WINTER

Title:    Winter

Author:   Ms Bubble Tea (@icaclrss on twitter)

Cast:    Park Chanyeol EXO K

            Xi Yue OC

Other casts:     Find them by your self

Genre: Romance & Sad

Length: One Shot

Note: Annyeonghaseyo, this is ms bubble tea. Hallo readerdeul!^^ author kali ini meneruskan kisah 4 musim, yappp! Sekarang saatnya winter. Ceritanya masih dengan tokoh yang ada di ‘autumn’. Mohon maaf atas ketidak jelasan alur, typo(s), atau sebagainya^^ ide murni dari pikiran author yang polos ini(?) ok, readerdeul happy reading~~<3

 

***

 

Summary: “apa kau menyukai musim dingin?”

“tentu kau?”

“kalau kau suka aku juga suka”

“eh, wae?”

“Karena sedingin apapun salju di musim dingin, asalkan bersamamu aku akan merasa hangat^^”

 

Author’s pov

Musim gugur sudah usai, butir butir salju mulai turun dan menggantikan tumpukan daun di jalan. Setiap orang memakai pakaian yang lebih tebal dari biasanya, bahkan banyak yang lebih memilih mengurung diri dan melihat butiran putih itu turun dari langit. Ya, melihat awal dari musim dingin

Seorang namja baru saja selesai mengunjungi ‘rumah’ kawan lamanya, ia berjalan menuju parkiran mobilnya dan mencari mobil sport hitam miliknya.

“agashiii! Agashiii!” teriak sebuah suara membuatnya menoleh kebelakang

“ah, ada apa?” tanyanya ramah dengan deretan giginya yang begitu rapi dan terawatt

“barangmu tertinggal di makam tadi” ucap orang itu sambil memberi sebuah kotak coklat muda

“whoa, pabo! Aku hampir saja melupakannya. Untung kau mau memberikannya padaku. Terimakasih adik kecil!^^” ucap namja itu kepada namja kecil dihadapannya dan memberi sedikit uang pada anak itu.

“ini untuk apa agashi?” tanya anak itu polos

“eumm. Anggap saja uang jajan dan sebagai balas budiku padamu. Gomawoyo” ucap namja itu dan segera masuk ke dalam mobil lalu melaju dengan mobil sportnya. Di belakang sana, terlihat namja kecil itu tersenyum riang dan membungkuk mengucapkan terimakasih berkali kali.

 

Chanyeol’s pov

Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan normal, ya aku sedang tak terburu buru kali ini. haenim bilang café miliknya baru buka sejam lagi dan aku masih punya cukup banyak waktu untuk menikmati perjalanan kali ini. aku? masih mengingatku? Aku park chanyeol. Dan tadi aku baru saja dari makam byun baekhyun. Ya, sudah setahun terakhir ini sejak kematiannya aku selalu berkunjung kesana. Tak banyak yang bisa kulakukan hanya menceritakan apa yang dilakukan oleh haenim dan dia sedang sibuk apa dan sejenisnya. Ya, walaupun terkesan bodoh tapi aku yakin baekhyun sangat senang mendengar cerita ceritaku mengenai yeoja itu.

Kuhentikan mobilku tepat didepan café milik yeoja kesayangan mendiang baekhyun. Kubuka pintu mobil perlahan dan mempererat syalku. Musim dingin tahun ini sepertinya sangat dingin. Kulangkahkan kakiku perlahan saat memasuki café itu dan melayangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan

“mencarinya lagi huh?” tanya seorang yeoja. Tentu saja, haenim

“aaah! Kau mengagetkanku saja!!” ucapku berpura pura kaget sambil mengelus dadaku

“aissh, jangan mengalihkan pembicaraan -_- mencarinya lagi heh?” ucapnya sambil memasang muka ‘aku sangat tahu dirimu’

“ne” ucapku singkat dan langsung duduk disudut ruangan membuat yeoja itu mengekoriku seperti anak bebek.

“oppa oppa” ucapnya dengan suara manja membuatku malas mendengarnya-_-

“yaa! Jangan memanggilku begitu. kau menjijikkan!” ucapku dengan muka sebal tapi lihat? Dia sekarang sedang tertawa penuh kemenangan karena berhasil membuatku kesal

“hahahaha mianhae. Jadi……menu breakfast apa yang ingin kau santap kali ini chanyeollie?” tanyanya sambil mengeluarkan buku catatan untuk mencatat daftar pesanan para pengunjung

“eummm…aku pesan….” Aku baru saja mengalihkan pandanganku dari daftar menu bersiap menentukan menu pilihanku, namun pandanganku terhenti pada seorang wanita yang berjalan memasuki café. Dia terlihat sedikit berantakan dari biasanya. Dari biasanya? Ya aku memang selalu memperhatikannya setiap hari. Tapi lihatlah rambut hitam lurusnya tetap saja jatuh dengan indahnya. Dia duduk tepat di meja depan mejaku. Merapikan dirinya sebentar dan membuka daftar menu sambil memakai headsetnya. Cantik.

“jadi??? Kau pesan apa???” tanya haenim kali ini dengan suara agak keras membuatku tersadar dari lamunanku

“ah? Hah? apa?” tanyaku gelagapan

“jadi kau pesan apa-__________-“ ucapnya lagi

“ah maafkan aku, aku pesan roti panggang dan secangkir kopi saja haenim-ah, mian” ucapku lagi karena merasa bersalah membuatnya menunggu. Dia pun mengangguk mengerti dan segera menghilang dari hadapanku.

Lagi lagi, pandanganku terarah pada yeoja itu. dia masih sibuk dengan headsetnya tapi kali ini sudah ada secangkir kopi atau teh atau entahlah apa itu yang berada di kedua tangannya dan sesekali ia minum sambil menatap lurus ke luar jendela. Cantik. Sangat cantik.

“jangan terus menatapnya begitu nanti dia bisa bisa tak mau datang kesini lagi karena kau” ucap haenim yang baru saja datang membawakan pesananku membuatku menoleh ke arahnya

“mengapa kau bilang begitu?”

“habis kau menatapnya seakan ingin memakannya chanyeol-ah-_-“

“ah jinjja?”

“berkenalanlah dengannya” ucap haenim sebelum pergi dari mejaku dan melayani meja yang lain.

Berkenalan? Benar juga. Semua tidak akan berubah selama aku tidak mengajaknya berkenalan. Tapi apakah ini tidak terlalu klise? Menyukai karena paras cantiknya dan mengajaknya berkenalan lalu kami akan berkencan atau buruknya dia akan menamparku dan mengatai aku namja brengsek karena sudah bersikap seperti seorang stalker. Tapi takkan ada yang berubah jika aku tidak bertindak sama sekali kan? Argh, park chanyeol ada apa dengan dirimu? Apa wanita ini begitu menawan bagimu?

 

Author’s pov

Namja itu sibuk mengacak acak rambutnya sendiri dan memakan makanannya yang entah kenapa terasa begitu hambar. Sedangkan yeoja yang sedari tadi menarik perhatiannya kini sedang menggerakan sebuah pena diatas kertas putih miliknya. Sketsa, itulah yang sedang ia buat. Berkali kali ia menggoreskan pena itu dengan lembut dan menghasilkan sebuah potret yang begitu nyata. Dari sini sangat terlihat bahwa ia seorang pelukis.

Begitu selesai dengan sketsanya, ia pun membereskan barang barang miliknya dan memasukkannya kedalam tas lalu beranjak pergi dari café itu setelah sebelumnya membayar pesanannya. Haenim yang sedang menjaga meja kasir pun tersenyum pada yeoja itu sebelum ia pergi lalu mengalihkan pandangannya pada chanyeol yang kini bermuka sangat melas karena kehilangan satu lagi kesempatan untuk mengenal yeoja itu

“mau sampai kapan kau begitu terus heh?” ucap haenim dengan cukup keras membuat beberapa pengunjung lain menoleh ke arahnya.

“cepatlah berdiri namja jangkung bodoh sebelum ia pergi jauh-_-“ ucap haenim lagi dan membuat para pengunjung segera tahu pada siapa ia berbicara, ya pada pria jangkung di sudut ruangan bernama chanyeol.

“aishh jangan berteriak teriak begitu aku malu! Baiklah baiklah aku pergi sekarang haenim!” ucap chanyeol dan segera berlari keluar café membuat orang orang tertawa melihat tingkah mereka.

 

***

 

Chanyeol terus berlari dan mencari sosok yeoja itu, mungkin sudah cukup jauh dan dia hampir saja menyerah tapi LUCKY! Dia menemukan yeoja itu sedang memasuki sebuah toko alat lukis. Dia pun mengikuti yeoja itu dan mencoba mengatur nafasnya didalam toko

“agashi, anda tidak apa apa?” tanya sebuah suara. Ya, nafas chanyeol persis seperti orang asma saat ini

“n…ne gwen…gwenchana haah haah” ucap chanyeol sambil terengah engah

“jinjja? Syukurlah kalau begitu agashi^^” ucap suara dengan lembut membuat chanyeol segera mengangkat kepalanya untuk melihat siapa sosok yang sedari tadi berbicara dengannya

 

Chanyeol’s pov

Kuangkat kepalaku untuk melihat dengan jelas siapa yang berbicara denganku sedari tadi. Yang jelas aku tahu sedari tadi aku berbicara dengan seorang yeoja. Begitu kuangkat kepalaku

DEG

Yeoja itu. yeoja yang sama yang selalu kuperhatikan sedang berdiri didepanku dan tersenyum. Cantik. Sangat cantik. Aku benar benar tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang rasanya aku sudah kehilangan pita suaraku dan lupa cara untuk berbicara.

“agashi?” tanya yeoja itu lagi dengan ragu melihatku yang diam saja sedari tadi. Bodoh. Mana mungkin aku bisa berbicara jika ada malaikat seperti ini didepan mataku? /plak

“ah ne, aku baik baik saja!” ucapku sambil tersenyum

“oh syukurlah hehe” ucapnya lalu membalikkan badan bersiap untuk pergi

“chankkamanyo!” teriak ku sambil memegang tangannya membuat dia kaget dan menatapku bingung

“ah….itu…namamu! siapa namamu?” tanyaku dengan ragu ragu.

“Yue, Xi Yue agashi^^ agashi sendiri?”

“chanyeol, Park Chanyeol” ucapku dan dia pun mengangguk mengerti dan melepaskan pegangan tanganku darinya

“mian park chanyeol, aku harus segera pergi. Sampai berjumpa lain waktu ne^^” ucapnya lalu pergi keluar dari toko. Membuatku hampir saja melompat kegirangan, akhirnya aku tahu siapa namanya. Ya, Xi Yue sudah jelas ia seorang berketurunan chinesse bukan? Dan tadi dia bilang apa? Lain waktu? Bukankah itu artinya dia mau bertemu lagi denganku? OMOOOO >/////< Park Chanyeol, you get her!

 

***

Author’s pov

Angin musim dingin semakin berhembus dengan kencang menemani langit yang gelap saat ini. Yue terus berjalan dan mengencangkan syal serta mengancingkan jaket yang ia pakai untuk menghangatkan tubuhnya. Dia baru saja selesai bekerja, ya dia seorang pelukis yang baru saja memulai karirnya. Dia bekerja dengan temannya Kwan Mei yang juga berasal dari negeri seberang, China. biasanya ia akan berjalan dengan Mei karena mereka satu apartemen tapi tidak hari ini. mei memutuskan untuk menginap di toko mereka karena ingin lembur menyelesaikan sebuah lukisan dan akhirnya yue harus menempuh dinginnya malam(?) sendirian.

Langkah yeoja itu terhenti begitu melihat sekelebat sosok yang terasa familiar baginya. Diapun mendatangi sosok itu

“annyeong” sapa yue lembut. Ya sebenarnya dia tidak tahu pasti siapa namja didepannya

“ah, annye…. YUE?!” teriak namja itu kaget dengan suara beratnya, bingo! Dia chanyeol.

“hai eummm park chanyeol?” sapa yue ragu ragu

“ah ha…hai. Kau sedang apa malam malam begini?” tanya chanyeol

“aku baru saja selesai bekerja, dan kau?”

“eung, aku? sedang malas pulang hehe” jawab chanyeol sambil menunjukkan deretan gigi rapinya dan mencoba menyembunyikan detak jantungnya

“ingin menemaniku mencari makan, chanyeol-ssi?” tanya yue sambil menyunggingkan senyumannya

“tentu saja!” teriak chanyeol semangat membuat orang orang melihat kearah mereka dengan cukup aneh. dan langsung saja chanyeol menutup mulutnya diikuti yue yang tertawa melihat tingkah namja yang baru saja dikenalnya itu.

 

Chanyeol’s pov

Aku dan yue mencari tempat untuk bersinggah dengan menggunakan mobilku. Tak begitu banyak pembicaraan diantara kami, satu karena aku harus fokus pada jalan dan dua, karena memang kami baru kenal. Tapi aku benar benar tak menyangka di tengah musim dingin begini masih ada keajaiban seperti yang Tuhan berikan padaku saat ini.

“kenapa tersenyum, chanyeol-ssi?” tanya yue dan membuatku sadar aku tadi tersenyum

“ah? Aniyo hehe hanya tak menyangka akhirnya aku mengenalmu dan bahkan sekarang kita sedang mencari makan bersama” ucapku sambil tersenyum ramah padanya

“eh? Akhirnya kau mengenalku? Apakah kau sudah sangat lama melihatku dari jauh heh?” tanyanya usil, sial aku salah bicara! >///< bagaimana ini??? aku mencoba terlihat tenang dan tertawa renyah. Eugh menyembunyikan rasa bahagia itu sulit

“hahahaha actually….yes” ucapku singkat dan mengakhirnya dengan sebuah senyum tipis yang tulus

“mwo? Jinjja? Where Mr. Park?” dia bertanya dengan muka penasaran dan itu membuat dia sangat cute sekarang!

“where? Heuuum in the café. The café that you always visit every morning Ms Xi” ucapku lagi dan dia pun mengangguk

“stalker huh?” ucapnya dengan muka usil

“yaaa! Aku bukan stalker! -_-“

“hahaha iya iyaa maaf chanyeol-ssi”

“jangan memanggilku dengan ‘ssi’ cukup chanyeol saja” ucapku sambil membenarkan posisi dudukku

“eoh, oke… chanyeol….-ah”

“hahaha ok it’s better than ‘ssi’ ms. Xi” ucapku dan tertawa renyah, dia pun ikut tertawa.

Tak selang berapa lama, kami terhenti di sebuah restoran chinesse yang memang sangat recommended. Actually kris, lay, dan luhan selalu membicarakan restoran ini disaat mereka rindu masakan kampung halaman mereka. Aku pun segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Yue, a man’s manner right? Haha B-)

“whoaaa kau tahu tempat ini juga chanyeol-ah?” tanya yue dengan semangat

“tentu saja aku tauuu, 3 orang temanku yang berasal dari chinesse selalu membawaku kesini” ucapku bangga.

“baiklah kalo begitu ayo masuk! Aku sudah sangat lapaaaar~” ucap yue dan segera melenggang masuk ke dalam restoran diikuti olehku.

 

Yue’s pov

Aku pun duduk disebuah meja yang memang khusus untuk dua orang. Kulihat sekitar ternyata kami dikelilingi pasangan pasangan. Eugh…..aku jadi merasa tidak enak dengan chanyeol. Aku pun melihat dan mencari tempat kosong lain yang mungkin bisa kami tempati

“kenapa?” tanya chanyeol yang sepertinya menyadari aku yang terus menerus grasak grusuk

“a…ah aniyo. Aku hanya mencari tempat lain”

“wae? Disini tidak enak?”

“bukan…..maksudku eung lihat orang orang sekitar kita….” Ucapku terbata dan chanyeol segera melihat sekeliling kami yang memang dipenuhi pasangan pasangan.

“hahahahaha astaga. Calm down yue, tenanglah. Tak apa apa. Apa kau malu terlihat berpasangan denganku huh?” tanya chanyeol sambil memasang muka cemberut. Aigoooo lelaki ini terlihat sangat cute! Ayolah siapa yang tahan lelaki bermuka imut bersuara bass dengan rambut hitam yang menggoda ini?

“bukan begitu….” ucapku sambil tertunduk.

“kalau begitu sekarang lebih baik kita memesan makanan ne?”

“he eum” ucapku dan mulai tenggelam dengan daftar menu yang sudah kupegang sedari tadi.

Tak berapa lama begitu selesai memutuskan pesanan kami dan mengatakannya pada waiter kami sibuk dengan pikiran masing masing, sebenarnya hanya chanyeol karena pada kenyataannya sedari tadi yang kulakukan hanya melihat dia yang sibuk menopang dagunya sambil menatap keluar jendela. Apa yang dia pikirkan?

“kau merasa dingin tidak?” tiba tiba dia bertanya dan membuatku sedikit kaget

“mwo?” ucapku

“dingin. Apa kau tidak merasa dingin? Disini sangat dingin!! Eoooh aku lupa memakai jaketku.” Ucapnya sambil menggosokkan kedua tangannya mencoba mencari kehangatan.

“kau mau kemana?” tanyaku melihat dia berdiri dari bangkunya

“aku hanya ingin mengambil jaketku. Tunggu disini” ucapnya lalu pergi keluar restoran. Kuperhatikan postur tubuh milik namja itu. dia sangat tinggi dan kakinya sangat panjang. Euh lihatlah bagaimana bidangnya dan bagusnya badan milik namja itu. tidakkah aku beruntung bisa mengenalnya dan bahkan menikmati makan malam bersama dengannya?

Tanpa sadar aku tersenyum dan tertawa menyadari betapa beruntungnya aku malam ini. tak berapa lama pesananku dan chanyeol sudah datang disusul dengan chanyeol yang duduk lagi dihadapanku dengan jaketnya.

“sudah hangat sekarang?” tanyaku sambil menyesap sedikit hot chocolate yang kupesan

“not yet. Akan lebih hangat jika seseorang memelukku sekarang, misalnya……kau?”

UHUK

Aku terbatuk dengan cukup keras. Aku tersedak.

“yaaa! Apa kau baik baik saja?” tanya chanyeol panik sambil menepuk nepuk pundakku. Aku pun mengangguk dan mengatur nafasku

“aku baik baik saja… mian” ucapku

“haaah syukurlah. Kau kenapa?”

Oh bagus sekarang dia bertanya aku kenapa. Apa aku harus menjawab karena dia mengatakan aku untuk memeluknya lalu aku menjadi deg degan dan tersedak? Not cool Yue. Not cool.

“euummm tadi aku melihat namja yang kusuka…..bersama gadis lain” jawabku asal. Sialan. Kebohongan macam apa yang baru saja kuucapkan? Mana mungkin aku melihat namja yang kusukai, memikirkan untuk menyukai seorang namja saja aku belum mau.

“oh begitu” ucap chanyeol lalu diam menutup mulutnya rapat-rapat. Eum jangan bilang dia cemburu? Aish! Jangan bermimpi yue, namja setampan ini mana mau denganmu.

 

Chanyeol’s pov

“euummm tadi aku melihat namja yang kusuka…..bersama gadis lain” jawab Yue atas pertanyaanku.

DEG

Aku merasa hatiku seperti ditusuk. Namja yang dia sukai? Ternyata dia sudah memiliki orang yang ia sayangi.

“oh begitu” singkat. Hanya dua kata itu yang mampu kuucapkan sekarang. Entahlah aku langsung kehilangan selera makanku. Kutatap yeoja dihadapanku itu dengan……ah aku bahkan tak mengerti apa yang sedang kurasakan sekarang.

Setelah itu tak ada lagi obrolan diantara kami, aku sibuk mengaduk aduk makananku dengan malas sedangkan yue? Ya dia makan dengan sangat lahap. Bahkan ia tidak sadar ada remah makanan yang menempel disudut bibirnya

“pfttt” aku tak sanggup menahan tawaku melihatnya makan berantakans eperti itu

“eh? Kenapa kau tiba tiba tertawa?” tanyanya sambil memasang muka bingung. Aku pun memajukan kursiku agar bisa menggapainya. Kugunakan ibu jari tangan kananku dan menghapus remah makanan di sudut bibirnya

“makanlah dengan perlahan dan benar, aku tak mau kau tersedak. Ara yue-ah?” ucapku lembut lalu menjauhkan ibu jariku darinya. Yang bisa kulihat jelas sekarang dia mematung menatapku tak percaya.

Oh baiklah…aku juga baru saja tersadar dari apa yang sudah kulakukan!! Aku pun segera menunduk malu dan mencoba mengendalikan detak jantungku yang sudah tak beraturan sama sekali. Tuhaaaan, aku takkan mati sekarang kan?

“mi…mian…” ucapku terbata dan masih menunduk. Takut dia akan marah karena aku sudah berbuat lancang padanya padahal kami baru saja saling kenal.

“pfttt…gwenchana chanyeol!” ucapnya sambil tertawa membuatku harus dengan susah payah menyembunyikan semburat merah diwajahku. Alhasil aku pun kembali melanjutkan acara makanku yang setengah terpaksa. Gadis ini, dia benar benar tak bisa kutebak, setiap ucapan dan ekspresinya selalu bertolak belakang dengan apa yang kubayangkan.

Begitu kami selesai makan, kami pun melanjutkan perjalanan(?) kami. Entah kenapa hari ini jalanan sangat padat, dengan kata lain macet. Alhasil aku semakin tak tahu harus membicarakan topic apa dengan Yue. Kutatap yeoja disampingku itu dan melihat dia yang asyik dengan iphone-nya.

“smsan dengan namjachingumu ne?” tanyaku asal

“eh?”

“kau, sedang smsan dengan namjachingumu?” tanyaku sambil tak melepaskan pandanganku dari jalan.

“ani. aku tak punya pacar chanyeol-ah hahaha” jawabnya dengan senyum sumringah, hey jangan tersenyum begitu kau justru membuatku merasa diberi kesempatan.

“oh begitu hehe” ucapku yang tak tahu harus menjawab apa lagi. Suasana sangat canggung

“kalau kau? Apa yeojachingumu takkan marah kalau dia tahu kau menemani yeoja lain?”

“eumm? Aku? hahaha aku juga tak punya pacar Yue” jawabku sambil tertawa. Ya, karena yang kuinginkan menjadi pacarku itu kau.

“eoh? Benarkah?”

“ne… eummm…”

“wae?”

“Yue-ah, kau percaya cinta pandangan pertama tidak?” Oh Park Chanyeol, kendalikan dirimu. Ini bukan waktunya dan kau sangat tahu itu

“aku? sejujurnya, aku takut untuk jatuh cinta chanyeol…”

Seketika itu hatiku seperti diketuk. Untuk pertama kalinya kudengar nada bicara yang penuh kesedihan dari Yue. Kualihkan pandanganku dan menatap yeoja itu, dia tertunduk dan sorot matanya sayu. Ada apa denganmu yue? Apa ada sesuatu yang menyakiti hatimu?

“….kenapa?” tanyaku ragu ragu takut ini menyangkut privasi.

“haruskah aku mengatakannya padamu?”

“kalau kau berkenan, kalau tidak ya aku bisa memakluminya Yue”

“akan kuceritakan, akan kuceritakan jika kau sudah bisa menjawab pertanyaan dariku” ucapnya sambil tersenyum.

“apa?”

“hal yang kupertanyakan adalah sesuatu yang dingin namun menghangatkan”

“apa itu?”

