dalam diam. Chanyeol menatapku tak percaya, aku tahu dia pasti sangat kaget dengan apa yang baru saja kuceritakan.
Chanyeol berdiri dari tempat ia duduk, menarik tanganku dan melingkarkannya dipinggangnya, menenggelamkanku dalam pelukannya. Tak ada kata yang ia ucapkan, dia hanya memelukku dan mengusap punggungku mencoba memberi kekuatan. Tak berapa lama dia merenggangkan pelukan kami dan menatapku
“takkan ada yang mengambilmu, kau akan bertahan hingga akhir musim dingin bahkan hingga musim dingin terakhir di dunia ini. aku akan menjagamu dan takkan membiarkanmu pergi dariku. Tenanglah yue tenanglah” ucapnya lembut lalu
Chuuu
Dia mengecup keningku dengan sangat amat lembut. Hangat, dan menenangkan. Hanya dua hal itu yang dapat kurasakan sekarang. Kupejamkan mataku sebentar meresapi tiap sentuhan chanyeol yang menghangatkan dan begitu kubuka mataku, aku tahu….getaran itu sejak awal aku mengetahui namanya, aku tahu ada desiran yang berbeda dan semakin besar. Aku tahu bahwa aku sudah jatuh cinta padanya. Maafkan aku Tuhan, manusia berpenyakit ini tak bisa mengendalikan perasaanya. Maafkan aku, maafkan aku karena sudah jatuh cinta pada lelaki ini.
***
#3hari kemudian
Author’s pov
Hari ini, namja itu tidak datang ke café milik haenim seperti biasanya. Bukan karena ia tak mau hanya saja ada hal yang lebih penting baginya sekarang. Dia harus menjemput yeoja kesayangannya di rumah sakit. Ya, hari ini Yue akan pulang dan entah bagaimana caranya ia diperbolehkan pulang oleh dokter yang jelas Chanyeol takkan membiarkan yeoja itu pulang sendiri.
Setibanya di rumah sakit, chanyeol segera menuju kamar 207-tempat yue berada. Ia pun membuka pintu tanpa sungkan
“annyeong” sapa chanyeol sambil membuka pintu
“ah, chanyeol? Sudah datangkah?” tanya seorang yeoja dihadapannya. Tubuhnya sangat kurus dan rambutnya kini semakin tipis. Chanyeol mendekati Yue dan mengelus puncak kepala yeoja itu dengan lembut
“tentu, aku tak mau telat untuk menjemputmu pulang^^”
“hehe gomawo. Kalau begitu bagaimana jika kita berjalan jalan hari ini?” tanya yue dengan sumringah
“eh? Ani ani. kau harus istirahat”
“aishhh kenapa pelit sekali sih” ucap yue sambil menggembungkan pipinya dan mempoutkan bibirnya.
“yaaa yaaa jangan begitu” ucap chanyeol yang gemas dengan tingkah yeoja didepannya
“kalau begitu temani aku jalan-jalan ara?” tanya yue lagi, lebih kepada memohon sekaligus memerintah ditelinga chanyeol. Namja itu hanya pasrah dan mengangguk membuat yue tersenyum sumringah. Chanyeol? Tentu saja dia ikut tersenyum. Jangan tanyakan apa status hubungan mereka sekarang, yang jelas chanyeol akan melakukan apapun asalkan itu untuk yue, dan yue? Dia akan menghabiskan seluruh hidupnya dengan chanyeol kurasa.
Chanyeol’s pov
Aku menyetir mobil dengan kecepatan normal dan sesekali melihat yue yang sibuk dengan iphone-nya. Sepertinya dia menemukan hal menarik disana.
“melihat apasih? Senang sekali sepertinya” ucapku penasaran
“eummm apa yaaa” jawab yue dengan muka usil, sial dia sedang mempermainkan aku sepertinya-_-
“yaa aku serius”
“hehehe hanya melihat foto foto sungai han” ucapnya sambil terkekeh
“kau ingin kesana?” tanyaku, menebak sebenarnya. Daripada kami tak ada tujuan seperti ini kan
“eh? Kau mau menemani? AYOOOOO!!!” teriaknya dengan heboh dan aku hanya bisa memasang muka -_- kenapa gadis ini sangat ketebak heh? Atau aku yang memang sudah memahaminya? Kkk~ :p
Aku pun segera mengarahkan mobilku kearah sungai han, pada musim dingin seperti ini apa yang bisa kita lihat disungai han? Entahlah yang jelas yue menginginkannya maka aku memberinya. Sesimple itu. alasannya? Aku tahu waktu yue takkan lama lagi, bukannya aku pesimis tapi jika kalian melihatnya langsung maka kalian akan tahu. Sesungguhnya aku sudah menangisi gadis ini berkali kali, takut ya aku terlalu takut membayangkan dia takkan berada disisiku lagi.