“kuberi kau waktu 3 hari untuk mencari jawabannya, setelah itu kau bisa menelfonku” ucapnya sambil memberikan sebuah kertas berisikan nomor telfonnya. Aku pun tersenyum dan mengambilnya, segera setelah itu dia keluar dari mobilku dan membungkuk.

Well, kurasa aku sudah selangkah lebih maju kan? Dari yang tidak tahu apa apa sekarang menjadi saling kenal satu sama lain. Sekarang masalahnya adalah aku harus tahu apa maksud dari pertanyaan Yue tadi.

 

***

#3 hari kemudian

Author’s pov

Seperti biasa, haenim membersihkan setiap sudut cafenya tapi kali ini dia merasa benar benar terganggu. Ya, siapa lagi yang hobi datang pagi pagi dan sudah duduk manis di café miliknya kecuali Chanyeol

“yaaa! Haenim-ah ayolah bantu akuuuu!” ucap chanyeol entah untuk keberaparatus kalinya.

“aish, kenapa berisik sekali sih? Kenapa tidak kau cari saja di internet apa jawabannya!” ucap haenim ketus. Dia benar benar kesal dengan kebawelan chanyeol 3 hari ini

“tidak ada! Ayolah bantu akuuu!! Kepalaku rasanya sudah panas” ucap chanyeol sambil berakting memegangi kepalanya dan kesakitan.

“kepalamu panas? Gunakan saja es untuk mendinginkannya” ucap haenim asal.

“YAAA! Terlalu banyak es itu justru membuat panas tau!” ucap chanyeol sebal

“mwo?”

“ya coba saja kau pegang salju diluar sana tanpa menggunakan sarung tangan, pasti tanganmu akan terasa hangat bahkan panas!” ucap chanyeol panjang lebar dengan sebal. Namun seketika itu juga raut muka chanyeol berubah.

“ITU DIA!!!!” teriak chanyeol dengan senang dan berdiri dari bangku membuat haenim hanya menghela nafas pasrah melihat tingkah temannya yang tak beda dengan anak berumur 7 tahun

“apanya yang itu dia heh?”

“HAENIM AKU SUDAH MENEMUKAN JAWABANNYAAA!!! YEAAY! AKU PERGI SEKARANG YAAA” ucap chanyeol dengan berteriak teriak dan Cuma bisa dibalas dengan senyuman dari haenim

“semoga berhasil chanyeollieee!” teriak haenim agar terdengar chanyeol yang sudah berada dalam mobil.

 

Chanyeol’s pov

Aku segera mengeluarkan iphoneku dan menekan tombol ‘call’ pada nomor yang sudah lama ku simpan di iphoneku. Tak berapa telfon pun dijawab

“yeoboso…” ucap suara di sebrang sana dengan lemah. Membuatku sedikit kaget

“yeoboso….yue?” tanyaku karena ragu apa aku menelfon orang yang salah atau tidak

“ah… apakah ini kau park chanyeol?” tanyanya lagi. Sial, kenapa suara dia sangat pelan begini? Apa dia sedang sakit?

“kau dimana yue?”

“aku? eung…kenapa?”

“aku sudah tahu jawaban dari pertanyaanmu, dan aku ingin mengatakannya padamu sekarang. Kau dimana?”

“aku di rumah sakit xxx…” ucapnya dengan lemah

“uhuk! Uhuk! Uhuk!” kudengar yue terbatuk-batuk dan itu sukses membuatku panik. Aku pun segera menyalakan mesin mobilku.

“yue! Tunggu disana! Aku akan kesana!!” teriakku dan segera mematikan telfonku lalu memperkencang laju mobilku menuju rumah sakit.

Selama perjalanan pikiranku sama sekali tidak fokus, aku masih terus bernegative thinking membayangkan apa yang dilakukan gadis itu dirumah sakit hingga terbatuk batuk begitu. apa dia sakit? Ya apapun itu aku harus segera menemuinya! Firasat buruk mendatangiku.

 

***

 

#Rumah Sakit

Aku segera bertanya pada suster kamar dengan pasien bernama Xi Yue, beruntung suster itu langsung tahu tanpa perlu mengecek di data rumah sakit. Aku pun berlari kekamar 207. Kamar tempat yue dirawat, kubuka pintu dan segera berlari kedalam.

“Yu….yue…” ucapku terengah engah, ternyata berlari dari parkiran cukup melelahkan. Kulihat yeoja dihadapanku sedang terbaring lemah dan menoleh kearahku sambil tersenyum

“annyeong chanyeol” ucapnya. Pucat, raut wajahnya sangat pucat.

“kau??? Kenapa kau disini??? Kau sakit?” pertanyaan itu keluar dari mulutku, aku panik, aku bahkan sudah lupa rasa lelah karena berlari tadi.

“tenanglah park chanyeol, duduklah” ucapnya sambil menyuruhku duduk disamping tempat ia terbaring. Aku pun menurut dan duduk disampingnya. Tuhan, lihatlah tangannya yang begitu kurus padahal baru 3hari tapi kenapa kau sudah berubah seperti orang mati begini?

“yue..”

“tunggu, sebelum aku menceritakannya berikan dulu jawaban dari pertanyaanku 3 hari yang lalu chanyeol-ah” ucapnya sambil tersenyum

“ah ne, jawabannya….salju” ucapku dengan ragu ragu

“hoaaa daebak! Bagaimana kau bisa tahu hem?” tanyanya lagi lagi dengan senyum namun dapat kulihat jelas raut mukanya yang lemah.

“hem tebakan yang beruntung? ^^” jawabku mencoba menyunggingkan senyumku walau sejujurnya aku benar benar sedih melihat kondisinya yang seperti ini.

“begitukah? Hihi kalau begitu aku akan menceritakan apa yang sudah kujanjikan padamu chanyeol” ucapnya sambil mencoba duduk, dia terlihat kesulitan segera aku menggenggam tangannya dan menopang punggung kecilnya yang terlihat lemah itu.

“gomawo…” ucapnya sambil tersenyum dan kujawab dengan anggukan. Kumohon Tuhan, apapun yang akan dia ceritakan padaku bukan merupakan hal yang buruk.

 

Yue’s pov

Chanyeol membantuku duduk, penyakitku memang sangat menyulitkan. Tubuhku menjadi lemah dan rambutku mulai rontok lagi akhir akhir ini. aku pun menatap wajah namja disampingku dengan gusar. Gusar karena aku takut dia akan menjauhiku begitu tahu penyakitku ini dan takut dia akan merasa sedih, tapi aku sudah berjanji.

“chanyeol, berjanjilah begitu selesai mendengarkan ceritaku kau tak boleh bersikap aneh padaku”

“apa maksudmu?” tanyanya dengan bingung

“berjanjilah”

“ne, aku berjanji yue-ah. Ada apa?”

“kau tahu kan saat aku menjawab aku takut dengan hal yang bernama cinta chanyeol?” chanyeol hanya diam dan mengangguk. Aku pun menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ceritaku

“aku sakit. Aku takut untuk merasakan cinta karena aku takut aku akan menyakiti orang yang kucintai nanti. Aku tak mau suatu saat aku meninggalkannya tiba tiba karena penyakitku. Kau tahu aku sakit apa chanyeol? Aku…….leukimia………dan dokter sudah memvonisku hanya bisa bertahan hingga awal musim dingin tahun ini” kuseka sedikit air mataku, aku tak mau menangis. Aku tak mau menangisi keadaanku lagi.

“aku sangat takut bahkan untuk menghadapi kenyataan bahwa sekarang sudah musim dingin, aku takut jika aku tertidur nanti aku takkan pernah terbangun lagi. Bagaimana….bagaimana jika tibatiba semua menjadi gelap dan aku sendirian? Bagaimana jika aku sudah terlanjur menyukai seseorang dan aku harus pergi??” ucapku lagi, tubuhku bergetar. Aku menangis dalam diam. Chanyeol menatapku tak percaya, aku tahu dia pasti sangat kaget dengan apa yang baru saja kuceritakan.

Chanyeol berdiri dari tempat ia duduk, menarik tanganku dan melingkarkannya dipinggangnya, menenggelamkanku dalam pelukannya. Tak ada kata yang ia ucapkan, dia hanya memelukku dan mengusap punggungku mencoba memberi kekuatan. Tak berapa lama dia merenggangkan pelukan kami dan menatapku

“takkan ada yang mengambilmu, kau akan bertahan hingga akhir musim dingin bahkan hingga musim dingin terakhir di dunia ini. aku akan menjagamu dan takkan membiarkanmu pergi dariku. Tenanglah yue tenanglah” ucapnya lembut lalu

Chuuu

Dia mengecup keningku dengan sangat amat lembut. Hangat, dan menenangkan. Hanya dua hal itu yang dapat kurasakan sekarang. Kupejamkan mataku sebentar meresapi tiap sentuhan chanyeol yang menghangatkan dan begitu kubuka mataku, aku tahu….getaran itu sejak awal aku mengetahui namanya, aku tahu ada desiran yang berbeda dan semakin besar. Aku tahu bahwa aku sudah jatuh cinta padanya. Maafkan aku Tuhan, manusia berpenyakit ini tak bisa mengendalikan perasaanya. Maafkan aku, maafkan aku karena sudah jatuh cinta pada lelaki ini.

 

***

#3hari kemudian

Author’s pov

Hari ini, namja itu tidak datang ke café milik haenim seperti biasanya. Bukan karena ia tak mau hanya saja ada hal yang lebih penting baginya sekarang. Dia harus menjemput yeoja kesayangannya di rumah sakit. Ya, hari ini Yue akan pulang dan entah bagaimana caranya ia diperbolehkan pulang oleh dokter yang jelas Chanyeol takkan membiarkan yeoja itu pulang sendiri.

Setibanya di rumah sakit, chanyeol segera menuju kamar 207-tempat yue berada. Ia pun membuka pintu tanpa sungkan

“annyeong” sapa chanyeol sambil membuka pintu

“ah, chanyeol? Sudah datangkah?” tanya seorang yeoja dihadapannya. Tubuhnya sangat kurus dan rambutnya kini semakin tipis. Chanyeol mendekati Yue dan mengelus puncak kepala yeoja itu dengan lembut

“tentu, aku tak mau telat untuk menjemputmu pulang^^”

“hehe gomawo. Kalau begitu bagaimana jika kita berjalan jalan hari ini?” tanya yue dengan sumringah

“eh? Ani ani. kau harus istirahat”

“aishhh kenapa pelit sekali sih” ucap yue sambil menggembungkan pipinya dan mempoutkan bibirnya.

“yaaa yaaa jangan begitu” ucap chanyeol yang gemas dengan tingkah yeoja didepannya

“kalau begitu temani aku jalan-jalan ara?” tanya yue lagi, lebih kepada memohon sekaligus memerintah ditelinga chanyeol. Namja itu hanya pasrah dan mengangguk membuat yue tersenyum sumringah. Chanyeol? Tentu saja dia ikut tersenyum. Jangan tanyakan apa status hubungan mereka sekarang, yang jelas chanyeol akan melakukan apapun asalkan itu untuk yue, dan yue? Dia akan menghabiskan seluruh hidupnya dengan chanyeol kurasa.

 

Chanyeol’s pov

Aku menyetir mobil dengan kecepatan normal dan sesekali melihat yue yang sibuk dengan iphone-nya. Sepertinya dia menemukan hal menarik disana.

“melihat apasih? Senang sekali sepertinya” ucapku penasaran

“eummm apa yaaa” jawab yue dengan muka usil, sial dia sedang mempermainkan aku sepertinya-_-

“yaa aku serius”

“hehehe hanya melihat foto foto sungai han” ucapnya sambil terkekeh

“kau ingin kesana?” tanyaku, menebak sebenarnya. Daripada kami tak ada tujuan seperti ini kan

“eh? Kau mau menemani? AYOOOOO!!!” teriaknya dengan heboh dan aku hanya bisa memasang muka -_- kenapa gadis ini sangat ketebak heh? Atau aku yang memang sudah memahaminya? Kkk~ :p

Aku pun segera mengarahkan mobilku kearah sungai han, pada musim dingin seperti ini apa yang bisa kita lihat disungai han? Entahlah yang jelas yue menginginkannya maka aku memberinya. Sesimple itu. alasannya? Aku tahu waktu yue takkan lama lagi, bukannya aku pesimis tapi jika kalian melihatnya langsung maka kalian akan tahu. Sesungguhnya aku sudah menangisi gadis ini berkali kali, takut ya aku terlalu takut membayangkan dia takkan berada disisiku lagi.

“chanyeol? Kenapa bengong?”

“e…eh mwo?” ucapku begitu tersadar dari lamunanku.

“kita sudah sampai dan sedari tadi kau hanya melamun menatap lurus kedepan. Apa kau sudah ada janji?” tanya yue sambil memasang muka bingung, cute sekali!

“hahaha ani, aku hanya sedikit ada masalah dengan waktu tidur jadi tadi aku pusing sedikit. Ayo kita turun” ucapku dan segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk yue

“gomawo” ucapnya sambil tersenyum. Segera setelah itu aku menggandeng tangan yue dan menyesuaikan kecepatanku berjalan dengannya, ya dia semakin sulit untuk bergerak akhir akhir ini tubuhnya melemah dan aku harus bisa menyesuaikan diri

Tak berapa lama setelah menikmati pemandangan yang entahlah sudah tertumpuk salju semua, kami memutuskan untuk duduk di sebuah bangku. Yue menyandarkan kepalanya dipundakku, aku reflek merangkul pundaknya yang entah sejak kapan terasa begitu ringkih…

“eoh kau genit!” ucap yue membuatku kaget

“eh???”

“kau merangkulku, memangnya kau namjachinguku huh?” ucapnya sambil memasang muka sedikit sebal dan aku pun segera menarik tanganku

“mian…” ucapku sambil menunduk, ya status kami yang tak jelas ini juga menjadi bebanku. Maksudku ya masa aku harus menggandeng, memeluk hanya sebagai teman??? Aku menyukainya!!! Aku mencintainya….

“aishhh, jangan sedih begitu eoh aku hanya bercanda pabo hahaha” ucap yue sambil tertawa dan segera menarik tanganku lalu menaruhnya dipundaknya lagi. Gadis ini benar benar ajaib! Aku pun tersenyum dan mengelus puncak kepalanya lembut.

“……”

Diam, tak ada obrolan diantara kami berdua. Ya Tuhan, bisakah kau berhentikan waktu sekarang? Aku hanya ingin menikmati waktuku bersama yue, bisakah kau tidak mengambilnya tahun ini? bisakah kau membiarkannya hidup bersamaku untuk waktu yang lebih lama? Bisakah…..bisakah aku menggantikan posisinya?

“chanyeol…” ucap yue dengan lemah membuatku lagi lagi segera tersadar dari lamunanku

“wae?” tanyaku

 

Yue’s pov

Kusandarkan kepalaku di pundak chanyeol dan menikmati pemandangan sungai han, tak ada obrolan diantara kami. Tuhan….biarkanlah aku merasakan waktu yang lebih lama dengan namja disampingku ini. biarkanlah kami berbahagia untuk waktu yang lebih lama. Tuhan, bolehkah aku mengatakannya? Bolehkah aku mengatakan yang selama ini kurasakan padanya? pantaskah aku Tuhan?

“chanyeol…” panggilku dengan lemah, sepertinya udara musim dingin diluar membuatku semakin lemah

“wae?” tanyanya

“ada sesuatu… yang ingin kuberikan padamu”

“apa?”

Kuambil sebuah buku sketsa yang sudah lama ku isi dengan sketsa sketsa lukisan yang kubuat sendiri. Kuserahkan buku itu pada chanyeol. Dia menatapku dengan bingung

“apa ini?” tanyanya begitu menerima buku itu dariku

“itu untukmu, berjanjilah kau tidak akan membukanya sekarang. Bukalah saat kau sedang sendirian dirumah”

“eh? Wae?”

“yaaa pokoknya lakukan saja ara?” ucapku sedikit memaksa

“heeemmm ok” ucapnya lalu tersenyum “gomawo” lanjutnya. Aku pun mengangguk. Lagi lagi kami terdiam. aku tak suka keadaan begini

“chanyeol”

“wae???”

“apa kau menyukai musim dingin?” tanyaku sambil tetap menatap lurus kedepan. Pertanyaan yang sangat aneh mungkin.

“tentu kau?” jawabnya yang justru balik bertanya padaku

“kalau kau suka aku juga suka” ucapku sambil menyunggingkan senyumku.

“eh, wae?”

“aku tahu jawabanku ini akan sangat aneh tapi karena sedingin apapun salju di musim dingin, asalkan bersamamu aku akan merasa hangat^^” jawabku lagi

GREP

Seketika itu juga, chanyeol menarikku ke dalam pelukannya. Memelukku dengan erat seakan tak memberiku ruang untuk menolaknya walaupun tak terbesit diotakku untuk menolak pelukannya.

“chanyeol…kenapa?” tanyaku yang masih bingung dengan tindakannya walaupun jujur aku menikmatinya

“…..” diam chanyeol hanya diam. Tibatiba baru kusadari tubuhnya bergetar, kurenggangkan pelukan kami dan menatap wajah namja jangkung dihadapanku. Betapa terkejutnya aku melihat apa yang sedang namja itu lakukan

“kau…menangis?” tanyaku dan dia hanya tetap diam mencoba menahan setiap air mata yang sepertinya sudah siap keluar dari mata indahnya itu.

“a…ani”

“bohong. Kenapa chanyeol?” tanyaku yang khawatir pada namja dihadapanku ini

“ani. aku tidak apa apa”

“chanyeol!” ucapku dengan sedikit kesal karena dia tak mau bercerita padaku

“…………aku tak mau kehilanganmu” ucapnya lalu tertunduk, seketika itu juga aku terdiam. Apa yang baru saja kudengar? Aku tak salah dengar kan?

“a…apa?”

“aku tak mau kehilanganmu, Xi Yue”

“tapi…”

“karena itu, jadilah yeojachinguku” ucap chanyeol sambil menatapku dengan lurus membuatku tenggelam pada tatapannya.

 

Chanyeol’s pov

Kata kata itu mengalir dengan sendirinya dari mulutku, entahlah mungkin Tuhan menyuruhku untuk mengatakannya sebelum aku menyesal, sebelum semua terlambat. Kutatap lurus yeoja dihadapanku menuntut jawaban dari apa yang baru saja kuungkapkan padanya.

“chanyeol…. Tapi….” Ucapnya dengan lemah dan ragu ragu. Aku tahu Yue, aku tahu.

“kumohon jawab sesuai dengan perasaanmu, jangan pikirkan yang lain. Kumohon” ucapku sambil memegang kedua pundak kecilnya dengan lembut

“chanyeol tapi aku tak bisa” ucapnya lagi dengan lemah.

“yue, tak bisakah kau menjawab dengan apa yang selama ini ada dihatimu? Tak bisakah kau hanya melihat kearahku dan melupakan semuanya untuk sementara waktu?”

“kau takkan mengerti….kau dan aku sama sama tahu chanyeol, aku….uhuk!” seketika itu juga yue terus batuk dan tak berhenti.  Lalu tibatiba ia pingsan. Mukanya sangat pucat aku pun menjadi sangat panik

“yaaaa!! Yueee!! Kau kenapa!! YUEEE!!!” teriakku panik dan beberapa orang melihat kearah kami, aku pun segera menggendongnya dan membawanya kerumah sakit. Sial! Aku tahu harusnya ia belum boleh pulang dari rumah sakit! SHIT!

 

***

 

Aku hanya duduk dan terus berdoa dari luar ruangan, berharap yeoja bodoh itu baik baik saja. Sudah satu jam dan dokter belum keluar. Sialan, aku semakin negative thinking dibuatnya. Namun tak berapa lama dokter pun keluar

“DOK!!! Bagaimana keadaan yue?” tanyaku dengan spontan dan sedikit berteriak membuat dokter itu kaget sepertinya. Mian dokter…

“ah, anda kerabatnya? Dia sudah agak baikan tapi tolong jangan membawanya keluar seperti tadi kondisi tubuhnya semakin melemah. Maafkan saya, saya tak bisa menjamin apa apa pada anda. Permisi” ucap dokter itu lalu pergi.

Apa katanya? Tak bisa menjamin apa apa padaku? Apa itu artinya dia sudah menjudge kapan yue akan meninggalkanku? Sialan, tahu apa dia? Dia pikir dia Tuhan? Aku pun segera melangkahkan kakiku masuk kedalam ruangan. Ruangan yang sama, ruang 207 tempat yue dirawat sebelumnya

“annyeong” sapa yue dengan lemah

“hey, kau sudah baikan?” tanyaku sambil duduk disampingnya dan menatapnya. Oh Tuhan kenapa dia semakin pucat?

“sedikit, tenanglah aku sudah tidak apa apa.” Ucapnya sambil tersenyum

“arasseo. Baguslah. Eunggg….” Aku tak bisa berbicara, entahlah rasa takutku semakin besar. Rasa takut bahwa dia akan pergi sebentar lagi.

“chanyeol, mianhae”

“eh? Wae?”

“mianhae aku tak bisa memberimu kebahagiaan yang seharusnya kau dapatkan. Mianhae karena aku baru saja membuatmu panik. Mianhae karena aku terlalu lemah. Mianhae aku membuatmu menangis. Mianhae…” ucapnya sambil terisak pelan, dia menangis. Aku pun segera menggenggam tangannya lembut

“kau tak perlu minta maaf, aku melakukan ini semua karena aku ingin bersamamu yue. Kalau kau merasa lemah maka biarkan aku yang menguatkanmu yue”

“aku takut….aku terlalu takut bahkan untuk sekedar menyadari semua ini sejak awal chanyeol…” ucapnya sambil terisak, aku pun segera menatapnya menunggu ia melanjutkan perkataannya

“aku tahu, sejak awal sejak pertama aku tahu namamu aku tahu semua sudah berbeda. Mianhae aku selalu tak berani mengakuinya, mianhae aku takut untuk menunjukkannya. Tapi sekarang, aku tak mau menyesali semuanya chanyeol. Aku….aku mencintaimu….maaf…hiks maafkan aku maafkan aku karena semakin membebanimu dengan perasaanku maaf….” Ucapnya sambil menangis. Kutatap yeoja dihadapanku itu aku pun menariknya ke dalam pelukanku.

“uljima…jebal. Aku tak apa apa, aku tak pernah menganggapmu bebanku, tak pernah sekalipun terbesit diotakku. Kau tahu? Aku tak pernah menyesal mencintaimu Xi Yue, aku bahagia karena aku bisa dekat denganmu dan menjagamu. Jangan pernah kau berasumsi seperti itu, aku menyayangimu dan aku ingin menghabiskan waktuku denganmu. Jangan meminta maaf karena tak ada yang perlu dimaafkan, tak ada yang salah dengan ini semua yue” ucapku lalu mengecup puncak kepala yue dengan lembut. Tuhan…..seandainya mukjizat itu ada sekali ini. kumohon

“gomawo…gomawoyo untuk semuanya park chanyeol. Kau berjanji akan selalu berada disisiku?”

“janji^^” ucapku sambil mengaitkan kelingkingku ke kelingkingnya yang kecil, dia tersenyum. Senyum tercantik dari seorang Xi Yue yang pernah kulihat.

“kalau begitu aku mau tidur sekarang, kau temani aku ne?” pintanya yang lebih terdengar seperti ucapan terakhirnya bagiku.

“tentu saja tuan putri” ucapku dan segera menggenggam tangannya, perlahan dia memejamkan matanya. Kalian tahu? Sejujurnya ingin sekali aku melarangnya memejamkan matanya sekarang, ingin sekali aku memaksanya untuk tetap membuka matanya dan menghabiskan waktunya denganku tanpa sekalipun membiarkan dia tertidur. Kenapa? Karena aku tahu…..aku sangat tahu…..

Tak butuh waktu lama hingga genggaman tangan itu terlepas, hingga hembusan nafas itu berhenti, hingga alat sialan itu hanya menunjukkan garis lurus. Sekarang kalian tahu? Ya, karena aku sudah menyadari semuanya. Karena inilah saat saat terakhir yue….

Aku menangis, memeluknya dengan erat. Ya Tuhan, apakah ini hukumanmu padaku? Apa salahku? Apa salah yeoja ini? aku terus memeluk yue yang sudah tenang dan pergi ke tempat dimana aku tak bisa menggapainya. Yeoja kesayanganku, yeoja cinta pertamaku……Xi Yue, mianhae aku tak bisa melindungimu. Mianhae aku tak memberanikan diri untuk mengenalmu lebih awal, padahal sudah lama aku memperhatikanmu. Mianhae…mianhae karena aku mencintaimu dan membuatmu mencintaiku juga. Mianhae. Hanya kata itu yang terus terulang ulang diotakku. Penyesalan? Ya, aku menyesal.

Aku teringat akan buku sketsa yang tadi diberikan Yue padaku, kutatap buku itu dengan nanar. Bolehkah aku membukanya sekarang yue? aku pun membuka buku sketsa itu. halaman pertama, berisikan sebuah tulisan bahwa buku itu milik Xi Yue, dan halaman kedua….

desiran itu datang sejak aku melihatmu untuk pertama kalinya, senyummu, matamu yang besar dan indah, rambut hitammu yang jatuh dengan bagusnya. Aku akui, aku tertarik”

Itulah isi halaman kedua dan disana terdapat lukisan……..ku? lukisanku???? Disana terlihat aku yang sedang menyesap secangkir minuman, yue? apakah selama ini kau melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan? Hatiku tergetar, kau tahu Yue kau sangat jahat. Sekarang aku harus melihat semua hingga halaman terakhir.

Halaman ketiga

“Pagi ini dia terlihat sedikit pucat, kantung matanya cukup besar. Kau tahu kau terlihat sangat cute bahkan disaat seperti ini”

Saat itu aku memang kurang tidur karena aku harus mengerjakan banyak sekali tugas kuliahku. Bagaimana kau bisa menggoreskan sebuah pensil untuk menghasilkan lukisan se-real ini yue? kubaca setiap halaman. Yue menuliskan satu kalimat di tiap lukisannya yang menggambarkan diriku. Kuhela nafasku panjang, mataku terhenti di halaman terakhir. Disana, terlukis aku sedang duduk di kursi taman rumah sakit. Tidak, bukan lukisan ini yang membuatku terhenyak bahkan sampai merasa sesak, tapi sebuah caption di dalamnya

“Tuhan, tak pernah kulihat lagi guratan ceria diwajahnya. Semenjak dia tahu aku seperti ini dia selalu bermuka muram, Tuhan izinkan dia mendapatkan kebahagiaannya dan jangan biarkan dia menganggap kebahagiaannya adalah aku. Tuhan, tahukah kau bahwa namja ini namja yang paling berharga untukku? Aku tak perlu balasan, tapi izinkan aku mencintai seorang sebelum waktuku habis…. Sebelum mata ini tertutup selamanya dan jantung ini tak berdetak. Izinkan aku mencintai Park Chanyeol, Tuhan”

Aku terdiam, air mataku terus mengalir. Apa kau juga merasakan hal yang sama selama ini yue? apa kau memikirkanku seperti aku memikirkanmu? apa kau melihatku sebagaimana aku melihatmu? Kenapa kau harus meninggalkan bekas yang begitu dalam sekarang, kenapa kau tinggalkan aku dalam keadaan yang seperti ini? Hari ini, detik ini. semua terasa lebih dingin dari hari apapun dimusim dingin. Gadis itu kukenal dihari pertama musim dingin, gadis itu mencintaiku di musim dingin, gadis itu juga….meninggalkanku dimusim dingin. Ya, dia seperti salju. Putih dan lembut, memberimu kesan dingin diawal namun sebenarnya penuh kehangatan sayang salju tak memiliki waktu yang cukup lama untuk menghangatkan setiap orang,  sama seperti Yue. Dia tak memiliki cukup waktu untuk bersamaku… selamat tinggal Xi Yue, gomawo. Gomawo sudah menjadi kenangan musim dingin yang paling hangat bagiku.

 

***

 

EPILOG

Xi Yue’s side

Setiap pagi aku selalu menghabiskan waktu di café ini, sekedar meminum kopi hangat atau cappuccino di pagi hari menenangkan pikiranku. Aku Xi Yue, seorang pelukis perantauan dari China. kalian tahu kenapa aku selalu suka ke café ini? ya tentu karena makanan dan minuman disini enak tapi lebih dari itu. setiap aku kesini aku akan selalu duduk di tempat yang sama. Menatapnya sesekali karena aku terlalu takut untuk kepergok olehnya.

Namja itu, namja berambut hitam yang  sangat tinggi. Dia sepertinya kenal dan akrab dengan pemilik café ini, mereka selalu mengobrol, mereka tidak pacaran kan? Well kalian bisa menyebutku cemburu yah aku juga yeoja biasa. Walaupun aku tak mengenalnya tapi melihatnya setiap hari sudah lebih dari cukup untukku. Kuambil pensilku dan mulai menggoreskannya di atas buku sketsaku, sesekali aku tersenyum menatap lukisanku. Tuhan, aku tak pernah memintamu untuk menjadikannya milikku aku hanya memintamu untuk menjaga lelaki ini, izinkan aku dengan sisa waktuku untuk mencintainya tak perlu dari dekat, tak perlu balasan, aku hanya ingin mencintainya dari jarakku yang sekarang. Membatasi karena aku tak ingin menyakiti. Membiarkan rasaku ini tumbuh dan pergi sendirinya. Dan suatu hari nanti, izinkan namja itu melihat bukuku ini dan memilikinya, agar dia tahu ada seorang yeoja yang selalu mencintai dan memperhatikannya, seorang yeoja bernama Xi Yue.

 

 

THE END

for exostans bout Kris gege

Image

Hello, this is clarissa. I write this post because……I miss a tall man named Wu Yi Fan too much and it’s kinda killing me. 

Wu Yi Fan. Nugu? well, he’s a very very very tall man from chinese. one of EXO-M member also the leader of that group. He loves to show his fans (include me) his bij face. He’s the rapper. He’s a kind person. He takes care of everyone. Lol, no, I am not going to write his plus and minus here. I just want people know who is Kris (Wu Yi Fan) with basic informations.

I call Kris gege as canadian giraffe. it’s my special nickname for him. lol, no one cares I know. let me start it…

as I (we) know, Kris disappeared for 20 days. no one knows, where is he ((or maybe people who know it won’t to tell us, I don’t know)) You may say I’m so freak because I’ve cried over him for 5893 times or maybe more. I miss him so much…. I cry a lot for him. I knew EXO (11 members) doing practice almost every night when Kris……………………………no one knows. 

on Chinese New Year, he changed his RenRen’s location >>GuangZhou<< well, it’s a good news! at least, we KNOW where is he 🙂 BUT he didn’t tell us anything except a new year’s greetings. ((gege, please…. we need at least a “Hello, don’t worry bout me guys” here))

then sadly, he disappeared AGAIN. do you know what? I cry. AGAIN. I know it’s kinda weird but I really miss him. for sure. I miss him. his voice. his face. his bijy smile. I MISS HIM, that’s all. I just want to see him. AT LEAST, one photo of him. but guys, I got nothing. N O T H I N G.

then, on February, 16 2013. many fanbases spazzing my timeline. ((on my second account not @icaclrss okay)) THEY SAID KRIS WAS SPOTTED….. I WAS CRYING HARDLYYYY. I SCREAMED. SERIOUSLY, I DIDN’T KNOW WHAT TO SAY BUT MY TEARS……… SAID EVERYTHING WHAT I WANTED TO SAY.

At first, I only saw one pic of him. but it was a little relief here -in my heart- because yeah finally I SAW HIM GUYS WE SAW HIM. AFTER 20 DAYS.

so, here it is, the compilation of his pics on Feb, 16 2013

Image

 

I got it from @herajleemickris! thanks to you^^~ Kris was spotted at airport today and BOOM!!!! everyone said he will go back to Seoul. DID YOU KNOW HOW HAPPY I WAS TO SEE HIM AND KNOW THAT HE WILL GO BACK TO SEOUL? I CRY. A G A I N. (((pmsl, I cry easily)))

But wait….. look at the pics!!! do you guys get it? YEAH! KRIS DYED HIS HAIR. some people said it’s black then the others said it’s dark brown. whatever. I don’t really care (sorry), I just want to see him and THANKS GOD THANKS GUYS THANKS FOR UPLOADING HIS PHOTOS. It’s kinda a big relief to know he’s still alive ((LOL)) then………. hmmm I love his hair. hehehe just my opinion -ignore this-

Okay, I was very happy to know that KRIS with his NEW HAIR will go back to SEOUL because it means, OT12 WILL DO THE PRACTICE AND I CAN SMELL COMEBACK SOON H3h3h3h3. BUT NO GUYS. JUST N O. He wasn’t going back to Seoul, he went to meet his mom and do family matters in Canada. For the 92420 times, I CRY HARD. It’s too sad. I just saw him and put my hope too high on him. He was going to Canada. C A N A D A. poor you, clarissa. but it’s OK! at least, I KNOW WE KNOW THAT HE IS OKAY, right EXOSTANS? 🙂

How could I know he was not going to Seoul but to Canada? calm down guys, here it is the link: http://www.twitlonger.com/show/l2h02n or here it is the translation of fan account:

[FANACC TRANS] Fanacc by joey_clyexo, who saw Kris.

“Okay, I’m here to write my fanacc, and I hope everyone will stop worrying, I’m also a fan, and understand how emotional the homepage (tlist) is when he suddenly appeared after being missing for 20 days. I decided to post the photo I’ve taken to assure you all, and now writing this fanacc to answer the questions you all have, and to share about how heartwarming Wu Yifan is:)

Regarding the location, my conscience does not allow me to disclose it, and I believe everyone also hope that there won’t be too many people bothering him, since this is a personal trip afterall. Even if you guys managed to figure out, don’t spread it around, thanks. For this, I’ll use xx for the place where we met, and oo for our destination.

Before the New Year holidays, he was already “missing”, without showing his face, and only rumours had him in oo, but there was not a single photo of him to confirm that. I also struggled with myself whether or not to upload the photo I’ve taken, but in the perspective of a fan, I thought this photo will be a comfort booster, so I did. 

Even though before this I’ve heard that he is in oo, I never went out to find him, so I’m emphasizing that I didn’t go out on purpose to find him, hope you guys understand. I totally didn’t expect to see him at xx.

I went to xx for the New Year, and only returned to oo today. When my mum and my sis were queueing up for the tickets, I went to the toilet alone. 

On the way to the toilet, I saw one guy sitting at the place near the walkway, as for the hair colour, it is somewhere in between dark brown and black. He has a high nosebridge, with sunglasses on, listening to music through his earphones, really handsome. I suddenly had this feeling- don’t tell me it’s Kris? Taking a closer look, he has a blue plushie inside his bag!! The one that fans spotted him carrying before! So I was sure that it is him.

I dashed into the toilet, in disbelief, but only held in for 5 seconds and came out. Because this might be the only chance of seeing him.

I went back and he was gone. Then looking again, I saw him queueing up, to buy the ticket. I followed. 

Standing 2m away, I could feel his height. He is really tall. I didn’t know if I should call his name. I finally said Kris softly, but maybe because he was listening to the music he couldn’t hear me.

With little confidence, I stood far away. When I thought he was leaving I hurriedly took out my phone and took out that photo. It was blurry, but thank you all for believing me. It was easy to recognise him with that height and pose, right? For the other pictures others had taken, it’s him. Same clothes, and hairstyle.

I hurriedly went over and said in Cantonese, Fan ge!

He saw me and took off his earphones and glasses, and our conversation continued on in Cantonese.

I told him honestly that I saw him on the way to the toilet and spotted him. You.. disappeared for so long, we are all so worried about you, worried that something happened to you, that’s why we didn’t see you for so long, you are not in Korea, we were so worried…

While saying that I was trembling a little, and tearing. He appeared shocked.

He waved his hand that was holding on to his sunglasses and said, “Don’t worry! I will return quickly, next month..I’m here to see my mum, and to return to Canada to settle some family matters, you really don’t have to worry!”

I remember him saying “Don’t worry” for many times. I don’t know what matter it is, but it is definitely not what the rumours say. 

As for “next month” he didn’t specify whether it means he will return to Korea next month, or is next month the comeback. I forgot to ask, please understand.

I suddenly recalled that today is his first year anniversary and congratulated him. He said “I know, thanks!” I then told him, actually I knew he was in oo.

He looked shocked again, with his eyes really wide open.

He asked again, how did we know. Seems like he really didn’t know..that the fans were talking about his disappearance for 20 days.

I explained that people saw him but weren’t sure. And we didn’t wanted to bother you but we were really worried.

Then he said for many times again, “Don’t worry.”

He also asked if I am also going to oo and taking the same trip as him. (But my mum is still buying the tickets so..)

After chatting for long, I was afraid that the train will leave and said goodbye, and sorry for holding him up. He also said “Bye bye, thanks.”

Lastly, I said, “I will wait for your comeback!”

He nodded, saying “Mm!”

Throughout the conversation, he kept smiling. He didn’t put on weight, but didn’t slim down a lot. He looks good, not sure if he put on makeup but his skin is really good and fair. He has a model built, and wore a nice looking black coat. Even the girl at the ticket sale counter asked me who he is, cuz he is really handsome.

He took off his earphones and sunglasses, to listen to his fan. He is tall, he bent down. His voice is really nice in Cantonese. Before I only listened to how nice he is via the internet, now I know all these are real! He is really nice, polite, replying to everything asked. He is a big, warm, guy!

He is worth our love, he keeps protecting others, so we must protect him even more!

I don’t know where he is at now, and please don’t go looking for him, since it is a personal trip.

I only shared this to hope you guys don’t worry.

He appeared, nothing’s wrong, please don’t worry.
Wait for his comeback, and thank you for your understanding. 

fanacc by: joey_clyexo
trans by: exonyeoshidae

Thanks @exonyeoshidae for translate it, by the way it’s me @bbysehun hehehe 🙂 please don’t repost everything if you will not put the cr;; okay? thanks guys 🙂 

That’s all that I could write here. now, I’m still crying over Kris. I just want him to go back soon but it’s okay because he told us to don’t worry because he’ll back next month. I TRUST WU YI FAN GEGE. I TRUST MY CANADIAN GIRAFFE. So just keep praying for him, to be fine and always be. hope he can finish his family matters fast. hope he always be healthy and always be my canadian giraffe, the leader exo-m. So exostans, please don’t ask for the exo comeback soon because we are still waiting for the one and only, EXO-M’s LEADER, WU YI FAN to finish his personal trip to Canada. don’t follow him every where and disturb his private life. I’m really begging you here, guys.

At least, we know where is he now. we know that he will back soon. Let’s keep praying and loving also supporting for kris and EXO of course. 

That’s all, and I love you, Kris gege. my one and only, canadian giraffe :’))) see you soon as possible :’D 

-Lovexxo from clarissa

HELP ME

Hello guys, this is Clarissa or maybe you all know me as @icaclrss on twitter 🙂

So guys, I REALLY NEED YOUR HELP HERE! why? well, I am just a new user on wordpress. I don’t understand how to edit this and that T_T huhuhu

is there anyone of you want to help me? please HELP ME. JEBAAAL~ 

ah btw, i just use this blog to post my ff and sometime a lil bit weird thing like this. so yeah, guys if you are a pro please help me! contact me as soon as possible! THANKYOU SO MUCH <333

Sweetest Mistake

Title:    Sweetest Mistake

Author: Mrs. OH

Main Cast:       -Kim Jun Myeon (Suho) EXO K

                        -Jung Min  (OC)

Other Cast:      Wu Yi Fan (Kris) EXO M

Genre: romance, sad

Note: annyeong~ author kembali dudududu \(^o^)/ kali ini author menjadikan suho dan kris jadi tokoh di ff kedua ini ya walaupun kris Cuma peran pembantu sih…. *ditabok kris* ok, happy reading and sorry for the typos~

 

***

 

Summary: I never believe in angel since I found you, I never believe in a sweetest mistake since we did it…

Suho’s pov

Kusandarkan kepalaku dijendela kamarku menatap rintik air hujan yang semakin deras. Aku rasa Tuhan memang sedang ingin menemaniku dan menurunkan hujan untuk mewakili perasaanku. Sudah satu minggu semenjak aku dan dia memutuskan untuk mengakhirinya. Mengakhiri hubungan kami yang begitu membahagiakan sekaligus menyakitkan. Kurasakan kristal kristal bening itu membasahi kedua pipiku. Kulayangkan pandanganku pada sebuah bingkai yang terbaring manis di tempat tidurku. Segera kuambil dan kudekap erat.

“aku merindukanmu…aku sangat merindukanmu” ucapku lirih dan semakin terlarut dalam isak tangisku. Jung Min nama yeoja yang sudah menghiasi hidupku selama 3 tahun terakhir ini. yeoja yang selalu menemani pagi hingga malamku. Yeoja yang selalu kusayangi dan kucintai. Yeoja yang selalu kujaga agar tak pernah tersakiti.

Masih terekam jelas kejadian itu. saat kami memutuskan untuk mengakhirinya, saat kami saling melepas satu sama lain. Saat aku tahu, perasaanku sudah tak mungkin disambut olehnya lagi. Saat aku tahu, aku mencintainya lebih dan lebih setiap waktunya dan hal ini justru membuatku semakin gila.

“aaargh, sial!” teriakku sambil mengacak rambutku frustasi. Kutatap lagi jendelaku yang kini sudah berembun dan kurasakan dinginnya hujan sudah menusuk tulang tulangku. Aku butuh kau Min, aku butuh kau memelukku sekarang.

 

Min’s pov

Aku baru saja terbangun dari tidurku, menyadari sosoknya tak ada disampingku. Takkan pernah ada lagi. Kusadari ada rasa sakit yang menghujam jantung dan hatiku. Kutatap layar iphoneku dan mencari sebuah nama disana ‘Suho♥’. Dia tak pernah menghubungiku lagi semenjak saat itu. dia, Kim Jun Myeon lelaki yang sudah 3 tahun menemani hidupku namun kuputuskan untuk meninggalkannya. Bukan, bukan karena aku sudah tidak mencintainya. Kami saling mencintai hingga detik ini. kupejamkan mataku dan kembali mengingat saat pertama kali kami bertemu

Flashback

*Incheon Airport

Kulangkahkan kakiku gontai, pikiranku sedang sangat kalut saat ini dan aku sedang tidak dalam mood yang baik. Aku jalan tertunduk karena merasa begitu pusing dengan semuanya

BRUK!

Seseorang menabrakku….atau aku yang menabraknya? Membuatku jatuh tersungkur. Oh Tuhan, hari ini sudah lebih dari buruk untukku haruskah kau membuatnya lebih buruk lagi. Aku pun segera berdiri ketika sebuah tangan menopang tubuhku

“YAA! JANGAN SENTUH AKU! KAU TIDAK BISA MENGGUNAKAN MATAMU DAN JALAN DENGAN BENAR HAH?!” kutepis tangannya dengan kasar dan meneriakkinya membuat beberapa orang melihat kearah kami.

“ah, mianhae nona. Saya kurang berhati hati tadi. Anda tak apa apa?” katanya sambil membungkukkan badannya 90 derajat.

“aku tidak apa apa.” Ucapku singkat lalu merapikan bajuku yang kusut karena jatuh tadi.

“mianhae” ucapnya sekali lagi membuatku malah semakin ‘gerah’

“arasseo arasseo, aku tidak apa apa TUAN” ucapku sambil menekankan kata tuan

“oh baiklah, terimakasih” ucapnya sambil tersenyum. Omo! Ternyata dia sangat tampan saat tersenyum! >///<

“ne, sama sama” jawabku lalu aku pun berbalik bersiap untuk berjalan ketika sebuah tangan menarikku membuatku menoleh kearah pemilik tangan itu.

“kim jun myeon, kau?” ucap lelaki yang menabrakku tadi, masih memegang tanganku

“jung min. nggg, tanganmu?” jawabku sambil menunjuk tangannya dan membuatnya segera menjauhkannya dari tanganku

“ah mianhae. Kau mau kemana?”

“tidak tahu, kau?”

“ingin makan siang. Mau menemaniku, nona min?” tanyanya sambil menunjukkan senyum mematikannya lagi. Sial, aku menyukai senyumannya. Namun aku masih memiliki akal sehat untuk menerima ajakan pria yang baru dikenal

“makan? Denganmu?”

“ah, mianhae sekali lagi. Anggap saja sebagai permintaan maafku padamu, bagaimana?” ajaknya sekali lagi, sebagai permintaan maaf? Baiklah kurasa ini tak apa.

“hmmm ok suho” ucapku

“suho?” tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya membuatnya terlihat semakin tampan

“ah, entahlah aku ingin memanggilmu begitu saja begitu kulihat wajahmu” jawabku sambil melihat kearah lain. Min bodoh, alasan macam apa itu?

“aku terlihat seperti malaikat, ne?” godanya sambil mengedipkan sebelah matanya dan sukses membuat jantungku melompat lompat sekarang. Namun segera kupukul lengannya pelan

“yaaa! Pede sekali”

“hahaha arasseo, terserah kau mau memanggilku apa min” ucapnya sambil tertawa. Lalu memberiku kode untuk berjalan berdampingan dengannya. Lelaki ini tinggi juga, kulitnya mulus dengan rambut berwarna merah yang jatuh dengan indahnya tambah lagi bibirnya yang sangat amat menggoda begitu dia tersenyum. Aish! Jung min! apa yang kau pikirkan? Segera kutepis pikiran yadongku itu dan menuju restoran bersama suho.

Flashback end

Kubuka mataku yang sedari tadi terpejam, sebuah senyum tersungging diwajahku. Senyum pahit. Suho oppa, apa kau tak merindukanku? Apa kau sudah melupakanku? Apa rasa itu sudah sepenuhnya hilang?  Kubenamkan wajahku dikedua tanganku. Aku menangis dan menangis. Begitu bodohnya aku hingga menyakitimu dan diriku sendiri. Maafkan aku, maafkan aku oppa….

 

Suho’s pov

Kuletakkan lagi bingkai foto itu dan kini kutatap layar iphoneku dengan nanar. Foto yang sama masih menghiasi layarnya. Fotoku dan fotonya, foto min. kuelus lembut wajahnya di foto itu. aku tahu mengurung diri dan menangis itu bukan sikap seorang namja , lagipula aku ini tampan dan banyak yeoja yang mengejarku dan memintaku menjadi kekasihnya. Tapi takkan pernah ada yang sama dengannya, dengan min. dan rasa sayangku padanya takkan pernah tertandingi oleh apapun didunia ini.

Kurebahkan diriku di kasur putihku dan menatap ke langit langit kamarku. Aku kembali mengingat serpihan kenanganku dengan, kenangan yang begitu manis namun selalu menyesakkan hatiku.