“chanyeol? Kenapa bengong?”
“e…eh mwo?” ucapku begitu tersadar dari lamunanku.
“kita sudah sampai dan sedari tadi kau hanya melamun menatap lurus kedepan. Apa kau sudah ada janji?” tanya yue sambil memasang muka bingung, cute sekali!
“hahaha ani, aku hanya sedikit ada masalah dengan waktu tidur jadi tadi aku pusing sedikit. Ayo kita turun” ucapku dan segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk yue
“gomawo” ucapnya sambil tersenyum. Segera setelah itu aku menggandeng tangan yue dan menyesuaikan kecepatanku berjalan dengannya, ya dia semakin sulit untuk bergerak akhir akhir ini tubuhnya melemah dan aku harus bisa menyesuaikan diri
Tak berapa lama setelah menikmati pemandangan yang entahlah sudah tertumpuk salju semua, kami memutuskan untuk duduk di sebuah bangku. Yue menyandarkan kepalanya dipundakku, aku reflek merangkul pundaknya yang entah sejak kapan terasa begitu ringkih…
“eoh kau genit!” ucap yue membuatku kaget
“eh???”
“kau merangkulku, memangnya kau namjachinguku huh?” ucapnya sambil memasang muka sedikit sebal dan aku pun segera menarik tanganku
“mian…” ucapku sambil menunduk, ya status kami yang tak jelas ini juga menjadi bebanku. Maksudku ya masa aku harus menggandeng, memeluk hanya sebagai teman??? Aku menyukainya!!! Aku mencintainya….
“aishhh, jangan sedih begitu eoh aku hanya bercanda pabo hahaha” ucap yue sambil tertawa dan segera menarik tanganku lalu menaruhnya dipundaknya lagi. Gadis ini benar benar ajaib! Aku pun tersenyum dan mengelus puncak kepalanya lembut.
“……”
Diam, tak ada obrolan diantara kami berdua. Ya Tuhan, bisakah kau berhentikan waktu sekarang? Aku hanya ingin menikmati waktuku bersama yue, bisakah kau tidak mengambilnya tahun ini? bisakah kau membiarkannya hidup bersamaku untuk waktu yang lebih lama? Bisakah…..bisakah aku menggantikan posisinya?
“chanyeol…” ucap yue dengan lemah membuatku lagi lagi segera tersadar dari lamunanku
“wae?” tanyaku
Yue’s pov
Kusandarkan kepalaku di pundak chanyeol dan menikmati pemandangan sungai han, tak ada obrolan diantara kami. Tuhan….biarkanlah aku merasakan waktu yang lebih lama dengan namja disampingku ini. biarkanlah kami berbahagia untuk waktu yang lebih lama. Tuhan, bolehkah aku mengatakannya? Bolehkah aku mengatakan yang selama ini kurasakan padanya? pantaskah aku Tuhan?
“chanyeol…” panggilku dengan lemah, sepertinya udara musim dingin diluar membuatku semakin lemah
“wae?” tanyanya
“ada sesuatu… yang ingin kuberikan padamu”
“apa?”
Kuambil sebuah buku sketsa yang sudah lama ku isi dengan sketsa sketsa lukisan yang kubuat sendiri. Kuserahkan buku itu pada chanyeol. Dia menatapku dengan bingung
“apa ini?” tanyanya begitu menerima buku itu dariku
“itu untukmu, berjanjilah kau tidak akan membukanya sekarang. Bukalah saat kau sedang sendirian dirumah”
“eh? Wae?”
“yaaa pokoknya lakukan saja ara?” ucapku sedikit memaksa
“heeemmm ok” ucapnya lalu tersenyum “gomawo” lanjutnya. Aku pun mengangguk. Lagi lagi kami terdiam. aku tak suka keadaan begini
“chanyeol”
“wae???”
“apa kau menyukai musim dingin?” tanyaku sambil tetap menatap lurus kedepan. Pertanyaan yang sangat aneh mungkin.
“tentu kau?” jawabnya yang justru balik bertanya padaku
“kalau kau suka aku juga suka” ucapku sambil menyunggingkan senyumku.
“eh, wae?”