Flashback

Hari ini, tepat setahun setelah aku dan min memutuskan untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Klise sekali memang persis seperti di drama drama ketika kau tidak sengaja bertemu seseorang dan kau mencintainya lalu kalian berpacaran dan sebagainya. Tapi aku jelas tak mau akhir kisah cintaku sedih. Kutatap yeoja disampingku dengan penuh kasih sayang, kuelus lembut rambut coklatnya membuatnya mendongakkan kepalanya kearahku

“wae oppa?” tanyanya sambil ber-aegyo? Entahlah. Dia terlihat sedang menunjukkan aegyo dimataku

“ani chagi. Aku hanya tak menyangka sudah setahun kita berpacaran” ucapku sambil tersenyum dan mengacak lembut rambutnya membuatnya ikut tersenyum

“aku juga, aku sangat sayang padamu oppa”

“aku lebiiiiiih sayang padamu chagi”

“yaa! Kenapa kau selalu tak mau kalah denganku?” katanya sambil mengerucutkan bibirnya membuatku justru semakin gemas. Segera kutarik tangannya membuatnya kini berhadapan denganku. Kutundukkan wajahku dan mendekatkannya ke wajah min

Chu

Ciuman manis itu pun terjadi, kuberikan rasa sayangku disetiap sentuhan yang kulakukan membuatnya memelukku erat hingga akhirnya bibir kami berjauhan.

“saranghae, min” ucapku sambil mengecup puncak kepalanya dan mempererat pelukan kami

“nado oppaaaa. Hm mau kemana kita hari ini?” tanyanya

“terserah padamu. Kau ingin merayakan hari jadi kita dimana chagi?”

“aku…..ingin disini oppa” ucapnya sambil tersenyum. Disini? Di apartemenku?

“eh? Disini tak ada apa apa chagi. Kau tidak ingin berjalan atau menonton film?”

“ani. Aku ingin disini menghabiskan waktu denganmu! Bolehkah?”

“kau ingin menginap?” tanyaku ragu ragu. Bukannya aku tak mau dia menginap tapi….ini pertama kalinya pacarku menginap diapartemenku.

“ya, aku ingin menginap oppa” ucapnya lagi sukses membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

“kau…yakin aku tidak akan menyerangmu?” tanyaku usil padanya padahal aku sendiri sedang berusaha mengendalikan degup jantungku

“yaaa! Suho oppa bukan lelaki seperti itu. aku percaya karena aku mencintainya” jawabnya sambil memelukku lagi. Ya Tuhaaaan, semoga dia tidak mendengar degup jantungku ini. ini sangat memalukan.

“aku juga mencintaimu” ucapku pelan lalu kami terlarut dalam pelukan hangat. Ya, hari itu jadi kali pertama min menginap diapartemenku dan menghabiskan seharian hanya bersamaku. Kutetapkan hari itu menjadi hari khusus suho untuk min.

Flashback end

Aku pun kembali ke dunia nyata, kualihkan pandanganku ke sebelahku. Kosong. Takkan ada lagi dirinya yang selalu menemaniku tidur disini sambil bercerita tentang teman temannya lagi. Air mataku pun mengalir lagi. Tak tahukah kau disini aku hampir mati karenamu? Tak sadarkah kau aku merindukanmu lebih dari apapun didunia ini? Tak tahukah kau betapa aku merindukan setiap sentuhan kecilmu padaku yang penuh cinta itu? aku ingin kau kembali Jung Min….

 

Min’s pov

Aku mulai dapat menenangkan diriku, kuseka air mataku dan mengambil boneka beruang berkostum malaikat yang entah sejak kapan mulai terabaikan olehku. Boneka ini darinya, dari malaikatku. Malaikat yang selalu menghiasi hidupku selama 3 tahun dan memberiku hangat cintanya. Kupeluk boneka itu erat, mengingat bagaimana aku bisa mendapatkannya dipelukanku

Flashback

“selamat hari jadi 730 hari Jung Min! jeongmal saranghaeeee!” teriak namja berkulit putih didepanku sambil memberiku serangkaian bunga mawar berwarna merah, pink, putih dan ungu. Indah sekali

“omo! Gomawo oppa, nado saranghaeee” ucapku sambil memeluknya erat  membuat beberapa orang melihat kearah kami dengan tatapan iri. Tentu saja, aku ini yeoja paling beruntung sedunia memiliki pacar setampan suho oppa dan seromantis suho oppa.

“cheonmaneyo chagi hehe kau suka bunganya?” tanyanya sambil mengelus kepalaku lembut dan segera kujawab dengan anggukan

“kalau begitu, kau juga harus menerima ini!” ucapnya lagi sambil menyerahkan sebuah kotak besar berwarna merah marun.

“apa ini?”

“hanya sebuah kado kecil untuk putri kecilku” jawabnya sambil tersenyum dan membuatku meleleh saat itu juga. Segera kuambil kotak itu dan membukanya

“KYAAA! Oppa, benarkah ini untukku?” tanyaku riang sambil mengangkat sebuah boneka beruang berkostum malaikat

“he em, kau suka chagi?”

“sangaaaat! Terimakasih oppa!” ucapku lalu memeluknya sekali lagi. Dia tersenyum sangaaaaat manis, lalu merangkul pundakku

“aku tak dapat hadiah? Aishhh, jahatnya….” Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. Jujur saja aku memang tidak menyiapkan hadiah untuknya karena aku bangun kesiangan. Namun bagaimanapun juga aku harus memberinya hadiah kan? Baiklah! Kuberikan itu saja!

“aku punya kok! Pejamkan mata oppa” dia pun mengangkat sebelah alisnya namun segera menuruti perkataanku. Dengan sigap segera kudekati wajahnya

Chuuu~

Kucium lembut pipi kiri suho oppa dan membuatnya langsung membuka mata karena kaget sepertinya.

“yaaa! Kau masih tak mengerti tempat mencium chagi? Disiniiii~” ucapnya sambil menunjuk bibirnya yang memang sangat menggoda itu membuatku langsung menunjukkan rona merah dikedua pipiku

“aishhh! Oppa genit!” ucapku sambil memukul lengannya

“aku tidak genit kau yang menciumku ditempat umum begini” godanya lagi dan membuatku semakin malu. Aku pun segera membalikkan badanku dan beranjak pergi darinya namun dengan cepat tangannya menarikku dan menjatuhkanku dipelukannya

“oppaaa! Maluuuu dilihat orang orang” kataku setengah berteriak karena kini wajahku sukses terbenam didada bidang miliknya namun dia semakin mempererat pelukan kami

“biar saja, biar semua orang iri pada kita chagi hehehe”

“yaa oppa it…..” belum sempat kuselesaikan kalimatku, bibir merah mudanya dengan mulus mendarat di bibirku. Membuatku mabuk dalam hangat ciumannya. Dia menciumku agak lama dan kami tak memperdulikan keadaan sekitar kami. Begitu selesai, dia menatap wajahku lekat

“jangan pernah meninggalkanku, ara?” ucapnya lagi sambil menaruh kedua tangannya diwajahku

“iya oppa, aku takkan pernah meninggalkanmu” jawabku dan dia mengecup keningku lembut. Semua hal yang dilakukan suho oppa begitu memabukkan dan membuatku kecanduan. Aku mencintaimu oppa. Jeongmal saranghae.

Flashback end

Kupererat pelukanku pada boneka itu. suho oppa, aku ingin bertemu denganmu. Ingin memelukmu seperti aku memeluk boneka ini. kau harusnya tahu seberapa menyesakkannya perasaan ini. kau harusnya ada disampingku sekarang dan memelukku. Kau harusnya bersama denganku selamanya, suho oppa….

 

Suho’s pov

Aku beranjak dari kasurku menuju kamar mandi. Kutatap diriku yang begitu mengenaskan di cermin. Lingkaran hitam yang sangat menyedihkan menghiasi kedua bola mataku, pipiku pun terlihat semakin tirus karena aku jarang sekali bahkan memilih untuk tidak makan akhir akhir ini. kutatap lagi penampilanku. Begitu menyedihkan. Kunyalakan wastafel lalu membasuh mukaku dengan air. Kucoba mencari ketenangan disetiap tetes airnya. Nihil, yang kutemukan justru serpihan kenangan bersamanya

Flashback

Hari ini tempat 3 tahun peringatan hari jadi kami. Namun belum ada satupun pesan darinya untukku. Kemana dia? Membuatku khawatir pagi pagi begini. Aku pun menatap layar iphoneku dengan penuh harapan ketika akhirnya sebuah nama terpampang di layar iphoneku

“Min♥ is calling”

Aku pun langsung tersenyum dan mengangkat telfon dari yeoja kesayanganku itu.

“chagiiii” sapaku lembut

“ah oppaaa, mianhae aku baru saja bangun. Selamat 3 tahunaaaan” ucapnya riang membuatku tersenyum mendengarnya

“haha dasar kau tukang tidur! Yaa, selamat 3 tahunan jugaaaa. Kujemput dirumahmu, ne?”

“ye oppa, aku akan segera mandi agar tak membuatmu menunggu lama. Hari ini ingin kuhabiskan denganmu!”

“ne ne, baiklah sampai berjumpa chagi. Saranghae”

“nado saranghae oppa”

Klik. Telfon pun terputus. Segera kuambil kunci mobilku dan melaju menuju rumah min. hari ini ingin kuhabiskan dengannya, ya seperti tahun tahun yang lalu. Aku ingin merayakan hari jadi kami berdua seperti biasanya. Begitu sadar aku sudah tiba dirumah min, segera kuturun dari mobil dan melihatnya sedang berdiri manis didepan  pintu rumahnya

“ayo jalan tuan putri” ucapku sambil memberi tangan kananku dan dia pun menyambutnya dengan memberi tangannya padaku. Aku pun langsung menggenggamnya dan menuntunnya kedalam mobil lalu aku menyusul duduk dikursi pengemudi disampingnya

“mau kemana kita?” tanyaku

“aku lapar oppa, ke café dulu bagaimana?”

“as you wish chagi” ucapku sambil tersenyum dan diapun ikut tersenyum lalu segera kukendarai mobil sportku menuju café favorit kami. Aku dan min memilih tempat duduk dekat dengan jendela agar dapat melihat kondisi diluar.

“oppa ingin pesan apa?” tanyanya sambil membuka menu dengan kedua tangan mungilnya

“ingin itu” ucapku sambil menunjuk bibir dengan warna pink yang begitu menggodaku membuatnya langsung membulatkan kedua matanya

“yaa! Aku serius!” ucapnya dan aku pun tertawa renyah

“ne ne, sama saja denganmu” jawabku dan dia pun segera memesan. Setelah memesan dia menatap lurus keluar jendela. Kufokuskan pandanganku padanya. dari ujung kepalanya kutatap rambut coklatnya yang begitu indah, matanya yang jernih, pipinya yang chubby, hidungnya yang cukup mancung, dan favoritku bibir pinknya yang selalu menggodaku. Namun lamunanku segera sirna ketika hp min berbunyi, sesaat kulihat jelas muka kaget saat dia menatap layar hpnya membuatku sedikit penasaran. Namun dengan segera dia mengangkat telfon yang entah dari siapa itu

“yeoboso”

“…..”

“eh? Kau? Kenapa tiba tiba?” kulihat wajah khawatir min membuatku semakin penasaran siapa yang menelfonnya

“…..”

“hem, aku sedang makan dengan temanku” teman? Apa yang dia maksud aku?

“…..”

“ne, arasseo. Kalau begitu berhati hatilah”

“…..”

“nado”

Klik. Min mematikan telfon itu. aku pun langsung menatapnya dengan bingung namun kusadari wajah min masih saja sama seperti tadi. Panik. Entah kenapa. Aku hanya merasakan firasat buruk saat ini.

“telfon dari siapa chagi?” tanyaku

“ah engg itu…temanku oppa!” kuangkat sebelah alisku mendengar jawabannya. Aku mulai curiga padanya. entahlah, aku merasa dia menutupi sesuatu dariku.

“temanmu? Siapa?”

“kau tidak kenal oppa” jawabnya singkat. Baru ingin kulanjutkan pertanyaanku namun pesanan kami sudah datang dan membuatku mengurungkan niatku itu.

Begitu selesai makan, kami menghabiskan waktu dengan menonton film dan melihat petshop bersama. Kulihat dia sangat menyukai anak anak anjing di petshop itu. aku berjanji padanya akan membelikannya nanti jika kami sudah menikah. Menikah? Tentu saja. Aku tidak sedang main main dengan min. aku ingin menikah dengannya dan membina sebuah keluarga. Itu impianku sekarang, mungkin secepatnya aku akan mengenalkan min pada kedua orangtuaku.

Tak terasa hari sudah cukup malam, aku dan min pun memutuskan untuk pulang. Kami berjalan berdampingan ditaman kota sengaja sebelum mengambil mobilku yang terparkir tak jauh dari sini. Kami suka sekali berjalan berdua dan menatap langit malam bersama. Aku menggandeng tangan min dan dia menyandarkan kepalanya dipundakku. Aku pun menatap langit yang bertabur bintang begitu banyak malam itu ketika kurasakan min ditarik menjauh dariku

GREP!

Segera kutengok kebelakang dan kutemukan sesosok namja tinggi menarik min mendekat kearahnya. Aku tak bisa melihat jelas siapa namja itu. namun dengan cepat tangan namja itu kini sudah berada dikerah bajuku, menariknya dengan kasar

“SIAPA KAU HAH?” ucap namja itu dengan suara berat, kufokuskan pandanganku dan mendapati seorang namja dengan rambut coklat muda itu didepanku.

“aku kim jun myeon, namjachingunya min” ucapku singkat masih dengan kerahku yang digenggamnya

“mwo? Namjachingu kau bilang? HAHA” ucapnya dengan wajah angkuhnya membuatku agak kesal namun kucoba untuk tetap menstabilkan emosiku. Aku tak mau lepas kendali

“ada apa tuan? Ada yang salah?” tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku. Dia terlihat kaget dengan reaksiku dan segera menarikku lebih dekat dengannya

“kau tahu, tuan jun myeon? Aku Wu Yi Fan, dan dia…” ucapnya sambil menunjuk min yang sedang tertunduk dibelakang namja itu lalu dia melanjutkan ucapannya

“dia Wu Jung Min, ISTRIKU” ucapnya dengan tatapan angkuh dan senyum evil padaku sukses membuatku membulatkan kedua mataku.

DEG!

Apa katanya? Istri? Dia sedang bercanda kan? Aku pun segera menatap min namun min hanya tertunduk dan kulihat punggungnya bergetar, dia menangis. Aku mencoba menenangkan diriku

“min, siapa dia? Bilang padanya aku ini namjachingumu. Kau dan aku sudah bersama 3 tahun….” Ucapku lirih mencoba mencari pembelaan dari yeoja itu namun nihil dia hanya diam dan terus menangis. Katakan padanya min, jangan bilang. Jangan bilang 3 tahun ini hanya permainan bagimu. Wu fan pun segera memperkencang cengkramannya dikerah bajuku

“kuberitahu kau satu hal, jun myeon-ssi. Aku pergi ke china karena urusan pekerjaan dan meninggalkan min di sini. Tak kusangka dia malah menjalin kasih dengan lelaki lain dan sepertinya kau sudah benar benar jatuh hati pada istriku, heh? Tapi sekarang akan kupastikan kau tidak perlu susah payah untuk tidak menemui istriku ini. aku akan membawanya pergi ke china. Karena itu JANGAN PERNAH MENGGANGGU MIN LAGI ATAU KUBUNUH KAU!!” ucapnya sambil berteriak di akhir kalimatnya lalu menghempaskanku kejalan dan menarik min pergi dari situ. Tak ada perlawanan dari min. dia bahkan tidak melihatku sama sekali. Kudapati diriku yang menyedihkan masih tersungkur diaspal yang dingin ini, kurasakan air mata turun dari kedua mataku. Betapa bodohnya kau jun myeon. Kutatap langit malam yang entah sejak kapan berubah menjadi langit yang mendung. Rintik hujan pun mulai turun dan membasahi setiap inci dari tubuhku. Kupejamkan mataku, rasanya air mata dan air hujan sudah menyatu diwajahku. Membuat semua terasa semakin memilikukan. Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya? Mencintai gadis yang sudah bersuami. Kurutuki diriku sendiri lalu segera bangkit dan mengambil mobilku lalu melaju dengan kencang menuju rumah. Buruk, ini perayaan hari jadi terburuk seumur hidupku.

Flashback end

Lagi lagi aku merasa hatiku seperti tertusuk seribu pisau dalam waktu bersamaan. Rasanya aku sudah mati. Ya, aku memang sudah mati semenjak kejadian itu. Aku kembali tertunduk dan menangis. Bodoh, aku memang sangat bodoh. Bagaimana mungkin mencintai seorang yeoja tanpa mengetahui latar belakangnya? Kenapa tidak mencari tahu tentangnya terlebih dulu? Kenapa begitu terburu buru dan yakin bahwa dia memang sendiri dan kami bisa menikah suatu saat nanti? Kenapa aku bermimpi terlalu jauh hingga membayangkan kami akan memiliki keluarga yang bahagia nantinya? Semakin bodohlah aku yang hingga detik ini masih mencintai dan mengingatnya tanpa ada sedikit pun niat untuk melupakannya.

 

Min’s pov

Aku menatap koper biru mudaku dengan tatapan nanar. Hari ini, akhirnya aku harus pergi dengan kris ke china. aku masih bisa merasakan rasa sakit yang sama bahkan kian menjadi di hatiku. Aku menangisimu setiap saat suho oppa, aku tak bisa membayangkan seberapa besar luka yang kugoreskan direlung hatimu saat itu. seberapa besar rasa sakit yang kau tanggung saat kau mengetahui kenyataan bahwa kau selama ini saling bertukar kasih dengan seorang wanita yang sudah bersuami. Kupejamkan mataku dan mengutuk diriku sendiri yang begitu berdosa, aku pun kembali mengingat saat terakhir kali aku bertemu dengannya, dengan kim jun myeon…

Flashback

Kejadian semalam sukses membuat mataku bengkak karena menangisi suho oppa, kris pun hanya diam seribu bahasa. Dia tidak marah atau membentakku. Dia hanya mengelus puncak kepalaku pagi ini dan berkata

“aku tahu, aku salah. Aku mengabaikanmu 3 tahun ini karena pekerjaan dan bahkan aku pergi ke china tanpa memikirkan perasaanmu. Aku mengerti kau merasa nyaman dengan namja itu. hanya saja….aku cemburu. Aku tak mau kau diambil olehnya. Aku sangat mencintaimu, tapi aku mengerti. Sekarang menangislah hingga kau puas. Aku tahu kau sakit, tapi aku juga sakit min-ah. Kalau kau sebegitu mencintainya tak apa. Mungkin lebih baik kita berpisah aku tak mungkin memaksamu hidup denganku terus kan, bagaimana?”

Aku hampir saja mati kaget karena ucapannya itu. namun segera kugelengkan kepalaku dan kucoba untuk berbicara dalam isak tangisku

“ani…tidak. Aku tak mau. Aku tak mau merusak hidupmu kris oppa. Cukup kurusak hidup namja itu. aku pasti bisa mencintaimu seperti dulu oppa. Tunggulah. Tunggu hingga air mataku habis untuknya. Maaf oppa. Jeongmal mianhae. Aku tahu aku sangat berdosa. Aku menyakiti dua orang sekaligus. Mianhae….” Ucapku lirih dengan suara parauku, kris segera menarikku ke dalam pelukannya. Pelukan namja yang seharusnya kucintai seperti 3 tahun yang lalu. Namja yang begitu sabar dan setia padaku. Namja yang selalu mencoba mengerti perasaanku. Namja yang mau memaafkan kesalahan terbesar seumur hidupku.

Hari ini kuputuskan untuk menemuinya terakhir kali. Aku sudah mengiriminya pesan untuk bertemu ditaman jam 10. Akupun sudah duduk manis dibangku taman. Bangku yang biasanya kami duduki berdua untuk mengobrol tak jelas dan bercanda bersama. Aku terlalu sibuk dengan lamunanku ketika kurasakan sebuah tangan menepuk pundakku

“annyeong, min-ah” sapanya sambil tersenyum, namun dapat kulihat jelas matanya yang cukup bengkak. Apa dia menangis semalaman sama sepertiku?

“ah annyeong suho oppa”

“waaah kau masih memanggilku suho? Hehe ada apa mengajakku kemari?” tanyanya sambil duduk disampingku dan tak menghentikan senyumannya itu.

“tentu saja, itu kan panggilan untukmu oppa. Nggg soal kemarin….” Aku merasa tenggorokanku tercekat sesuatu. Aku takbisa melanjutkan omonganku. Aku pun tertunduk. Min! jangan menangis sekarang!

“hemmm arasseo. Tak usah kau lanjutkan. Aku mengerti hehe kita sudah tidak mungkin kan?” ucapnya sambil tertawa. Tidak oppa, jangan tertawa, aku justru semakin paham hatimu sangat sakit sekarang

“oppa…mianhae….” Ucapku lirih sambil tertunduk. Dengan sigap dia mengelus puncak kepalaku sama seperti saat kami masih bersama.

“gwenchana. Aku mengerti min. kapan kau berangkat ke china?”

“seminggu lagi oppa. Kalau kau mau temui aku disana. Jam 11 aku akan berangkat ke china.”

“oh arasseo. Kau harus hidup dengan baik disana, ne?” ucapnya lagi dan aku pun mengangguk mantap. Setelah itu dia berpamitan pulang padaku katanya masih ada urusan. Kutatap nanar punggung yang kian menjauh dariku itu. ya Tuhan, aku ingin sekali mengejarnya dan memeluknya. Tapi tak mungkin. Aku tak mungkin melakukannya lagi.

Flashback end

Kuambil iphoneku dan memastikan apakah ada pesan darinya atau tidak. Namun nihil, tak ada kabar darinya. Padahal hari ini aku akan berangkat ke china dan dia bahkan tak memberiku salam perpisahan? Hhh…bodoh. Mana mau dia memberimu salam perpisahan min? kau itu sudah berdosa padanya. kuhela nafasku berat ketika kudengar suara berat dari luar rumahku

“chagiiiii, sudah siapkah? Ayo berangkat” teriak kris dari luar. Suara beratnya itu begitu seksi dan membuatku tersenyum tipis begitu mendengarnya

“ne, arasseo oppa. Chankamman” ucapku lalu segera menarik koperku keluar rumah. Aku akan meninggalkan korea hari ini. aku juga akan meninggalkanmu hari ini, karena itu….selamat tinggal suho oppa.

 

Suho’s pov

Kutatap lagi diriku di cermin. Ya, cukup tampan dan lebih baik dari sebelumnya. Aku baru saja selesai mandi dan segera kurapikan rambutku. Aku pun mengambil kunci mobilku dan berharap semua belum terlambat. Aku harap ini menjadi akhir dari semuanya. Kurasakan pundakku bergetar karena menahan air mata yang memaksa untuk keluar namun segera kugigit bibirku sendiri merutuki betapa lemahnya aku sekarang.

Dengan sigap segera kubuka kunci mobilku dan melaju menuju incheon airport, ayolah min. kau pasti belum berangkat kan? Waktu sudah menunjukkan 10.30 dan aku sudah panik sekarang. Ku percepat laju mobilku menuju bandara

*Incheon Airport

Aku berlari masuk ke dalam bandara, semua masih sama. Kali ini pun aku akan bertemu dengannya seperti saat pertama kali kami saling mengenal. Tapi bedanya kali ini dia dengan seorang namja, ya wu yi fan suami wu jung min. aku pun tersenyum miris. Kulihat jam tanganku, 5 menit lagi. SIAL!! Apa yang harus kulakukan? Begitu banyak orang disini. Kuhubungi nomor min namun tak ada jawaban, dia pasti mematikan hpnya. Aku mulai kesal ketika kulihat seorang yeoja yang sangat mirip dengan min dan aku pun segera menarik tangannya

“MIN!!” ucapku, yeoja itu pun menengok ke arahku dengan muka bingung

“maaf, anda siapa?” tanyanya. Ternyata bukan min. aku pun segera membungkuk meminta maaf dan melanjutkan pencarianku. 3 menit lagi! Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus menyerah dan tak mengucapkan salam terakhir padanya?

“keberangkatan menuju china akan segera dilaksanakan. Diharapkan kepada para penumpang untuk bersiap siap”

Sebuah suara dari pusat informasi menggema keseluruh bandara. Aku pun mengacak rambutku frustasi. Tapi tunggu! Kalau dengan cara itu setidaknya dia pasti mendengarku kan? Bagus! Aku pun segera berlari menuju tempat itu

 

Min’s pov

Kulayangkan pandanganku keseluruh penjuru semampu yang kubisa, namun nihil. Tak ada tanda tanda suho oppa. Mungkin dia memang takkan pernah datang. Aku pun tertunduk lesu menyadari aku memberi harapan kosong pada diriku sendiri

“chagi, kau kenapa?” tanya kris sambil mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Dia nampak begitu khawatir.

“ani, gwenchana oppa. Kita berangkat kapan?” tanyaku tak ingin terus terpuruk dan menyakiti kris oppa lagi

“sekarang chagi, bersiaplah”

Aku pun segera berdiri dari tempatku duduk, namun ketika sebuah suara muncul. Suara namja yang sangat kukenal

“annyeonghaseyoooo, maaf aku menyalah gunakan pusat informasi disini. Maaf kalau menganggu kenyamanan kalian semua. Aku hanya meminta waktu 5 menit saja hehe” ucapnya. Ini suaranya. Suara suho oppa. Kris oppa segera merangkul pundakku dan tersenyum

“dia kesini? Dengarkan dia chagi. Terakhir kali…” ucapnya dan segera kujawab dengan anggukkan lalu kufokuskan kembali pendengaranku. Tak berapa lama kudengar helaan nafas khas miliknya, sepertinya dia bersiap melanjutkan omongannya

“aku kim jun myeon, aku sedang mencari seseorang namun dia tak dapat kutemukan padahal aku sudah menelfonnya berkali kali. Yaa! Jung Min! kau kemana heh? Aku sudah sangat frustasi mencarimu dan menelfonimu! Kau tak mau melihatku untuk yang terakhir kali ya? Hahaha. Mianhae aku tak mengabarimu sama sekali karena aku berniat memberikan salam perpisahan ini sebagai kejutan tapi ternyata kau terlalu transparan min-ah haha. Maaf juga aku tak memberimu yang terbaik selama ini. dan untukmu hey namja bernama wu yi fan! Kau harus menjaga yeoja disebelahmu itu baik baik ara? Jika tidak kupastikan aku akan berlari dan menariknya dari pesawat lalu menikahinya! Aku sedang mengancammu loh ya! Hem… Min-ah, aku…sebenarnya aku sendiri tidak mengerti apa yang ingin kusampaikan padamu. Yang jelas aku ingin berterima kasih padamu untuk semuanya, kau itu cinta pertamaku. Terimakasih sudah mengajariku apa itu cinta dan menjadi pendamping hidupku selama 3 tahun ini. semua terasa begitu membahagiakan dan kuharap kau juga bahagia ketika bersamaku. Aku tak ingin kau terus terusan terpuruk sepertiku min, aku mengurung diri selama seminggu dan terus menangisi keadaan ini. kau tahu kan seberapa cengengnya aku sekarang? Haha tapi sekarang aku sudah baik baik saja. Aku mencoba untuk menerima semuanya jadi kau jangan khawatir dan menangisi hubungan kita lagi, ara? Yang harus kau khawatirkan itu namja disebelahmu. Dia sangat tampan dan pasti banyak gadis yang mengejarnya, dia juga sangat mencintaimu dan dia sangat baik buktinya dia mau setia kan padamu? Karena itu, jika memang sangat menyakitkan maka lupakan saja kenanganmu bersamaku, lebih baik aku yang menyimpan semuanya. Biarkan aku hidup lebih lama dengan kenangan kita ya? Karena hingga detik ini aku juga kadang masih berharap kita itu masih bersama dan duduk berdua atau bergandengan tangan seperti pasangan pada umumnya….tapi aku tahu itu semua hanya mimpiku belaka. Haaaah aku ini memang tidak sesuci malaikat (suho) seperti kau memanggilku min-ah. Aku begitu egois masih saja mengharapkanmu akan berlari dan memilihku untuk menjadi pendamping hidupmu dan menyakiti hati seorang namja disampingmu. Jika aku mau aku bisa merebutmu tapi tidak min-ah. Aku tak mau. Aku tak mau menghancurkan hidupmu dengannya, dengan dia yang lebih dulu mengenal dan mencintaimu. Dengan dia yang sudah begitu bersabar dengan rasa sakit yang bahkan melebihi rasa sakit kita berdua hehe. Jadi, sekarang berbahagialah kau dengannya di china. kau harus memulai hidup baru, ne? karena aku pun disini akan memulai hidup baruku. Ya…walaupun tanpamu disampingku lagi, aku ingin kita bisa berteman baik! Kalau kau main ke korea kau harus menghubungiku ya? Nanti kita jalan bersama, kau dengan wu fan dan aku…dengan yeojachinguku tentunya! Aku tak ingin menjadi nyamuk diantara kalian berdua hehe. Hanya itu yang ingin kusampaikan, terimakasih untuk semuanya. Jagalah dirimu baik baik dan makan yang benar ya, aku tak mau kau sakit. Aku….masih mencintaimu Jung Min. saranghae. Aku juga akan merindukanmu hehe. Terima kasih sekali lagi dan selamat tinggal.” Ucap suho lalu suaranya pun menghilang.

Kurasakan pundakku bergetar hebat, aku menangis. Ya Tuhan, gadis macam apa aku ini hingga menyakiti lelaki sebaik suho? Aku begitu busuk, bisa bisanya kunodai rasa sayang yang begitu tulus dari suho. Tak berapa lama, kris pun memberi isyarat padaku untuk segera menuju kedalam pesawat.

“chagi, kapan kapan kita harus jalan bersamanya…kurasa dia lelaki yang sangat baik” ucap kris sambil merangkul pundakku membuatku agak kaget mendengarnya namun segera ku tersenyum

“ne, tentu saja. Dia memang sangat baik oppa” jawabku lalu kami pun duduk di bangku yang sudah disediakan di dalam pesawat. Kris segera mengeluarkan headphonenya dan sibuk dengan lagunya sendiri, aku pun memandang keluar jendela pesawat. Sebentar lagi, aku akan meninggalkanmu suho oppa. Mataku menerawang keseluruh penjuru yang bisa kucapai dari jendela itu, ketika mataku tertuju pada satu orang. Orang yang begitu kukenal, suho oppa! Dia menemukanku? Aku pun melambaikan tangan padanya, dia tersenyum dan melambaikan tangannya padaku. Kulihat tangannya bergerak membentuk huruf huruf dan aku pun memperhatikannya dengan seksama

“gomawo, saranghae Wu Jung Min”

Aku terisak kecil begitu menyadari apa yang dia sampaikan, dia menulis kata ‘Wu’ di namaku. Marga milik kris, suamiku. Dengan segera ku gerakkan tanganku membentuk kalimat dan dia terlihat berusaha keras untuk memahami kalimatku

“nado saranghae Kim Jun Myeon, selamat tinggal”

Begitulah kalimat yang kusampaikan. Setelah itu dia tersenyum dan mengangguk padaku, akhirnya pesawatku lepas landas. Mulai sekarang berbahagialah, mulailah hidup baru tanpaku. Karena jika kita bertemu lagi entah kapan, aku ingin melihatmu berbahagia lebih dari saat kita bersama dulu. Perasaanku juga masih sama, aku masih mencintai dan menyayangimu. Aku pun masih menginginkanmu disisiku tapi semua tak mungkin. Terimakasih, terimakasih untuk semua yang kau berikan padaku selama ini suho oppa. Kau selalu menjadi malaikat bagiku. Selamat tinggal suho oppa, selamat tinggal kesalahan termanis seumur hidupku….

 

The End

 

Hoaaaaa! Selesai juga! Gimana gimana gimana? Biasa aja ya? Okedeh author tau kok…. *nangis sama sehun* Maklum masih pemula ^^ hehe mohon RCL-nya, author sangat butuh saran kalian. gomawooooo♥

**NOTE: FF ini sudah pernah di share di @EXOFANFIC_ID ya ^^ 

 

A Song Without Voice (CHAPTER 1)

Title:    A Song Without Voice (Chapter 1)

Author:  Mrs. OH (@icaclrss)

Casts:   Kim Jongdae (Chen) EXO M

            Park Sohi OC

            Wu Yi Fan (Kris) EXO M

            Park Chanyeol (Chanyeol) EXO K

Other Casts: some EXO members

Genre: Romance, Friendship, Sad

P.S: Annyeong readerdeul~~ author datang dengan chapter story kali ini. Ga akan lama kok chapternya (semoga) hehehe. Oh iya, mohon maaf kalau disini romancenya tidak terlalu menonjol ya^^ sorry for the typos guys! ^^ ide murni dari hasil pemikiran author yang lagi gabut liburan kuliah okay, happy reading and please give comment! Kamsahamnidaaaaa *bow*

 

Summary: When you have something or someone that really special for you. Then you realize, you must let them go. It hurts, it makes you crazy. I feel it, when I must lose something that really special for me…. Here I am, a singer who loses his voice slowly…

 

Chapter 1

Author’s POV

Awal musim semi, semua orang bersiap menyambut musim semi. Membersihkan sisa-sisa salju di halaman rumah mereka, mempersiapkan barang-barang untuk piknik musim semi tahun ini, tak terkecuali seorang namja. Namja itu merapikan dirinya didepan cermin, sesekali merubah tatanan rambutnya, kadang ke kiri kadang ke kanan dan selalu berujung dengan desahan nafasnya

“Haaaah….kenapa aku selalu merasa rambutku ini jelek?” Tanya namja itu sambil menatap dirinya di cermin.

“Kau sudah tampan dan berhentilah memandangi dirimu di cermin seperti itu, Chen!” Ucap seorang namja bersuara berat yang sangat tinggi dengan rambut blonde.

“Ah! Kris hyung, kau sudah disini rupanya~” Ucap namja bernama Chen itu sambil tersenyum dan segera meraih tasnya.

Actually, aku sudah berada disini dari 15 menit yang lalu dan kau masih sibuk dengan rambutmu itu.” Ucap Kris dengan muka yang dibuat sedemikian mungkin, kurasa dia mencoba terlihat kesal.

“Hahaha, mianhae hyung. Kajjaaa kita pergi!” Ucap Chen sambil menarik tangan Kris dan Kris hanya bisa menghela nafas mengikuti Chen.

Mereka, Kim Jondae a.k.a Chen dan Wu Yi Fan a.k.a Kris adalah dua orang namja yang sudah bersahabat sejak lama. Chen adalah seorang penyanyi di café tempat Kris bekerja, jangan salah Kris bekerja bukan sebagai pelayan atau penyanyi seperti Chen. Dia pemilik dari café bernama “Amore Cafe” dan Chen sangat beruntung karena perantauannya di China tak berujung dengan pengangguran karena Kris memberinya pekerjaan di café miliknya. Alasan Chen merantau? Sederhana, dia hanya ingin mengadu nasibnya di negara orang, dia tak berasal dari keluarga yang tak mampu hanya saja Chen memang memiliki keinginan hidup sendiri yang tak bisa ditentang oleh siapapun. Jangan salah, hingga detik ini Chen selalu menerima uang yang lebih dari cukup dari kedua orangtuanya, tentu saja mereka takkan mau anak tunggalnya luntang lantung di negara orang.

 

Chen’s POV

Begitu sampai di Amore café aku segera menuju panggung kecil yang terdapat di tengah ruang café, kubersihkan debu-debu yang selalu saja ada tiap pagi aku datang kesini. Ya, inilah pekerjaanku di café milik sahabatku. Aku seorang penyanyi, hanya suara merduku yang dapat kujual disini. Aku tak ingin memiliki pekerjaan seperti seorang pembisnis karena itu sama sekali bukan karakterku, ayahku sudah berkali-kali menentang keputusanku untuk menjadi seorang penyanyi, beruntung saudara dekatku Kim Jongin mau membantuku dan pada akhirnya perusahaan ayahku akan diserahkan pada Jongin. Well, aku sangat percaya pada saudaraku yang satu itu meskipun dia sempat menjadi seorang berandalan tapi dia seorang pria yang bertanggung jawab dan memang pantas untuk memimpin sebuah perusahaan, itulah alasan mengapa aku semakin yakin dengan keputusanku untuk merantau ke China.

“Chen, mau sampai kapan kau mengelap pianomu itu?” Tanya sebuah suara bass membuatku segera tersadar dari lamunan pagiku.

“Chanyeol? Haha tadi aku sedang melamun eoh.” Ucapku sambil tertawa dan segera menyelesaikan pekerjaanku. Dia Park Chanyeol, salah seorang namja dari Korea yang juga merantau sama sepertiku. Dia sudah cukup lama berteman dengan Kris hyung. Mereka berdua persis dua buah tiang listrik dengan suara bass-nya masing-masing.

“Melamunkan apa? Memikirkan yeoja yaaa?” Ucap Chanyeol sambil memasang muka sok tahu andalannya membuatku tertawa.

“Yaaa, memangnya aku itu Luhan hyung yang hobi tebar pesona~”

“Hey hey aku mendengarnya loh!” Teriak sebuah suara, ya dia Luhan. Seorang namja China yang juga merupakan teman dari Kris hyung. Dia juga bekerja di café ini dan yah….dia sangat cute, banyak sekali yeoja yang mengejarnya.

“Aish, kalian bertiga berisik sekali sih sudah lebih baik bekerja dengan benaaar~” Kali ini seorang namja dengan topi chef muncul dari dapur, ya dia Kim Minseok atau lebih sering kami panggil Xiumin. Dia yang paling tua diantara kami semua. Selain itu masih ada dua orang lagi yang bertugas sebagai chef di café ini, seorang bernama Do Kyungsoo atau D.O dan seorang lagi Zhang Yi Xing atau Lay. Kami semua berteman sangat baik dan mengurus café peninggalan keluarga Kris hyung dengan sepenuh hati(?) haha oke aku rasa aku berlebihan, tapi sungguh aku merasa sangat nyaman disini.

Begitu semua sibuk dengan urusan masing-masing aku pun duduk dan menatap kosong tuts-tuts piano dihadapanku. Segera kukeluarkan beberapa lembar kertas dari tasku, ya ini partitur lagu-lagu yang akan kunyanyikan hari ini. Lagu-lagu yang memang kubuat sendiri. Tak butuh waktu lama untuk menunggu, begitu papan ”open” dipasang pengunjung mulai berdatangan dan memenuhi ruangan. Syukurlah, café kami memang cukup terkenal.

Kutarik nafasku singkat, ini ritualku saat akan memulai pekerjaanku. Kupilih sebuah lagu dari kumpulan lagu-lagu itu dan menaruhnya di hadapanku. Let’s start the show, Jongdae!

Do you ever imagine when you must let go

Someone that so important to you, someone that you’ve loved so much

And then you realize how terrible this situation

A simple ‘hello’ was a beginning of everything we called “love”

A hard ‘goodbye’ is the ending of this love story….

Oh baby, is it that easy for you? Just to let them go. Oh baby is it that easy for you…

Letting me go

Begitu selesai dengan beberapa bait laguku tadi, aku pun tersenyum mendapati para pengunjung café menikmati laguku. Aku pun turun dari panggung dan duduk disebuah sudut ruang café. Aku belum sarapan dan aku sudah kelaparan sekarang.

“Mau makan apa Chenchen?” Tanya Chanyeol padaku, sepertinya dia tahu aku kelaparan.

“Ah aku mau……..ti” Ucapku

“Hah? Apa? Aku tak bisa mendengarmu.” Tunggu, aku merasa aku sudah mengucapkan pesananku. Aku pun memberi isyarat pada Chanyeol untuk menungguku.

“Ehem! Ehem! Eugh…kurasa suaraku serak Chanyeollie….” Ucapku yang menyadari bahwa suaraku tiba-tiba menjadi serak tanpa sebab untuk kesekian kalinya akhir-akhir ini.

“Eoh? Jinjja? Kalau begitu kubuatkan kau milk tea hangat dan roti panggang untuk sarapan. Chankkaman.” Ucapnya lalu aku pun mengangguk. Benar-benar aneh, tumben sekali aku bisa serak begini. Padahal selama ini aku tak pernah makan es krim secara berlebihan…eungg oke tadi malam aku makan 5 batang es krim-_-

“Ini dia, milk tea-mu.” Ucap Chanyeol sambil menyajikan secangkir milk tea di hadapanku dan 2 buah roti panggang. Aku pun mengangguk.

“Gomawo.” Ucapku dan dia langsung mengacungkan ibu jarinya lalu kembali melayani pengunjung lain.

Kutatap makanan didepanku, tenggorokanku terasa tak begitu enak tapi kurasa aku harus makan. Aku pun memotong sedikit roti panggang dan memasukkannya ke dalam mulutku

Nyut!

Seketika itu juga saat aku menelan roti itu, tenggorokanku terasa nyeri. Sangat nyeri. Aku pun buru-buru meminum milk teaku, tak membantu karena tetap terasa nyeri. Seperti ada benda asing di tenggorokanku. Entah itu apa. Begitu selesai menikmati sarapan pagiku walau sama sekali tak terasa nikmat-_- aku pun kembali ke atas panggung, sepertinya aku akan menghindari makan hari ini.

 

***

#Malam hari pukul 22.00

Amore café baru saja tutup, syukurlah hari ini kami tak perlu lembur karena stock makanan yang sudah habis kkk~ aku pun membereskan kertas-kertas partitur dan memasukkannya ke dalam tasku.

“Chenchen, kau baik-baik saja?” Tanya Kris hyung yang baru saja keluar dari kantornya.

“Eh? Memangnya aku kenapa hyung?” Aku pun justru balik bertanya karena tak mengerti maksud Kris hyung.

“Tadi Chanyeol bilang padaku, suaramu jadi serak dan yah memang sekarang suaramu serak…” Ucapnya dengan khawatir. Kurasa Chanyeol menceritakannya secara hiperbola.

“Aigoo haha tenanglah hanya serak biasa karena aku terlalu banyak makan es krim kemarin, aku baik-baik saja hyung.” Jawabku sambil menepuk pundak Kris hyung dan dia pun membalasku dengan anggukan.

“Jadi kita pulang sekarang?” Tanyanya padaku. Ya aku dan Kris hyung memang tinggal di apartemen bersama, YA! Jangan berburuk sangka dulu, menyewa apartemen untuk berdua itu lebih irit bukan? Hehehe. Aku pun mengangguk dan kami berjalan keluar dari café, tapi tunggu…apakah itu chanyeol?

 

Author’s POV

Tepat disebrang Amore café, namja jangkung itu berdiri didampingi seorang yeoja dengan rambut coklat sepundak. Chen dan Kris yang melihat Chanyeol pun mendatangi Chanyeol.

“Yo! Yeollie!” Sapa Kris dengan suara beratnya membuat Chanyeol sedikit kaget.

“A…AH! Hyung! Jangan mengagetkanku -____-“ Ucapnya sambil memukul pelan lengan Kris yang dibalas dengan tawa oleh namja blonde itu.

“Omooo~ baru tadi pagi kau bilang aku memikirkan yeoja, sekarang lihat siapa disampingmu itu~” Sambung Chen sambil melirik yeoja disamping Chanyeol, manis, itulah yang ada dipikiran Chen begitu melihat yeoja itu dari dekat.

“Aish, dia bukan pacarku!! Dia ini adikku!” Ucap Chanyeol sambil menarik tangan yeoja itu agar lebih dekat dengan Chen dan Kris.

“An….annyeong.” Sapa yeoja itu dengan sedikit terbata.

“Annyeong.” Jawab Chen dan Kris berbarengan.

“Namanya Sohi, Park Sohi hyung. Nah Sohi, mereka ini teman-temanku. Yang tinggi blonde ini namanya Kris hyung, kalau yang satunya lagi dan berambut hitam dengan senyum tampan ini namanya Chen.” Ucap Chanyeol menjelaskan panjang lebar, ketiga orang dihadapannya hanya mengangguk-angguk dan saling menatap melihat Chanyeol yang sangat semangat.

“uhuk uhuk uhuk!” Lagi dan lagi, Chen terbatuk membuat Kris, Chanyeol, dan Sohi segera menoleh kearahnya.

“Yaa! Chen kau baik-baik saja?” Tanya Kris dengan panik karena Chen terus menerus batuk. Chanyeol dan Sohi pun menunjukkan raut muka khawatir. Ya, tak biasanya Chen seperti ini.

“Gwen….uhuk! Gwenchana hyung…” Ucap Chen dengan lemah, mukanya terlihat pucat.

“Oppa…apa tidak sebaiknya teman oppa dibawa ke dokter?” Tanya Sohi pada Chanyeol dan namja itu pun hanya menghela nafas, Chen tak pernah mau ke dokter untuk alasan apapun itu. tak ada yang pernah berhasil membujuknya.

“Aku…ba ik ba ik sa….uhuk! Tenang saja….” Ucap Chen sambil tersenyum. Namun dia terus terbatuk.

“Yaaa, sudah sudah. Jangan bicara lagi ayo kita pulang!” Perintah Kris dan segera membawa Chen masuk ke mobilnya. Chanyeol pun segera menarik Sohi.

“Hyuuung, aku ikuuut!~~” Teriak Chanyeol dan Kris pun mengangguk. Kris pun segera menyetir mobilnya kearah apartemen, yang ia tahu sekarang ia harus membiarkan Chen beristirahat di kamarnya dan memberinya obat.

 

***

#Apartemen

Chen’s POV

Chanyeol dan Sohi baru saja pulang, aku pun segera masuk kamarku setelah Kris hyung memberiku obat. Syukurlah mereka sangat perhatian padaku hehe, aku pun menatap obat didepanku sambil tersenyum. Aku teringat saat Sohi mengatakan aku harus dibawa ke dokter… Dia cukup perhatian bukan? Hahaha yaaa Jongdae! Apa yang kau pikirkan sih-_- aku pun menjitak kepalaku sendiri.

Kuambil tasku dan mengambil beberapa partiturku, begitu kusadari selama ini aku menyanyikan lagu-lagu yang sedih. Kenapa tidak kucoba membuat lagu yang bahagia? Well, aku akan coba. Aku pun mulai mencorat-coret kertas putih. Mood-ku sedang baik sekarang, kurasa aku bisa membuat lagu yang bagus.