“aku tahu jawabanku ini akan sangat aneh tapi karena sedingin apapun salju di musim dingin, asalkan bersamamu aku akan merasa hangat^^” jawabku lagi
GREP
Seketika itu juga, chanyeol menarikku ke dalam pelukannya. Memelukku dengan erat seakan tak memberiku ruang untuk menolaknya walaupun tak terbesit diotakku untuk menolak pelukannya.
“chanyeol…kenapa?” tanyaku yang masih bingung dengan tindakannya walaupun jujur aku menikmatinya
“…..” diam chanyeol hanya diam. Tibatiba baru kusadari tubuhnya bergetar, kurenggangkan pelukan kami dan menatap wajah namja jangkung dihadapanku. Betapa terkejutnya aku melihat apa yang sedang namja itu lakukan
“kau…menangis?” tanyaku dan dia hanya tetap diam mencoba menahan setiap air mata yang sepertinya sudah siap keluar dari mata indahnya itu.
“a…ani”
“bohong. Kenapa chanyeol?” tanyaku yang khawatir pada namja dihadapanku ini
“ani. aku tidak apa apa”
“chanyeol!” ucapku dengan sedikit kesal karena dia tak mau bercerita padaku
“…………aku tak mau kehilanganmu” ucapnya lalu tertunduk, seketika itu juga aku terdiam. Apa yang baru saja kudengar? Aku tak salah dengar kan?
“a…apa?”
“aku tak mau kehilanganmu, Xi Yue”
“tapi…”
“karena itu, jadilah yeojachinguku” ucap chanyeol sambil menatapku dengan lurus membuatku tenggelam pada tatapannya.
Chanyeol’s pov
Kata kata itu mengalir dengan sendirinya dari mulutku, entahlah mungkin Tuhan menyuruhku untuk mengatakannya sebelum aku menyesal, sebelum semua terlambat. Kutatap lurus yeoja dihadapanku menuntut jawaban dari apa yang baru saja kuungkapkan padanya.
“chanyeol…. Tapi….” Ucapnya dengan lemah dan ragu ragu. Aku tahu Yue, aku tahu.
“kumohon jawab sesuai dengan perasaanmu, jangan pikirkan yang lain. Kumohon” ucapku sambil memegang kedua pundak kecilnya dengan lembut
“chanyeol tapi aku tak bisa” ucapnya lagi dengan lemah.
“yue, tak bisakah kau menjawab dengan apa yang selama ini ada dihatimu? Tak bisakah kau hanya melihat kearahku dan melupakan semuanya untuk sementara waktu?”
“kau takkan mengerti….kau dan aku sama sama tahu chanyeol, aku….uhuk!” seketika itu juga yue terus batuk dan tak berhenti. Lalu tibatiba ia pingsan. Mukanya sangat pucat aku pun menjadi sangat panik
“yaaaa!! Yueee!! Kau kenapa!! YUEEE!!!” teriakku panik dan beberapa orang melihat kearah kami, aku pun segera menggendongnya dan membawanya kerumah sakit. Sial! Aku tahu harusnya ia belum boleh pulang dari rumah sakit! SHIT!
***
Aku hanya duduk dan terus berdoa dari luar ruangan, berharap yeoja bodoh itu baik baik saja. Sudah satu jam dan dokter belum keluar. Sialan, aku semakin negative thinking dibuatnya. Namun tak berapa lama dokter pun keluar
“DOK!!! Bagaimana keadaan yue?” tanyaku dengan spontan dan sedikit berteriak membuat dokter itu kaget sepertinya. Mian dokter…
“ah, anda kerabatnya? Dia sudah agak baikan tapi tolong jangan membawanya keluar seperti tadi kondisi tubuhnya semakin melemah. Maafkan saya, saya tak bisa menjamin apa apa pada anda. Permisi” ucap dokter itu lalu pergi.
Apa katanya? Tak bisa menjamin apa apa padaku? Apa itu artinya dia sudah menjudge kapan yue akan meninggalkanku? Sialan, tahu apa dia? Dia pikir dia Tuhan? Aku pun segera melangkahkan kakiku masuk kedalam ruangan. Ruangan yang sama, ruang 207 tempat yue dirawat sebelumnya
“annyeong” sapa yue dengan lemah
“hey, kau sudah baikan?” tanyaku sambil duduk disampingnya dan menatapnya. Oh Tuhan kenapa dia semakin pucat?
“sedikit, tenanglah aku sudah tidak apa apa.” Ucapnya sambil tersenyum
“arasseo. Baguslah. Eunggg….” Aku tak bisa berbicara, entahlah rasa takutku semakin besar. Rasa takut bahwa dia akan pergi sebentar lagi.