*30 menit kemudian*

“Whoaaaaa, selesaiiiii~” Ucapku dengan suara serak. Sial, suaraku terus serak seperti ini. padahal biasanya hanya serak sebentar tapi sekarang? Sudah minggu ketiga dan serakku semakin parah. Aku pun memutuskan untuk tidur. Kurasa tak baik aku bernyanyi dengan suara seperti ini, kurasa lebih baik besok aku juga harus ke dokter. Ini bukan sekedar serak biasa, mungkin aku radang tenggorokan. Yah, apapun itu asalkan tidak mengganggu pekerjaanku maka aku tidak akan apa-apa.

 

***

#Besoknya

Author’s POV

Chen baru saja selesai membersihkan pianonya pagi ini, sedangkan yang lain sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ia pun memutuskan untuk duduk disebuah sudut ruang café, masih ada waktu satu jam sebelum café buka jadi dia memutuskan untuk bersantai.

“Annyeong…” Sapa sebuah suara dengan lembut membuat Chen mencari sumber suara.

“Sohi? Annyeong!^^” Balas Chen begitu menyadari yang menyapanya adalah Sohi, yeoja yang semalaman tadi cukup mengganggu pikirannya. Chen memberi isyarat pada Sohi untuk duduk dihadapannya dan Sohi pun mengangguk.

“Apa oppa sudah baikan?” Tanya Sohi

“Heum? Maksudmu suaraku? Yah masih serak…” Jawab Chen sambil tersenyum. Sebenarnya ia baru saja menerima berita yang tak begitu baik pagi ini atau lebih tepat disebut…buruk.

“Apa oppa sudah ke dokter?”

“Aku tadi pagi baru saja ke dokter kok^^”

“Lalu? Apa kata dokter?”

“Aish, yeoja ini benar-benar ingin tahu ne? Hahaha.” Canda Chen dan Sohi pun segera memasang muka bete dan mempoutkan bibirnya.

“Yaaa, aku hanya khawatir dengan teman oppa-ku, yasudah kalau tak mau cerita.” Ucap Sohi dan dia segera berdiri dari tempat ia duduk, ia pun melangkahkan kaki berniat meninggalkan Chen.

Grep!

Sebuah tangan yang hangat menggenggam pergelangan tangan Sohi membuat yeoja itu berhenti dan menoleh ke belakang. Sungguh, kalian harus melihat wajah Sohi yang sudah merah padam sekarang, ya dia menyukai Chen sejak pertama bertemu kemarin dan sekarang namja itu justru menggenggam pergelangan tangannya.

“Jangan pergi begitu, duduklah sini.” Ucap Chen sambil tersenyum dan Sohi pun segera menurut.

“Gadis baik hehe. Sebagai permintaan maafku bagaimana kalau nanti sore kutraktir kau es krim?” Tanya Chen dan dibalas dengan sebelah alis terangkat dari Sohi.

“Mwo? Aku bukan anak kecil -_-“ Ucap Sohi.

“Hahaha aigooo lalu bagaimana agar kau tidak marah lagi huh?” Tanya Chen sambil menopang dagunya dan menatap Sohi tepat di kedua bola matanya membuat yeoja itu sudah hampir gila.

“E…eunggg….itu….” Ucap Sohi terbata-bata.

“WAAAH WAAAH, adikku sudah besar~~ WAAAH Chen gerak cepat yaaa~~” Ucap sebuah suara bass dengan setengah berteriak membuat kedua insan itu segera menoleh kearah pemilik suara, Chanyeol.

“AISH! Oppaaa! Apasih maksudmu?” Jawab Sohi dengan muka sebal, sebenarnya dia malu karena Chanyeol tahu kalau dia tertarik dengan Chen.

“Aniyooo~ good luck ya adik maniskuuu~” Ucap Chanyeol dengan muka usil dan segera pergi dari hadapan Sohi dan Chen.

“Aish, Chen oppa mianhae oppaku memang suka sembarangan bicara.” Ucap Sohi

“Hahaha ne, tak apa-apa. Heum, aku harus naik ke panggung Sohi-ah. Nanti kita pergi bersama ok?” Ucap Chen sambil mengelus lembut puncak kepala Sohi dan pergi ke atas panggung. Sohi? Tak perlu kalian tanya sekarang dia sedang lompat tinggi sampai ke mars karena perilaku Chen barusan.

 

Chen’s POV

Sebelum ke atas panggung aku pun mengecek lagi partitur-partitur dalam tasku. Aku tersenyum melihat lagu-lagu yang sudah kusiapkan, namun seketika senyumku pudar. Kulihat sebuah amplop coklat muda yang baru saja kuterima tadi pagi. Kubuka amplop itu dan kembali mengingat apa yang tadi pagi terjadi.

*Flashback*

Karena serak berkepanjangan dan tenggorokanku yang sakit aku pun memutuskan untuk ke dokter, aku baru saja selesai dari pemeriksaan dan ronsen. Masih tak mengerti kenapa dokter menyuruhku untuk ronsen padahal ini hanya radang tenggorokan biasa kurasa. Sekarang dokter itu sudah memanggilku lagi ke dalam ruangannya

“Ah annyeong dok.” Sapaku dan segera duduk di hadapan dokter bernama Suho itu.

“Annyeong, Chen-ssi….” Balasnya dengan wajah yang sedikit murung, ada apa? Apa ada yang salah dengan hasil ronsenku?

“Anu…..apa ada yang salah dengan tenggorokanku dok?” Tanyaku dengan sedikit ragu, firasat buruk mulai mendatangiku.

“Jeongmal mianhae Chen-ssi. Tapi…..sebuah tumor tumbuh didalam tenggorokanmu dan ini adalah gejala dari kanker laring (pita suara)….” Ucapnya sambil menatap putus asa padaku. Aku pun hanya melongo kaget dan diam. Dia tak sedang bercanda kan? Ini bukan April mop kan?

“Apa maksudmu?” Tanyaku

“Kau bilang kau sudah serak lebih dari 3 minggu kan? Dan ada rasa nyeri saat menelan, begitu kulihat hasil ronsenmu………….maafkan aku Chen-ssi.” Ucapnya sambil memberi sebuah amplop coklat padaku, aku menatap kosong kearah amplop itu.

“Sebaiknya kau cepat melakukan pengobatan Chen-ssi, sebelum penyakitmu bertambah parah.” Ucap dokter itu dan aku pun tetap menatap kosong kearah amplop itu. Tak percaya? Ya, aku yakin dokter ini sedang bercanda.

“Terimakasih dok, kurasa aku harus pergi sekarang.” Ucapku lalu berdiri dan membungkukkan badanku. Aku tak mau memperpanjang candaan yang sama sekali tak lucu ini.

“Tap…”

“Jeongmal kamsahamnida Dokter Suho, aku baik-baik saja tenang saja.” Ucapku memotong perkataannya dan segera pergi dari ruangan itu. Sungguh, aku tak mau mendengar omongan mengenai laring atau apalah itu namanya. Aku pun segera beranjak pergi menuju café.

*flashback end*

Kuhela nafasku panjang, percuma. Sekalipun aku memarahi dokter Suho takkan ada gunanya, hasil ronsen itu memang benar adanya. Sebuah tumor tumbuh didalam tenggorokanku dan ini awal dari sebuah kanker…. Kusandarkan kepalaku pada dinding dan terduduk lemas. Tuhan, biarkan semua ini hanya menjadi mimpi buruk bagiku. Biarkan aku hidup sehat Tuhan, biarkan aku……untuk tetap bernyanyi….

Tes… tes…tes…

Air mata turun sedikit demi sedikit dari sudut mataku. Menangis, ya hanya itu yang bisa kulakukan sekarang. Tak ada yang boleh tahu mengenai penyakitku, tak ada satupun. Aku harus terlihat baik-baik saja, aku tak mau menjadi beban siapapun disini. Aku tak pernah mau. Aku pun bangkit dari tempatku dan segera naik ke atas panggung. Disana sudah banyak pengunjung yang menantiku, bahkan Chanyeol, Luhan hyung, Xiumin hyung, Lay, D.O, dan Kris hyung sudah duduk manis. Ah satu orang lagi, Sohi…..gadis itu pun duduk manis bersama namja-namja itu. Tenanglah Jongdae, bernyanyilah seakan kau tak pernah memiliki beban apapun. Bernyanyilah, karena isi amplop itu tak pernah ada. Tak pernah…

Can you hear the melody of my song

The melody which tell you my heart

Can you see the different feeling

The different feeling from my heart

Oh baby, I just want you to know

It’s classic but it happens now

Yes, baby take a look at me. Yes baby, I fall in love with you

Kuselesaikan laguku dengan satu tarikan nafas yang cukup panjang. Kurasakan sakit yang semakin menjadi tepat di tenggorokanku. Tahan sebentar lagi Jongdae, kau hanya harus menutup lagu ini

Yeah, baby….I fall for you…

Begitu laguku selesai, kudengar tepukan tangan dari para pengunjung dan teman-temanku. Aku pun segera turun dari panggung dan menuju toilet. Rasa nyeri di tenggorokanku dan kian menjadi.

“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Aku terus terbatuk berharap rasa sakit itu berkurang. Sial, justru rasa sakit itu semakin terasa. Aku pun memegangi tenggorokanku, kenapa sakitnya sangat menyiksa seperti ini?

“Chen, gwen…..na?” Kudengar sebuah suara samar-samar dari arah belakangku.

NYUT!

Seketika itu juga kurasakan sakit yang tak tertahankan tepat ditelingaku. Aku pun reflek berteriak sambil memegangi telingaku

“AAARGH!!” Pekikku. Sungguh, ini sangat sakit. Telingaku sangat sakit, aku memegangi kedua telingaku dan yang kulihat adalah Kris hyung yang berlari kearahku. Aku tak bisa mendengarnya, telingaku sangat sakit. Yang kulihat dia hanya terus berbicara dan berbicara

“Hyung….aku tak bisa mendengarmu…” Ucapku dengan suara serak dan tetap memegangi kedua telingaku yang masih sangat sakit.

 

Author’s POV

“AAARGH!!” Pekik Chen membuat Kris kaget sekaligus panik. Ia pun segera berlari kearah Chen yang memegangi kedua telinganya.

“Chen??? Kau kenapa? Apa ada yang sakit?!” Tanya Kris bertubi-tubi, raut mukanya terlihat sangat khawatir. Namun tak ada jawaban dari Chen, dia hanya terus memegangi telinganya. Wajahnya menunjukkan bahwa dia memang sangat kesakitan.

“Chen!! Ada apa???”

“……”

“CHEEEEN!!!” Teriak Kris dengan sedikit emosi karena panik sekaligus tak sabar Chen tak menjawab pertanyaannya. Atau lebih tepat tak bisa menjawabnya, karena ia tak bisa mendengar sama sekali.

“Hyung….aku tak bisa mendengarmu…” Ucap Chen dan seketika itu juga Kris terdiam. Kaget? Ya tentu saja, tapi bukan waktunya untuk ia kaget. Kris langsung menarik Chen dan membawanya keluar dari toilet. Dia tahu ada yang salah dengan sahabatnya itu, dan sesuatu yang salah itu hanya bisa diketahui oleh seorang dokter.

Begitu keluar dari toilet, terlihat para karyawan café dan Sohi menatap Kris dengan penuh tanya dan bingung. Bingung karena Kris memapah Chen yang masih memegangi kedua telinganya.

“Hyung! Chen kenapa?!” Tanya Chanyeol dengan panik.

“Lebih kalian tak usah banyak tanya, ikut aku saja. Café kita tutup lebih awal, ok? Aku harus buru buru ke rumah sakit!” Ucap Kris, dan semuapun mengerti. Chanyeol segera ikut dengan Kris, Sohi pun mengikuti kakaknya. Beberapa pengunjung melihat kearah Chen dengan bingung, ya tentu saja namja itu baru saja bernyanyi untuk mereka dan sekarang dia seperti orang tak berdaya.

 

***

 

#Rumah Sakit

Sohi’s POV

Chanyeol oppa dan Kris oppa terus berjalan bolak balik didepanku. Mereka terlihat sangat panik, tentu saja aku pun panik. Chen oppa terlihat begitu kesakitan tadi. Aku tahu pasti ada yang tidak beres dengannya. Tapi kenapa ia tak pernah bercerita apapun bahkan Kris oppa yang notabenenya adalah sahabat dekatnya tak tahu menahu sama sekali. Tak berapa lama dokter pun keluar dari ruang UGD

“Maaf, siapa yang merupakan anggota keluarga dari Jongdae?” Tanya Dokter yang bernama Suho itu.

“Saya, saya kerabat terdekatnya!” Ucap Kris oppa dan dokter itu pun segera memberi isyarat agar Kris oppa mendekatinya. Aku tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan yang jelas Kris oppa terlihat sangat kaget dan terlihat sedikit marah.

“JANGAN BERCANDA DENGANKU!!” Teriak Kris oppa membuatku dan Chanyeol oppa segera menoleh kearahnya, kulihat dengan jelas Dokter Suho menepuk pundak Kris oppa. Aku tahu ada hal yang buruk menimpa Chen oppa. Firasatku sangat teramat tidak enak sekarang. Tak berapa lama pun Dokter Suho membungkuk dan segera pergi dari hadapan kami semua. Kris oppa mendatangiku dan Chanyeol oppa dengan muka lesu.

“Oppa, Chen oppa kenapa?” Tanyaku

“…….” Diam, Kris oppa hanya diam.

“Yaa hyung! Jelaskan pada kami, Chen kenapa?” Tanya Chanyeol oppa dengan panik. Aku tahu, ada yang sangat tidak beres disini.

“Aku tak bisa mengatakannya pada kalian, mian. Lebih baik kita segera masuk ke dalam.” Ucap Kris oppa sambil mendahului kami. Chanyeol oppa hanya bisa menghela nafas kecewa dan aku? well, aku hanya bisa mengikuti saja. Didalam ruangan sudah ada Chen oppa yang terbaring, dia menoleh kearah kami.

“Oh… hey” Ucapnya dengan suara serak. Lebih terdengar seperti serak yang sakit ditelingaku, entah kenapa. Hanya terdengar begitu ditelingaku.

 

Author’s POV

Kris segera mendekat kearah Chen yang terbaring dengan lemah itu, hati Kris sangat sakit melihat sahabatnya terkulai lemah seperti sekarang ini. dia pun segera duduk disamping Chen.

“Kenapa tak cerita?” Tanya Kris tanpa menatap Chen sedikitpun, Chen sedikit kaget mendengar pertanyaan Kris karena itu artinya Kris sudah tahu dia sakit apa.

“Mian…” Ucap Chen lirih. Dia menunduk.

“Kau tahu tidak? Sakitmu itu bukan sekedar main main. Dan bisa bisanya kau tidak bercerita sama sekali padaku.” Jawab Kris dengan sedikit emosi. Chanyeol dan Sohi pun hanya bisa diam, mereka sama sekali tidak mengerti

“Bukan begitu hyung… hanya saja…”

“Hanya apa? Sekarang kau pilih aku yang jelaskan pada Chanyeol dan Sohi atau kau yang menceritakan semuanya dengan jelas pada kami?” Tanya Kris dan Chen pun menghela nafas berat, ia tahu ia memang harus memberitahukan hal ini pada teman teman terdekatnya.

“Aku yang akan jelaskan, Chanyeol, Sohi duduklah” Ucap Chen dan kedua orang itu pun segera duduk. Mereka menatap Chen, menunggu penjelasan dari Chen.

“Maaf sudah membuat kalian khawatir, hanya saja aku tak mau kalau nanti kau bercerita pada kalian. Kalian akan sangat teramat protect padaku hanya karena penyakitku ini. aku……….ditenggorokanku. lebih tepatnya di pita suaraku, tumbuh sebuah tumor yang merupakan sebuah kanker…” Ucap Chen dengan terbata. Kalian bisa tahu sendiri bagaimana wajah Chanyeol dan Sohi sekarang, mereka sangat shock.

“Op….oppa” Ucap Sohi

“Mianhae, aku tak bercerita pada kalian.” Ucap Chen lagi, pundaknya bergetar. Ia tak mau menangisi hal ini lagi dan lagi, tapi bagaimana mungkin dia bisa berhenti menangisinya.

“Chen…sudah tidak apa apa. Toh sekarang kau sudah bercerita kan? Eung…kalau begitu aku ingin membeli minuman dingin dulu. Aku sangat haus.” Ucap Chanyeol dan segera pergi keluar. Kris sangat paham kenapa Chanyeol memilih untuk keluar dari ruang itu, Kris pun segera berdiri.

“Aku harus menelfon karyawan café yang lain dulu. Sohi jaga Chen baik baik, ne?” Ucap Kris dan dijawab dengan anggukan dari Sohi. Lalu ia pun keluar dari ruangan itu. kini tinggal Chen dan Sohi di ruangan bercat krem itu.

“Sohi…” Ucap Chen

“Wae oppa?”

“Mianhae”

“Untuk?”

“Karena aku pasti membuat kalian semua panik tadi. Aku sendiri terlalu takut bahkan untuk mengakui sebuah kanker tumbuh di dalam diriku.” Ucap Chen lagi, suaranya bergetar. Sohi pun segera menggenggam tangan Chen.

“Oppa….kami takkan marah atau bahkan menjauhimu karena ini. tenanglah, kami semua disini untukmu. Walaupun aku baru mengenalmu, tapi bolehkan aku mengajukan diri untuk jadi orang yang selalu bersamamu. Jika kau tak mau dijaga maka biarkan kita saling menjaga, jika kau tak mau menanggung penyakit itu sendirian maka kita akan tanggung bersama oppa. Jangan bersedih lagi, kau tahu? Air matamu itu membuat kami semua sedih…” Ucap Sohi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Chen yang melihatnya segera menarik Sohi ke dalam pelukannya. Memeluk yeoja itu dengan erat, menangis dipundak yeoja itu.

“…..” Diam, hanya bisa terdiam. Sohi mengelus lembut puncak kepala Chen dan memeluknya erat.

“Gwenchana oppa, gwenchana…” Ucap Sohi, dia tahu hanya ini yang bisa dia lakukan untuk Chen. Untuk namja yang ia…ehem sukai. Chen terus menangis. Ini pertama kalinya, ia menangis didepan seorang yeoja dan merasa begitu lega. Mereka berdua terhanyut dalam dunia mereka sendiri.

Diluar, Kris terduduk lemas di depan ruangan. Pundaknya bergetar. Dia menghela nafas berat, menatap foto di layar i-Phonenya, fotonya dengan Chen dan Chanyeol. Air matanya tak terbendung lagi. Ia bahkan tak sanggup hanya untuk membayangkan kanker itu akan menjalar di seluruh tubuh Chen, tidak. Itu tidak boleh terjadi pada sahabat karibnya.

“Aniyo…..Jongdae…. hiks aniyo… kenapa kau harus sebodoh itu huh? Kau tahu tidak seberapa parahnya penyakitmu sekarang?” Gumam namja jangkung blonde itu dalam isak tangisnya.

Sementara Chanyeol, ia menatap lurus ke mesin minuman dingin di depannya.

DUUUK!

Dia menendang mesin itu dengan kesal dan memukul kaca dimesin itu.

“Pabo namja! Kenapa tidak cerita pada kami selama ini? dia pikir kami ini apanya hah?!” Teriaknya sambil menunduk. Dia merutuki dirinya sendiri yang tak bisa menyadari penyakit Chen.

“Kenapa…..kenapa kau tak bercerita….Chen… bodoh!” Ucap Chanyeol sambil menahan tangisnya. Sia-sia, air mata itu turun dengan mulusnya. Chanyeol tak mau kehilangan sahabatnya, tidak. Ia sudah cukup kehilangan ayahnya dulu, ia tak mau merasakan kehilangan lagi. Namja itu menangis dalam diam mencoba mencari cara bagaimana cara menolong Chen.

***

#Seminggu kemudian

Chen’s POV

Aku masih berada di rumah sakit, ini karena Kris hyung tidak memperbolehkanku keluar. Aku pun mengambil bukuku dan mulai menuliskan beberapa lirik lagu. Yeah, aku ingin sekali bernyanyi hanya saja suaraku semakin serak akhir akhir ini dan semakin sakit tepat di tenggorokanku.

Would you…. Uhuk! Uhuk!” lagi lagi aku terbatuk hanya pada 2 kata pertama dari laguku. Aku pun memegangi tenggorokanku yang semakin sakit

“uhuk! Uhuk! Uhuk!” aku terus terbatuk dan memegangi tenggorokanku, rasanya seperti terbakar. Aku pun mencari air minum dan segera kuminum tapi nihil, tenggorokanku masih sangat sakit

“Uhuk!!” Batukku dengan keras, dan kurasakan sesuatu yang berbeda dari batukku yang biasanya. Aku pun melihat tanganku

DEG

Darah…….. aku batuk darah……. Aku pun terdiam. hatiku benar benar terasa seperti ditusuk sekarang, penyakit ini terus menggerogoti tubuhku, aku pun menangis.

“Tuhan, kumohon… berikan aku kesembuhan. Aku tak mau. Tak mau begini” Ucapku lirih dan mencari cari tisu untuk membersihkan darah ditanganku.

“Oppa, itu apa?”

DEG

Aku segera menoleh dan mendapati Sohi sedang berdiri di sampingku, aku pun panik dan segera menyembunyikan tanganku yang terkena darah.

“A….aniyo” Ucapku terbata.

“Oppa……..kau eunggg tidak batuk darah kan?”

DEG

Aku seperti membeku saat itu juga, tidak aku tidak boleh memberitahukan Sohi. Tidak, aku tak mau membuat semua orang lebih panik lagi. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus berkata jujur? Tidak!! Ottokheee??

“Oppa, kemarikan tanganmu”

“Aniyo!” Ucapku setengah berteriak. Aku mulai panik sendiri. Sohi tidak boleh melihat tanganku tidak. Tidak disaat begini.

“Oppa…. Wae? Jangan begini”

“AKU BILANG TIDAK!!! JANGAN MEMAKSAKU!!!” Teriakku dan seketika itu juga Sohi kaget dan dia segera membeku ditempatnya berdiri, lalu dia pun tersenyum tipis.

“Arraseo, kurasa lebih baik aku pergi sekarang” Lalu dia membalikkan badannya dan berjalan keluar dari ruangan. Aku masih menatap punggungnya yang mulai menjauh dari kamarku.

“Chankk…..uhuk! uhuk!” Lagi lagi aku terbatuk, dadaku terasa sesak karena batuk yang terlalu keras. Sakit…sangat sakit. Aku terjatuh dari tempat tidurku, kupegangi tenggorokan dan dadaku. Seseorang….tolong aku, jebal….

 

TBC

 

Helloooooo, maaf alurnya gajelas gini ya hehehe abis author tadinya mau bikin one shot Cuma kepanjangan gitu :S okay, thanks for reading readerdeul! Wait for the next chap oke hehehe gomawooo ^^ please leave your comment juseyoooo ^^ 

 

Autumn

Title:    Autumn

Author: Mrs OH(@icaclrss on twitter)

Casts:   Byun Baekhyun EXO K

            Kim Haenim OC

Other casts: Find them by your self

Genre: Romance, Sad

Length:     One Shoot

Summary: daun daun berguguran dan memenuhi jalan seakan memblock setiap langkahku untuk menemuimu. Seakan menghalangi setiap langkahku yang hendak menghampirimu. Mencoba menghapus sisa jejakmu. Menghapus memori pertama sekaligus terakhir bersamamu. Hai kamu, apa kabar? Apa musim gugurmu seperti musim gugurku disini? Apa kau masih mengingat hujan dikala itu?

 

Author’s pov

Pagi itu matahari enggan menunjukkan sinarnya. Hanya awan gelap yang menyelimuti seoul dan angin yang dingin menusuk setiap tulang. Disebuah ruangan, terlihat seorang namja sedang membereskan barang-barangnya. Memasukkan setiap barangnya ke dalam tasnya dan menyematkan tas punggungnya dengan segera lalu berlari keluar kelas.

Tak jauh dari kelas itu, terlihat beberapa orang yang sibuk membuka payungnya atau berlari untuk menghindari hujan yang cukup deras saat ini. tak terkecuali namja itu, dia segera berlari dengan kencang menghindari setiap tetesan air yang menyerangnya terus menerus tapi nihil, ia tetap basah kuyup

“aaah sial!” umpat namja itu dengan sebal dan akhirnya dia memilih untuk berteduh di sebuah toko buku yang tak begitu jauh dari sekolahnya. Namja itu membereskan bajunya yang sudah basah kuyup dan rambutnya yang sudah berbentuk tak jelas.

“dasar hujan sialan! HIIIH padahal ini musim gugur kenapa harus hujan terus menerus sih?!” umpat namja itu lagi dengan kesal dan tak sadar beberapa orang memperhatikannya

“jangan marah marah begitu agashi” ucap sebuah suara membuat namja itu segera mencari sumber suara.

“annyeong” sapa suara yang sama. Ya, suara itu milik seorang yeoja. Yeoja itu tersenyum sangat manis

“siapa kau?” tanya namja itu

“aku? Kim Haenim. Kau?”

“aish! Bukan namamu. Eum aku Baekhyun, Byun Baekhyun” ucap namja itu sambil kembali sibuk dengan kemejanya yang sudah mulai mengering.

“oh” ucap yeoja itu singkat sambil menatap baekhyun

“kenapa kau terus menatapku huh?” tanya baekhyun kesal

“aniyo, aku hanya bingung ada namja yang berwajah imut tapi ketus sekali seperti kamu”

“mwo?! Enak saja! Siapa yang kau sebut ketus hah?”

“tuh kan” ucap haenim dengan senyum kemenangan dan membuat baekhyun salah tingkah.

“aish. Terserah” ucap baekhyun dan segera memakai kembali tas punggungnya

“mau kemana baekhyun?”

“pulang.” Ucapnya singkat tanpa menatap haenim dan segera berlari dari toko buku itu sebelum hujan semakin deras.

“berhati hatilah! Annyeong!” teriak haenim dan terdengar oleh baekhyun dari kejauhan

“terserah” ucap pelan namja itu yang mungkin hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

 

Baekhyun’s pov

Aku tiba dirumah dengan keadaan setengah basah setengah kering alhasil eomma menertawaiku habis habisan-_- aku pun segera mengganti bajuku dan masuk ke kamarku. Membuka notebook milikku dan membuka beberapa file yang belum terselesaikan

“baekhyuuun, apa kau mau cemilan musim gugur?” teriak eomma dari bawah. Cemilan musim gugur katanya? Apalagi ini?

“nee terserah eommaaa~” ucapku asal karena jika aku tidak segera menjawab pasti eomma akan terus meneriakiku. Aku Byun Baekhyun tinggal bersama eommaku di rumah yang terbilang cukup mewah. Appaku sedang berada di luar negeri dan mungkin hanya setahun sekali kembali ke seoul. Aku anak tunggal itulah kenapa keluargaku sangat menyayangiku dan memberi apapun yang aku inginkan

“tadaaa~~ ini cemilanmu baekkiiii~” ucap eomma sambil menyodorkanku sepiring penuh cookies

“apa ini? Cuma cookies? Apanya yang cemilan musim gugur?” ucapku bingung

“eits! Rasakan dulu. Ibu mencampurnya dengan bunga sakura yang baru saja gugur di belakang rumah”

“MWO?! Eomma menyuruhku makan bunga?-_-“

“aish banyak protes yang namja ini. coba rasakan dulu!” perintah eomma membuatku diam dan menurutinya

“ne gomawo eomma”

“cheonma chagiyaa” lalu eomma pun berlenggang pergi dari kamarku.

Aku pun kembali menatap tugas-tugasku untuk minggu ini. segera kuambil kacamataku dan memakainya. Meraih sebuah cookies musim gugur itu dan memakannya. Tak buruk juga, rasanya enak. Sepertinya eommaku memang pandai bereksperimen ^^

Tiba tiba pikiranku melayang pada gadis itu. kim haenim. Entahlah, dia wangi bunga sakura persis seperti cookies ini. bedanya dia tidak ditambah dengan bau cookies hangat. Aku pun melepaskan kacamataku

“kim haenim huh?” ucapku bermonolog dan kembali memakan cookie itu.

 

#ESOKNYA

Author’s pov

Pagi itu langit cukup cerah ditemani angin yang menyejukkan. Daun daun terus berguguran memenuhi jalan yang bahkan membuat beberapa orang kesulitan untuk berjalan karena jalan yang terlalu penuh. Seorang namja mengencangkan syal di lehernya dan berjalan santai menyusuri bahu jalan

“tak marah marah lagi huh?” ucap sebuah suara membuat namja itu menoleh ke belakang

“kau….?!” Pekik baekhyun kaget

“aish, aku bukan setan agashi hahaha tak perlu ketakutan begitu” ucap haenim santai

“apa yang kau lakukan disini?” tanya baekhyun ketus

“ini kan jalan umum jadi bebas dong siapa saja yang lewat sini agashi” jawabnya sambil tersenyum

“berhenti memanggilku agashi dan mengajakku bicara”

“eoh ketus sekali kau byun baekhyun pantas kau tidak memiliki teman”

“apa maksudmu hah?!” ucap baekhyun emosi sambil mencengkram tangan haenim membuat yeoja itu kesakitan

“aw! Appo!”

“jangan pernah muncul dihadapanku. Jangan suka ikut campur urusanku, ara?” ucap baekhyun datar dan melepaskan cengkraman tangannya lalu menghilang dari hadapan haenim membuat gadis itu menatapnya penuh keraguan

“kalau tak begini kau tak akan melihatku kan….” Gumam haenim bermonolog dan melanjutkan perjalanannya ke sekolah.

 

Baekhyun’s pov

“sial. Mimpi apa aku semalam dianugerahi bertemu seorang yeoja berisik seperti itu? tidak ada teman katanya? Tahu apa dia soal aku dan kehidupanku huh? Bertemu saja baru kemarin kan! Ish menyebalkan!!” gerutuku sepanjang koridor menuju kelasku

“aigooo, ada apa denganmu baekki?” tanya chanyeol, namja jangkung yang merupakan teman sebangkuku

“bukan urusanmu” ucapku ketus dan berjalan mendahuluinya. Dapat kudengar jelas chanyeol mendengus pasrah karena aku selalu tertutup darinya. Ya dia memang selalu mengikutiku dan mengajakku bicara tapi bagiku aku tak butuh orang orang macam dia. Aku hanya harus menamatkan sekolahku dengan cepat dan kuliah lalu menghidupi keluargaku baru setelah itu menikahi seorang gadis. Simple dan mudah. Itulah rencanaku, dan itulah kenapa aku tak butuh orang orang menyusahkan macam chanyeol begini.

“baekhyun-ah” ucap suara berat itu lagi. Chanyeol

“wae?”

“aniyo. Hanya saja kau wangi sekali pagi ini”

“mwo?”

“wangi……bunga sakura!”

Deg

“ap…apa maksudmu?!” ucapku gelagapan

“waaah kau habis dari rumah perempuan ya??? Ayo ngakuuuu~~” ucap chanyeol dengan nada usilnya membuatku justru semakin gelagapan

“a..ANIYOO! aku tidak dari rumah siapapun!!” teriakku dengan kesal”

“lalu kenapa kau wangi bunga sakura? Wanna tell me?” tawarnya usil dan aku pun Cuma membalikkan badanku

“whatever” ucapku singkat

“OOOOOH JADI MAU AKU SEBAR NIH? BAIKLAAAAH~ HEY SEMUANYAA BYUN BAEKHYUN TERNYATA SEMA……”

“DIAM KAU NAMJA JANGKUNG!” teriakku sambil membungkam mulutnya dengan susah payah berhubung tinggi kami yang cukup jauh membuatku harus jinjit untuk menyumpal mulut bawelnya itu. beberapa orang melihat kearah kami. Ah tidak lebih tepatnya kearah chanyeol, muka mereka terlihat aneh sekaligus takut. Ada apa sebenarnya?

“hohe hohe. Heharang hau mahu mehehihankhanh hemhua hadhahu hkanh?” ucapnya sambil tetap mulut yang kubungkam dengan tanganku.

“ne” ucapku singkat. Daripada memperpanjang hal sia sia ini kan?

 

***

 

Chanyeol duduk dengan manis dihadapanku, menopang dagunya dengan mata berbinar binar. Seperti akan mendapatkan kado natal saja

“yaaa baekhyun-ah ayo ceritakan padaku” rengeknya karena sudah 15menit kami dalam posisi berhadap hadapan dan diam

“aish baiklah baiklah. Kau…kenal kim haenim?”

“kim haenim? Eummmm…eoh! Dia anak kelas sebelah baekhyun! Ada apa?”

“dia…..gadis itu selalu memaki parfum wangi bunga sakura”

“mwo? Darimana kau tahu? Kau penguntit ya? Hiiii” ucapnya bergidik ngeri

Pletak! Segera kujitak kepalanya

“bukan begitu pabo! Aku hanya bertemu dengannya pagi ini dan mungkin wanginya melekat pada seragamku!!”

“euh appo! Eum apa kau selama itu bersamanya hingga parfumnya melekat padamu?”

“entahlah. Tapi kau benar mengenalnya?”

“tentu saja! Ingin bertemu dengannya?” tawar chanyeol yang segera kujawab dengan gelengan

“aniyo. Tidak. Aku tak mau berurusan dengannya! Dia suka ikut campur”

“eh?”

“eum…dia bilang aku tidak pernah punya teman…” ucapku sambil menatap lurus kearah jendela

“bukankah memang itu benar?”

“MWO?!” tanyaku dengan kesal, cih dia sama saja dengan haenim

“tapi itu dulu. Sekarang kan kau sudah menjadi temanku ne? ^^” ucapnya sambil menunjukkan deretan gigi rapinya. Tanpa sadar aku pun terbengong. Ya, ini kali pertama ada yang menyebutku “teman” mereka.

“eh? Apa kau tidak mau menjadi temanku baekhyun-ah? Mengapa diam saja eoh?” tanya chanyeol dengan muka memelas

“aniyo…..gomawo” ucapku sambil menunduk

“gomawo? Untuk?”

“untuk menjadi temanku…….”

“aish!! Cheonmaneyoooo baekhyun-ah!^^ tak perlu mengucapkan terimakasih ne” ucapnya lagi sambil menepuk nepuk pundakku dan tertawa. Ternyata dia orang yang cukup menyenangkan juga. Kurasa.

 

Author’s pov

Dari sudut ruangan itu, seorang gadis sedang memperhatikan kedua namja yang sedang asyik mengobrol. Dia menyunggingkan senyumnya dan berlenggang kembali ke kelas.

“syukurlah. Akhirnya teman pertamamu berhasil kau dapatkan” ucap yeoja itu bermonolog.

#sepulang sekolah

Baekhyun segera membereskan barang barangnya seperti biasa dan menyematkan tasnya dipunggungnya

“baekhyun-ah!” ucap sebuah suara berat yang sudah ia kenali

“waeyo yeol?”

“apa kau akan langsung pulang?”

“sepertinya… wae?”

“ajari aku matematika ya??? Mau tidak? Aku benar benar tidak mengerti pelajaran tadi >< jebaaal T^T” pintanya pada baekhyun sambil memelas

“aigooo, baiklah baiklah. Mau belajar dimana huh?”

“di toko buku dekat sini, bagaimana?”

“baiklah. Kajja”

Akhirnya kedua namja itu pun berjalan menuju toko buku yang sama dengan toko buku tempat baekhyun mengenal haenim untuk pertama kali. Baekhyun pun segera duduk di pojok ruangan yang terdiri dari sebuah meja dan dua buah kursi. Ya toko buku ini memang dilengkapi dengan fasilitas café kecil untuk bersantai ria. Dan baekhyun memilih tempat yang paling strategis dekat dengan rak buku

“kau ingin pesan apa?” tanya chanyeol sambil membolak balik menu

“eum, cappuccino.” Ucap baekhyun datar dan memakai kacamatanya

“baiklaah, waiterrr!” panggil chanyeol dengan cukup keras membuat baekhyun harus menutupi mukanya karena beberapa orang melihat kearah mereka.

“MWO?? HAENIMMM?!!” teriak chanyeol membuat baekhyun segera menjauhkan buku yang sedari tadi menutupi mukanya

“a…hai chanyeol. Hai….baekhyun” ucap haenim terbata entah karena panik atau kaget mendengar teriakan chanyeol yang terlewat besar.

“apa yang kau lakukan disini???” tanya chanyeol penasaran

“aku? Aku…eung….” Jawab haenim sambil memutar mutar bola matanya.

“kau pelayan disini? Kerja sambilan?” tanya baekhyun dengan nada datar

“aniyo! Bukan!” ucap haenim agak cempreng membuat tatapan orang orang kembali kearah mereka dan baekhyun lagi lagi menutupi wajahnya dengan buku

“lalu apa???” tanya chanyeol penasaran lagi (-_-)

“eummm. Ini toko buku milik ayahku aku hanya membantu beliau untuk menjaganya” ucap haenim sambil tersenyum tipis disertai anggukan dari chanyeol dan baekhyun

“jadi….agashi sekalian ingin memesan apa?” tanya haenim lagi pada mereka

“ah iya 2 cappuccino ya haenim-ah!” ucap chanyeol semangat

“dan…..aku pesan seorang gadis bernama kim haenim untuk duduk bersama kami” ucap baekhyun tanpa melepaskan pandangannya dari buku membuat haenim dan chanyeol kebingungan mendengarnya. Namun akhirnya haenim mengangguk dan menuju dapur menyiapkan pesanan kedua namja itu.

 

Baekhyun’s pov

Kurasakan sedari tadi ada orang yang menatapku. Aku pun segera menyingkirkan buku dihadapanku dan mendapati chanyeol sedang menatapku lekat lekat

“YAAA! Jangan menatapku seperti gay begitu!” ucapku ketus

“mwo? Siapa yang menatapmu seperti gay? Aku sedang mencari kebenaran tau” jawab chanyeol santai dan membuatku menaikkan sebelah alisku

“kebenaran apa?”

“kau. Me-nyu-ka-I ha-e-nim kan? ^^” tanyanya dengan mata berbinar binar

Pletak! Entah kali keberapa aku menjitaknya

“jangan sembarangan bicara kau!” ucapku sebal dan kembali sibuk pada bukuku

“tuh kan semakin ditutupi semakin terlihat~ baiklah! Aku ini orang baik. Aku pergi duluan ya baekhyun-ah!! Bersenang senanglah dengan haeniiiim~~ ^^” ucapnya sambil beranjak pergi meninggalkanku yang masih terbengong bengong menyadari dia benar benar pergi meninggalkanku sendirian.

Tak berapa lama haenim sudah datang dengan membawa nampan dan menatapku dengan bingung

“apa?” tanyaku datar

“chanyeol. Kemana dia?”

“tidak tahu. Kau. Duduklah” ucapku singkat. Entahlah aku merasa ada yang aneh. Seperti ada kupu kupu yang terbang di perutku

“ne. ini cappuccinomu baekhyun”

“gomawo”

Hening. Seketika hening tak ada pembicaraan diantara kami. Aku pun meminum sedikit cappuccino milikku dan melayangkan pandanganku pada yeoja didepanku. Rambutnya tak begitu panjang, hanya sebahu dengan gelombang sedikit di bagian bawah. Warnanya coklat dan entahlah rambut itu begitu indah dimataku.

“kau….selesai kerja jam berapa?” tanyaku. Ya pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku. Diluar kendaliku

“eh? Sekarang aku sudah bisa pulang kok. Kenapa?” tanyanya padaku membuatku justru kebingungan

“eung…anu…kau….ingin jalan jalan tidak? Ya sekedar permintaan maaf karena keketusanku pagi ini” ucapku asal

“nde. Tentu saja baekhyun-ah^^” ucapnya sambil tersenyum

“chakkaman ne?” lanjutnya dan berlari kearah dapur. Mungkin mengganti bajunya. Tak butuh waktu lama dia sudah keluar dengan dress selutut dan sebuah tas kecil di pundak kanannya

“kajjaaaa baekhyun-ah!” ucapnya riang sambil menarik tanganku dan aku pun segera membereskan barang barangku.

 

Author’s pov

Dua orang remaja itu berjalan menyusuri bahu jalan yang dipenuhi daun daun musim gugur dan angin yang cukup dingin. Sesekali haenim mengencangkan syal miliknya karena hembusan angin yang menusuk tengkuknya.

“dingin sekali eoooh” keluh haenmin sambil menggosokkan kedua telapak tangannya. Mencari kehangatan

“sedingin itukah?” tanya baekhyun dan menatap yeoja disampingnya

“he em. Kau tidak merasa dingin?”

“merasa kok hanya saja tidak sedingin yang kau rasakan sepertinya” ucap baekhyun dengan senyum tipis

“WAAAAH! Kau tersenyuuum!!” teriak haenim riang hampir melompat

“eh?” tanya baekhyun kebingungan

“kau tersenyum! Padaku! Pertama kali waaaah” ucap haenim kegirangan dan melompat lompat, tanpa sadar kakinya terpeleset dan…

GREP!

“dapat!” teriak baekhyun begitu ia berhasil menangkap tubuh yeoja itu ke dalam dekapannya. Membuat jantung haenim berdetak berjuta kali lebih cepat dari biasanya.

“gwenchana?” tanya baekhyun lagi sambil melihat yeoja dihadapannya, tanpa menyadari wajah yeoja itu sudah merah padam

“…..ne” ucap haenim singkat dan menjauh dari baekhyun. Ya, diluar perkiraan ternyata menjadi sedekat ini dengan baekhyun membuatnya hampir mati bahagia

“yakin? Kau terlihat sakit. Mukamu merah begitu”

“ini bukan merah karena sakit pabo!” ucap haenim sebal karena baekhyun sama sekali tidak peka. Dan yang dikatakan pabo pun hanya mengangkat bahu tak mengerti lalu lanjut berjalan.

“baekhyun-ah”

“wae?”

“apa kau….suka musim gugur?” tanya haenim sambil menatap lurus kearah jalan yang penuh dengan tumpukan daun daun

 

Haenim’s pov

Aku sudah lama menyukainya. Memperhatikannya dari jauh. Melihat setiap gerak geriknya. Aku tak sendirian, begitu banyak yang menyukainya dan lebih banyak lagi yang memiliki nasib yang sama denganku. Hanya menatapnya dari jauh, melihatnya, menjaga dan mendoakannya dari jauh. Dia begitu diam dan dingin. Dia persis seperti musim gugur, tenang diam namun dingin. Dan setiap sudut dari dirinya seperti daun daun musim gugur yang selalu memenuhi hatiku. Ya, dia Byun Baekhyun

“apa kau….suka musim gugur?” tanyaku pada namja disampingku sambil menatap lurus kejalan yang sudah dipenuhi tumpukan daun. Persis seperti hatiku.

“eh? Apa maksudmu?” tanyanya bingung

“apa kau suka musim gugur?”

“tidak.” Jawabnya singkat lalu mengunci mulutnya rapat rapat.

“kenapa?”

“aku. Benci musim gugur” ucapnya lagi dengan datar

“kenapa kau membencinya?” tanyaku lagi yang mungkin lebih terdengar seperti introgasi bagi baekhyun

“kau ingin tahu huh?” tawarnya padaku dan kujawab dengan anggukan mantap.

Segera setelah itu kulihat baekhyun berjalan mendahuluiku, duduk disebuah bangku taman dan menepuk bagian sebelahnya yang kosong. Memberiku isyarat untuk duduk disampingnya. Aku pun menurut dan duduk disampingnya. Kulihat dia menarik nafas dan menghembuskannya membuat uap uap muncul dari bibir tipisnya.

“musim gugur merebut diriku” ucap baekhyun. Singkat. Namun penuh kemisteriusan

“merebut…..dirimu?” ulangku dengan penuh kebingungan

“kau tidak mengerti? Kalau begitu suatu hari nanti kau akan mengerti, ara?” ucapnya. Lagi lagi ia tersenyum dengan eye smilenya membuat hatiku terasa sesak.

“suatu hari nanti?” tanyaku lagi masih dengan kebingungan yang teramat sangat. Entahlah aku merasa ada yang aneh dengan baekhyun akhir akhir ini.

“apa kau masih bisa merasakan keberadaanku sekarang?” tanyanya lagi sambil tersenyum tipis

“tentu saja! Apa maksudmu?”

“aniyo…gomawo. ^^ aku pergi duluan ya” ucapnya padaku lalu beranjak pergi. Seketika menghilang. Persis seperti daun musim gugur yang terbang terbawa angin

 

***

 

Setibaku di rumah, kakakku Jongin oppa menghampiriku dengan muka panik. Kulihat keringat yang bercucuran di pelipisnya. Ada apa dengannya? Apa sesuatu terjadi?

“haenim!” ucapnya sambil memegang kedua pundakku. Membuatku semakin bingung ada apa sebenarnya

“waeyo oppa??? Kenapa kau seperti orang ketakutan begitu??” tanyaku

“darimana saja kau?”

“dari….taman bersama baekhyun” ucapku singkat

Seketika itu juga kulihat raut wajah jongin oppa yang berubah drastis. Wajahnya menjadi aneh. Antara takut bingung dan sedih. Dia menepuk puncak kepalaku pelan dan tersenyum miris.

“berhentilah bersikap begini, haenim-ah” ucapnya padaku sebelum akhirnya dia menjauhkan tangannya dariku dan masuk ke ruang tv. Aku pun memutuskan untuk masuk ke kamarku. Tak mengerti apa yang dimaksud dengan jongin oppa dan apa yang baekhyun maksud tadi saat kami di taman.

 

Baekhyun’s pov

Kumainkan jemariku dengan malas. Menatap keluar jendela kamarku. Sesekali aku bisa mendengar suara tangisan ibu dari bawah. Pedih? Ya sangat. Tapi satu satunya hal yang bisa kulakukan hanya mendengarnya tak mampu berbuat apa apa. Pandanganku mulai kabur dan pusing menyerang kepalaku.

Sama. Sama seperti saat itu. semua terjadi begitu saja. Entahlah. Cuma chanyeol dan haenim yang menyadari keberadaanku. Atau mungkin mereka belum tahu? Tapi kenapa? Aku tak mengerti. Apa Tuhan menyuruhku untuk menjadi orang yang peka terhadap mereka? Apa Tuhan menyuruhku untuk meladeni dua manusia itu? entahlah

Aku masih terus berkutat dengan pikiran pikiran yang entah kapan terjawabnya. Kuputuskan untuk naik ke atas tempat tidurku dan membenamkan wajahku di bantal favoritku. Lalu aku berpikir

“tidakkan terlalu telat bagimu untuk menyadarinya byun baekhyun?”

“tidakkah harusnya sedari dulu kau menerima pertemanan dari seorang park chanyeol?”