“chanyeol, mianhae”
“eh? Wae?”
“mianhae aku tak bisa memberimu kebahagiaan yang seharusnya kau dapatkan. Mianhae karena aku baru saja membuatmu panik. Mianhae karena aku terlalu lemah. Mianhae aku membuatmu menangis. Mianhae…” ucapnya sambil terisak pelan, dia menangis. Aku pun segera menggenggam tangannya lembut
“kau tak perlu minta maaf, aku melakukan ini semua karena aku ingin bersamamu yue. Kalau kau merasa lemah maka biarkan aku yang menguatkanmu yue”
“aku takut….aku terlalu takut bahkan untuk sekedar menyadari semua ini sejak awal chanyeol…” ucapnya sambil terisak, aku pun segera menatapnya menunggu ia melanjutkan perkataannya
“aku tahu, sejak awal sejak pertama aku tahu namamu aku tahu semua sudah berbeda. Mianhae aku selalu tak berani mengakuinya, mianhae aku takut untuk menunjukkannya. Tapi sekarang, aku tak mau menyesali semuanya chanyeol. Aku….aku mencintaimu….maaf…hiks maafkan aku maafkan aku karena semakin membebanimu dengan perasaanku maaf….” Ucapnya sambil menangis. Kutatap yeoja dihadapanku itu aku pun menariknya ke dalam pelukanku.
“uljima…jebal. Aku tak apa apa, aku tak pernah menganggapmu bebanku, tak pernah sekalipun terbesit diotakku. Kau tahu? Aku tak pernah menyesal mencintaimu Xi Yue, aku bahagia karena aku bisa dekat denganmu dan menjagamu. Jangan pernah kau berasumsi seperti itu, aku menyayangimu dan aku ingin menghabiskan waktuku denganmu. Jangan meminta maaf karena tak ada yang perlu dimaafkan, tak ada yang salah dengan ini semua yue” ucapku lalu mengecup puncak kepala yue dengan lembut. Tuhan…..seandainya mukjizat itu ada sekali ini. kumohon
“gomawo…gomawoyo untuk semuanya park chanyeol. Kau berjanji akan selalu berada disisiku?”
“janji^^” ucapku sambil mengaitkan kelingkingku ke kelingkingnya yang kecil, dia tersenyum. Senyum tercantik dari seorang Xi Yue yang pernah kulihat.
“kalau begitu aku mau tidur sekarang, kau temani aku ne?” pintanya yang lebih terdengar seperti ucapan terakhirnya bagiku.
“tentu saja tuan putri” ucapku dan segera menggenggam tangannya, perlahan dia memejamkan matanya. Kalian tahu? Sejujurnya ingin sekali aku melarangnya memejamkan matanya sekarang, ingin sekali aku memaksanya untuk tetap membuka matanya dan menghabiskan waktunya denganku tanpa sekalipun membiarkan dia tertidur. Kenapa? Karena aku tahu…..aku sangat tahu…..
Tak butuh waktu lama hingga genggaman tangan itu terlepas, hingga hembusan nafas itu berhenti, hingga alat sialan itu hanya menunjukkan garis lurus. Sekarang kalian tahu? Ya, karena aku sudah menyadari semuanya. Karena inilah saat saat terakhir yue….
Aku menangis, memeluknya dengan erat. Ya Tuhan, apakah ini hukumanmu padaku? Apa salahku? Apa salah yeoja ini? aku terus memeluk yue yang sudah tenang dan pergi ke tempat dimana aku tak bisa menggapainya. Yeoja kesayanganku, yeoja cinta pertamaku……Xi Yue, mianhae aku tak bisa melindungimu. Mianhae aku tak memberanikan diri untuk mengenalmu lebih awal, padahal sudah lama aku memperhatikanmu. Mianhae…mianhae karena aku mencintaimu dan membuatmu mencintaiku juga. Mianhae. Hanya kata itu yang terus terulang ulang diotakku. Penyesalan? Ya, aku menyesal.
Aku teringat akan buku sketsa yang tadi diberikan Yue padaku, kutatap buku itu dengan nanar. Bolehkah aku membukanya sekarang yue? aku pun membuka buku sketsa itu. halaman pertama, berisikan sebuah tulisan bahwa buku itu milik Xi Yue, dan halaman kedua….
“desiran itu datang sejak aku melihatmu untuk pertama kalinya, senyummu, matamu yang besar dan indah, rambut hitammu yang jatuh dengan bagusnya. Aku akui, aku tertarik”
Itulah isi halaman kedua dan disana terdapat lukisan……..ku? lukisanku???? Disana terlihat aku yang sedang menyesap secangkir minuman, yue? apakah selama ini kau melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan? Hatiku tergetar, kau tahu Yue kau sangat jahat. Sekarang aku harus melihat semua hingga halaman terakhir.
Halaman ketiga
“Pagi ini dia terlihat sedikit pucat, kantung matanya cukup besar. Kau tahu kau terlihat sangat cute bahkan disaat seperti ini”
Saat itu aku memang kurang tidur karena aku harus mengerjakan banyak sekali tugas kuliahku. Bagaimana kau bisa menggoreskan sebuah pensil untuk menghasilkan lukisan se-real ini yue? kubaca setiap halaman. Yue menuliskan satu kalimat di tiap lukisannya yang menggambarkan diriku. Kuhela nafasku panjang, mataku terhenti di halaman terakhir. Disana, terlukis aku sedang duduk di kursi taman rumah sakit. Tidak, bukan lukisan ini yang membuatku terhenyak bahkan sampai merasa sesak, tapi sebuah caption di dalamnya
“Tuhan, tak pernah kulihat lagi guratan ceria diwajahnya. Semenjak dia tahu aku seperti ini dia selalu bermuka muram, Tuhan izinkan dia mendapatkan kebahagiaannya dan jangan biarkan dia menganggap kebahagiaannya adalah aku. Tuhan, tahukah kau bahwa namja ini namja yang paling berharga untukku? Aku tak perlu balasan, tapi izinkan aku mencintai seorang sebelum waktuku habis…. Sebelum mata ini tertutup selamanya dan jantung ini tak berdetak. Izinkan aku mencintai Park Chanyeol, Tuhan”
Aku terdiam, air mataku terus mengalir. Apa kau juga merasakan hal yang sama selama ini yue? apa kau memikirkanku seperti aku memikirkanmu? apa kau melihatku sebagaimana aku melihatmu? Kenapa kau harus meninggalkan bekas yang begitu dalam sekarang, kenapa kau tinggalkan aku dalam keadaan yang seperti ini? Hari ini, detik ini. semua terasa lebih dingin dari hari apapun dimusim dingin. Gadis itu kukenal dihari pertama musim dingin, gadis itu mencintaiku di musim dingin, gadis itu juga….meninggalkanku dimusim dingin. Ya, dia seperti salju. Putih dan lembut, memberimu kesan dingin diawal namun sebenarnya penuh kehangatan sayang salju tak memiliki waktu yang cukup lama untuk menghangatkan setiap orang, sama seperti Yue. Dia tak memiliki cukup waktu untuk bersamaku… selamat tinggal Xi Yue, gomawo. Gomawo sudah menjadi kenangan musim dingin yang paling hangat bagiku.
***
EPILOG
Xi Yue’s side
Setiap pagi aku selalu menghabiskan waktu di café ini, sekedar meminum kopi hangat atau cappuccino di pagi hari menenangkan pikiranku. Aku Xi Yue, seorang pelukis perantauan dari China. kalian tahu kenapa aku selalu suka ke café ini? ya tentu karena makanan dan minuman disini enak tapi lebih dari itu. setiap aku kesini aku akan selalu duduk di tempat yang sama. Menatapnya sesekali karena aku terlalu takut untuk kepergok olehnya.
Namja itu, namja berambut hitam yang sangat tinggi. Dia sepertinya kenal dan akrab dengan pemilik café ini, mereka selalu mengobrol, mereka tidak pacaran kan? Well kalian bisa menyebutku cemburu yah aku juga yeoja biasa. Walaupun aku tak mengenalnya tapi melihatnya setiap hari sudah lebih dari cukup untukku. Kuambil pensilku dan mulai menggoreskannya di atas buku sketsaku, sesekali aku tersenyum menatap lukisanku. Tuhan, aku tak pernah memintamu untuk menjadikannya milikku aku hanya memintamu untuk menjaga lelaki ini, izinkan aku dengan sisa waktuku untuk mencintainya tak perlu dari dekat, tak perlu balasan, aku hanya ingin mencintainya dari jarakku yang sekarang. Membatasi karena aku tak ingin menyakiti. Membiarkan rasaku ini tumbuh dan pergi sendirinya. Dan suatu hari nanti, izinkan namja itu melihat bukuku ini dan memilikinya, agar dia tahu ada seorang yeoja yang selalu mencintai dan memperhatikannya, seorang yeoja bernama Xi Yue.
THE END