“apakah pantas untukmu mengusik kehidupan seorang yeoja? Yang sudah sangat jelas tak mungkin kau miliki? Apakah pantas kau menyukainya sekarang? Bukan dulu. Ketika kau masih ‘ada’”

Semua pertanyaan itu berputar dikepalaku. Membuatku semakin pusing. Tuhan, aku hanya takmau meninggalkan bekas luka apapun disini. Kumohon bagaimanapun caranya izinkan setidaknya aku meninggalkan kenangan yang baik bagi mereka. Maafkan aku, maafkan aku ibu, chanyeol, dan kau haenim.

 

Author’s pov

Malam itu angin musim gugur lebih dingin dari biasanya. Membuat orang orang mempertebal selimut ataupun jaket yang mereka kenakan tak terkecuali namja jangkung itu. dia menyelimuti dirinya setebal mungkin. Terdengar isakan tangis yang penuh kesedihan dibalik selimutnya.

“hiks….bagaimana ini? aku terlalu senang bisa berbicara denganmu. Tapi bagaimana esok? Bagaimana nanti? Apa kau tetap akan disana dan menjadi temanku byun baekhyun?” isak chanyeol dalam gelapnya ruang itu. dia tahu. Dia menyadarinya. Hanya saja, perasaan seorang teman yang kehilangan itu tak secepat itu menerima keadaan.

 

***

#ESOKNYA

Pagi itu suasana masih sama. Angin musim gugur yang dingin. Daun daun yang menutupi jalan. Orang orang yang berlalu lalang kesana dan kemari. tak terkecuali seorang namja jangkung. Dia berjalan perlahan sambil memegang setangkai bunga. Melihat kesekitarnya seakan mencari sesuatu. Langkah terhenti di samping sebuah pohon bunga sakura yang sudah hampir botak karena bunga bunga yang berguguran.

“annyeong. Apa kau akan datang lagi?” sapanya sambil tersenyum dan menaruh setangkai bunga di samping pohon itu. beberapa orang menatapnya aneh. tapi namja itu tak peduli, setidaknya biarlah dia mengenangnya atau sekedar memberinya sapaan pagi.

Namja itu meneruskan perjalanannya, dia menatap lurus ke depan. Melewati toko buku yang sama seperti kemarin kemarin. Memejamkan matanya dan menyembunyikan air matanya

“apa kemarin itu nyata?” ucapnya pelan namun lirih. Ya, berharap kemarin ia sempat mengabadikan momen mereka dengan sebuah foto walaupun hasilnya nanti akan mengecewakan. Setidaknya ia butuh sebuah kenangan.

“mengapa kau menangis?” tanya sebuah suara. Lembut.

“hae…haenim?”

“annyeong chanyeoool!^^ mengapa kau menangis?” tanyanya lagi membuat chanyeol memutar kedua bola matanya. Tidak dia bukannya tidak tahu jawabannya hanya ia tak mau mengatakannya pada yeoja didepannya ini.

“aniyoo hehe. Kau mau berangkat sekolah?” tanya chanyeol mengalihkan pembicaraan

“he eum.  Ayo berangkat bersama!^^”

Pada akhirnya mereka berjalan berdua menuju sekolah. Dalam perjalanan tak begitu banyak kata yang terucap. Haenim tahu ada yang aneh dengan chanyeol tapi ia juga tahu chanyeol takkan mau menceritakannya. Tak mau terlihat lemah, itulah pemikiran haenim.

 

Haenim’s pov

Aku terus menatap namja jangkung disampingku. Kalau dipikir pikir dia ini lucu juga ya pantas banyak juga wanita yang mengejarnya. Rambut lurus yang jatuh dan sikapnya yang ramah. Belum lagi suara bassnya serta perawakannya yang memang pria pasti banyak yeoja yang jatuh hati padanya…

“eoh, kenapa melihatku terus huh? Kau naksir? :p” ucap chanyeol. Mulai usil sepertinya-_-

“aishhh tidak! Aku baru menyadari kenapa banyak yeoja yang mengejarmu”

“eh jinjja? Kenapa? Karena aku tampan? Hahaha”

“hiiiiih menyesal aku mengatakannya!” ucapku sebal dan melangkah mendahului chanyeol. Namun

GREP

Kurasakan sebuah tangan menarikku dan aku pun segera menoleh ke belakang. Kudapati chanyeol memegangi tanganku. Tubuhnya bergetar….

“kau? Menangis?” tanyaku ragu

“……” diam. Dia hanya diam. yaTuhan keanehan apa lagi ini

“chanyeol. Waeyo?” tanyaku yang mulai takut sesuatu terjadi disini. Seakan semua saling berkesinambungan.

“….hyun…” ucapnya pelan. Hyun?

“hah? siapa maksudmu?”

“baekhyun….. apa kau benar benar dapat merasakan ia ada?” ucapnya. Lirih. Sendu. Dan seakan mencoba lari dari kenyataan.

Seketika itu juga angin musim gugur kembali berhembus. Menerpa rambutku membuat pandanganku seakan kabur untuk sesaat. Dingin. Menusuk.

“apa yang kalian berdua lakukan disini?” tanya sebuah suara. Suara yang sangat kukenal. Suara yang entah mengapa kurindukan.

“baekhyun?” tanya chanyeol ragu. Ya benar dia baekhyun.

“apa yang kalian berdua lakukan disini?” tanyanya lagi dengan muka bingung. Tunggu mengapa baekhyun terlihat lebih pucat? Maksudku dia memang putih tapi ini…..terlalu putih

“baekhyun-ah kau baik baik saja?” tanyaku dan berjalan mendekati baekhyun namun

Grep!

Lagi lagi chanyeol menggenggam tanganku. Tapi berbeda. Kali ini lebih erat dan terasa sedikit sakit. Ada apa dengannya?

“kenapa….kenapa kau masih disini?” tanya chanyeol. Dengan terbata, yang kutahu pertanyaan itu ditujukan pada baekhyun. Ada apa ini sebenarnya? Mereka tidak sedang bertengkar antar teman kan?

 

Baekhyun’s pov

“kenapa….kenapa kau masih disini?” chanyeol akhirnya mengatakannya. Ternyata ia sudah sadar. Aku hanya diam terpaku di posisiku. Tersenyum tipis

“aku? tentu aku sedang berjalan menuju sekolah park chanyeol” jawabku. Tidak baekhyun. Kau sangat tahu kau tidak bisa ke sekolah.

“jangan bercanda!!! Kauuu!!! Kau sudah tidak ada disini!” teriak chanyeol. Dapat kulihat jelas raut muka bingung dari haenim. Oh ayolah gadis ini tidak menyadarinya? Aku pun berjalan mendekat. Menepuk pundak chanyeol pelan

“tenanglah. Aku kesini. Hanya terakhir kali. Setidaknya biarkan haenim menyadarinya. Biarkan aku bercerita…” ucapku pelan dan chanyeol pun segera mengerti.

“apa maksudmu? Apa yang harus aku sadari?” tanya haenim padaku. Aku tahu dia sebenarnya sudah menyadarinya.

“haenim-ah, terimakasih sudah menyadari keberadaanku selama ini….”

“apa maksudmu? Semua orang juga tahu kau ada di sekolah di mana mana baekhyun!” ucapnya memotong perkataanku. Membuatku tersenyum miris mendengarnya. Maaf haenim.

“tidak haenim. Hanya kau, chanyeol, dan ibuku. Hanya kalian bertiga yang menyadari keberadaanku. Sekarang aku bertanya padamu, apa kau benar benar merasakan keberadaanku? Hawa panas tubuhku? Apa kau benar benar merasa aku ada?” ucapku lirih. Ternyata mengakui bahwa kau sudah lama lenyap itu menyakitkan.

“apa maksudmu….” Ucap haenim hampir menangis. Aku tahu dia menangis karena dia menyukaiku. Pasti karena rasa itu jugalah dia selalu menganggapku ada. Aku tahu.

 

Haenim’s pov

“apa maksudmu???” tanyaku. Lagi dan lagi. Aku tak mengerti. Semua terlalu membingungkan.

“tak ingatkah kau kejadian saat pertama kali kita berbicara?” tanya baekhyun sambil tersenyum padaku. Ingatanku pun dibawa kembali pada saat itu

#flashback

Hujan musim gugur memang yang paling merepotkan. Dingin. Menusuk. Berangin. Semuanya terasa buruk bagiku, tapi tunggu…. Sepertinya hujan kali ini memberiku berkah. Kulihat sosok namja itu sedang meneduh di bagian depan toko milik ayahku. Lelaki itu terus mengeluh dan mengeluh. Aku pun berjalan mendekat dan berdiri disampingnya, sayang dia terlalu emosi hingga tak menyadari keberadaan seorang yeoja yang satu sekolah dengannya.

“jangan marah marah begitu agashi” ucapku singkat dan kusadari dia mencari cari sumber suara.

“annyeong” sapaku begitu tahu dia sudah melihatku. Aku tersenyum semanis mungkin

“siapa kau?” tanya namja itu

“aku? Kim Haenim. Kau?”

“aish! Bukan namamu. Eum aku Baekhyun, Byun Baekhyun” ucap namja itu sambil kembali sibuk dengan kemejanya yang sudah mulai mengering.

“oh” ucapku singkat sambil menatap baekhyun

“kenapa kau terus menatapku huh?” tanya baekhyun kesal, dia terlihat imut sekali ><

“aniyo, aku hanya bingung ada namja yang berwajah imut tapi ketus sekali seperti kamu”

“mwo?! Enak saja! Siapa yang kau sebut ketus hah?”

“tuh kan” ucapku dengan senyum kemenangan dan membuat baekhyun salah tingkah.

“aish. Terserah” ucap baekhyun dan segera memakai kembali tas punggungnya lalu berjalan keluar dari tokoku

“mau kemana baekhyun?”

“pulang.” Ucapnya singkat tanpa menatapku dan segera berlari dari toko buku itu sebelum hujan semakin deras.

“berhati hatilah! Annyeong!” aku berteriak dan berharap teriakanku terdengar oleh baekhyun dari kejauhan. Aku tersenyum memandangi punggungnya yang mulai tak terlihat. Aku pun bersiap masuk ke toko kembali ketika

BRUUUAKKK!!!

Terdengar bunyi yang begitu keras dari arah baekhyun pulang tadi. Aku pun segera membalikkan badanku. Yang kupastikan adalah darah terus mengalir bercampur hujan yang semakin deras. Aku menangis. Dan terus menangis

#flashback end

Aku terpaku menyadari apa yang sebenarnya sudah terjadi. Tidak. Aku sebenarnya sudah sadar hanya aku tak mau mengakuinya. Semua terekam begitu jelas. Bagaimana tubuh kecil itu bersimbah darah. Bagaimana orang orang panik menyadari ia sudah tak bernyawa. Ia…..Byun Baekhyun….

“sudah ingat ne?” tanya baekhyun sambil tersenyum. Tipis namun miris

“baek…baekhyun….” Ucapku terbata. Tidak. Aku tak mau. Aku tak mau mengingatnya

“aku rasa Tuhan sengaja membuat kalian menyadari keberadaanku ^^” ucapnya sambil tersenyum. Tidak baekhyun, aku selalu ingin melihat senyummu untukku tapi tidak begini.

“tuhan menyuruhku untuk setidaknya memberikan kenangan sebagai teman pada chanyeol, dan menyadari keberadaanmu karena selama ini kau terus memperhatikanku haenim ^^ gomawoyooo” ucapnya sambil membungkuk dihadapanku dan chanyeol. Kulihat chanyeol hanya tertunduk, dia tak sanggup mengatakan apapun lagi

“apa maksudmu….” Ucapku lagi

“ingat saat aku bilang aku tak menyukai musim gugur haenim?” dan aku menjawabnya dengan anggukan

“itu karena…..dihari saat musim gugur datang untuk pertama kalinya. Aku justru berada disini untuk terakhir kalinya…. J” ucapnya lagi dengan tersenyum. Tanpa sadar aku pun berlari dan memeluknya. Memeluknya erat seakan tak mau melepaskannya

“aku mencintaimu! Aku mencintaimu byun baekhyun! Tidaakkkk! Kau tidak boleh pergi seperti ini!” teriakku dan mengeratkan pelukanku.

“mianhae. Mianhae sudah menjadi orang yang sangat dingin dan tak peduli pada kalian dan pada orang orang yang sudah menangisiku. Mulai sekarang hiduplah dengan keadaan yang baru, jangan menganggapku ada. Jangan berharap aku akan datang ke tokomu dan berbicara ketus padamu lagi. Jangan juga kau berharap aku menjitak kepalamu lagi chanyeol! Aku harus pergi. Sampai jumpa suatu hari nanti ne?” ucapnya sambil melepaskan pelukanku dan berjalan menjauh. Perlahan dan kemudian menghilang…

Ya, hari ini. hari ke-5 di musim gugur. Aku menyadarinya keberadaannya yang sudah menghilang. Aku dan chanyeol mencoba saling menguatkan. Kami kehilangan sahabat sekaligus orang yang kusuka secara bersamaan. Hanya sebuah memori yang tersisa. Memori yang begitu menyakitkan. Bahkan hanya untuk sekedar menyadari bahwa kami memiliki memori itu.

 

#musim gugur tahun berikutnya

Author’s pov

Yeoja itu sedang membereskan buku buku ditokonya, mengelap kaca yang mulai berembun. Hari ini masih pagi dan cuaca sudah mulai mendung

“haaaah kenapa harus sedingin ini sih?” keluh yeoja itu sambil mengeratkan syalnya

“jangan mengeluh begitu, semakin banyak mengeluh kau terlihat makin jelek” ucap namja jangkung disampingnya

“MWO?! Aishhh! Menyebalkan!!” teriak yeoja itu sambil terus menggosok kaca

“eh haenim, apa tidak apa apa aku berkunjung kemari setiap pagi untuk sarapan?” tanya namja itu lagi, ya dia chanyeol

“he eum tenang saja. Appa sudah menganggapmu anak sendiri kok. Lagipula….kau mengincar gadis yang sering datang kesini itu kan?hehehehe” ucap haenim usil pada chanyeol membuat namja itu malu

“yaaa! Jangan diexpose! Heuhh lebih baik aku membantu ayahmu didapur!” ucap chanyeol lalu berjalan menuju dapur meninggalkan haenim yang tertawa penuh kemenangan.

Diluar, hujan sudah mulai turun membasahi jalanan yang sudah penuh tertumpuk daun daun musim gugur. Membuat haenim penasaran untuk keluar dan mencium aroma hujan. Dia berjalan keluar dari toko, mengadahkan telapak tangannya dan membiarkannya basah oleh hujan. Dia berjalan menyusuri bahu jalan dengan santai. Berhenti di sebuah pohon bunga sakura dan bersandar disampingnya. Haenim memejamkan matanya dan tersenyum tipis

“annyeong. Tahun ini musim gugur datang lagi, dan kau tahu? Hujan pun datang lagi. Entahlah aku merasa semakin banyak daun yang berguguran dan menutupi bekas bekas jejakmu tahun lalu. Apa kabarmu? Hai kamu… apa musim gugurmu sama seperti musim gugurku? Apa kau masih mengingat hujan disaat itu, Byun Baekhyun?”

 

THE END

 

 **NOTE: It’s a season fanfiction. well, the first is autumn and the second one will be winter ^^ i know this ff isn’t good enough but i hope you guys can leave at least a shorty comment hehehe thanks for reading and sorry because i’m still learning to use wordpress really need a pro to teach me how to edit ‘this’ and ‘that’ :((( 

 

 

ONE MINUTE

THIS IS MY FIRST FF! I have posted it on @exofanfic_id please dont copy it because everything except Baekhyun in this story is 100% mine. thanks<3

Title: One Minute

Author: Mrs. OH

Cast:    -Byun Baekhyun EXO K

            -Kim Sora (OC)

Other Cast: find them by your self

Genre: Romance, Sad, Friendship

Note: Annyeonghaseyooo~ ini ff pertama author berhubung document ff author kebuang semua author ngetik ulang lagi dengan berbagai renovasi disana sini TT_TT *author curhat* semoga ff ini berkenan di hati readers sekalian. Ff ini murni ide author, maaf kalo misal ada kesamaan tokoh/judul/cerita itu benar benar diluar kehendak author(?) sorry for typos and happy reading! Semuanya dilihat dari baekhyun’s pov ya ^^~

 

***

 

Summary: Yang kubutuhkan hanya satu menit. Satu menit untuk mengatakannya padamu. Mengatakan hal yang selama ini sudah kau tunggu. Hal yang selama ini kuingkari dan kuabaikan. Hal yang begitu penting bagimu.Tapi kau tak pernah memberiku kesempatan, kau tak pernah memberiku waktu. Sora-ah jawab aku…. Jebal….

 

Aku terbangun dari tidurku yang sebenarnya tidak cukup tenang mataku sepertinya agak bengkak karena terlalu sering menangis. Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah liburan musim panas yang sangat membosankan bagiku. Kulihat diriku dicermin dengan tatapan nanar, menyedihkan. Aku tampak begitu menyedihkan. Kutatap layar iphoneku dengan nanar. Tak ada telfon maupun sms darinya, benar benar deh. Apa dia tidak merindukanku? Segera ku telfon dia

“maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silakan tinggalkan pesan setelah bunyi bip”

*biiiip

“yaaa! Sora-ah! Kemana saja kau? Selama liburan musim panas tak ada kabar. Harusnya kau memberiku kabar kan? Neomu bogoshipeo. Temui aku dikelas hari ini, ara? Saranghae.” Ucapku lalu mengakhiri pesan suaraku dan berharap Sora akan mendengarnya dan menemuiku disekolah. Aku benar benar merindukan gadis itu.

Aku pun segera mengganti bajuku dan mengambil kunci motor beserta helm full face hitam milikku. Aku tak ingin terlambat dihari pertama masuk sekolah, tak ingin kena marah Kim Jun Myeon sebenarnya, dia wali kelas sekaligus guru paling killer padahal mukanya begitu polos-_- aku pun segera melaju dengan motorku, kutengok jok belakangku dengan tatapan hampa. Aku bisa merasakan air itu mulai keluar dari kedua sudut mataku, aku pun segera menghapusnya menggunakan tanganku. Harusnya dia berada dibelakangku sekarang dan memeluk pinggangku. Kemana kau Kim Sora?

 

***

 

Kulangkahkan kakiku dikoridor sekolah dengan malas. Kuambil iphoneku dan nihil. Tak ada pesan ataupun telfon darinya. Aish, Byun Baekhyun baru pertama kali kau hampir gila karena seorang yeoja. Aku pun segera mengetik pesan singkat untuknya

To: Sora

Chagi, kau kemana? Hari ini masuk sekolah kan? Aku hampir gila karena merindukanmu. Terlalu asikkah kau dengan liburanmu hingga tidak memberiku kabar sama sekali? T_T

Send

Kutatap layar iphoneku nanar, pesanku tidak delivered padanya. gadis ini memikirkan perasaanku tidak sih? Kuacak rambutku frustasi. Aku masih tenggelam dalam kekesalanku sampai kurasakan sebuah tangan menepuk pundakku

“yoo Baekki! Kenapa kau begitu lesu?” sapa suara berat itu, dia Park Chanyeol. Sahabat sekaligus teman sebangkuku dikelas

“yo Yeollie! Ani. Hanya malas sekolah saja” ucapku sambil tersenyum

“yaaa kau mau membohongiku? Hm, kau masih menghubunginya?” tanya Chanyeol sambil memasang muka khawatir padaku

“hmm…ya aku masih menghubunginya”

“Byun Baekhyun, aku kan sudah bilang berhenti menghubunginya.” Ucap Chanyeol sambil menaikkan sedikit nada suaranya membuatku tersenyum miris

“aku tahu. Aku sangat tahu. Sudahlah, ayo kita masuk kelas” ucapku lalu menarik tangannya, membuatnya hanya bisa pasrah dan menghela nafas.

Begitu tiba dikelas kulihat 2 orang namja sedang sibuk dengan psp. Yang satu berkulit agak gelap bernama Kim Jongin atau Kai dan satunya yang berkulit seputih susu bernama Oh Sehoon atau Sehun. Mereka terlihat begitu asik dengan psp

“annyeong kai, sehun” sapaku sambil menaruh tas di depan bangku mereka. Ya, posisi dudukku dan chanyeol memang persis di depan kai dan sehun yang notabenenya juga teman sebangku.

“ah annyeoooong baekhyunnieee” ucap mereka berbarengan persis paduan suara membuatku tersenyum geli melihat tingkah namja namja tampan tapi absurd itu. segera aku duduk dibangkuku dan meopang daguku dengan tangan kananku. Aku mulai risih ketika kusadari chanyeol yang sedang disampingku menatapku tanpa berkedip sedikitpun

“yaa! Jangan menatapku seperti gay begitu!” ucapku sambil mendorong mukanya jauh jauh dariku

“mwo? Siapa yang kau sebut gay hah? Aku itu hanya khawatir padamu!”

“khawatir? Aku tidak sedang sakit park chanyeol” jawabku kebingungan

“iya, tapi hatimu itu selalu sakit kan?” balasnya sambil menatap lurus kedepan mengalihkan pandangan matanya dariku.

Deg

“a…apa sih? Kau ada ada saja hahaha” ucapku asal, padahal jelas jelas ucapan chanyeol barusan tepat sasaran

“arasseo arasseo. Terserah kau baekki.” Ucapnya lalu segera menaruh kepalanya diatas meja dan mulai tertidur meninggalkanku yang masih termenung. Kualihkan pandanganku keseluruh penjuru kelas, lebih tepat pada bangku disebrangku, tempat Kim Sora. Tapi hingga bel berbunyi pun tempat itu kosong. Sepertinya dia hari ini tidak masuk sekolah. Kuhela nafasku berat dan segera mencoba fokus kepelajaran.

 

*istirahat

Aku segera menuju taman belakang sekolah tempat favoritku dari dulu, aku sengaja beralasan sedang tidak enak badan pada chanyeol, kai, dan sehun. Aku sedang tidak berselera untuk makan dikantin. Ku pejamkan kedua mataku sambil menyandarkan diriku pada di sebuah bangku. Tak berapa lama kubuka mataku dan tak menemukan sosok gadis itu disampingku. Segera kukeluarkan iphoneku dan mengetik pesan untuknya

To: Sora

Kau tidak masuk sekolah? Aku menunggumu di taman belakang tapi sepertinya memang kau tidak akan pernah datang berapa lamapun aku menunggu. Setidaknya kirimi aku pesan sora-ah. Aku hanya ingin tahu kabarmu disana. Jebal….

Send

Kutatap nanar iphoneku dan mengacak rambutku frustasi lagi dan lagi. Aku benci perasaan seperti ini, aku benar benar merindukannya. Aku merindukan Sora. Aku tertunduk dan bisa merasakan pundakku bergetar, aku menangis. Ini sudah yang kesekian kalinya aku menangisi yeoja bodoh itu. ingatanku kembali pada saat kami berdua pertama kali bertemu

Flashback

Hari ini hari pertamaku sebagai murid baru di Dreams High School, sialnya aku pindah kesini hanya untuk satu tahun terakhirku sebagai murid SMA. Pekerjaan ayahku yang membuatku harus pindah kesini. Akupun melangkahkan kakiku malas ke kelas 12-K, kelas baruku. Begitu sampai didalam kelas baru aku saja yang datang. Segera kutaruh tasku asal dan duduk

“annyeong” sapa sebuah suara membuatku menoleh dan menemukan sosok seorang yeoja berambut sebahu berwarna agak coklat dengan eye smile dan lesung pipit yang menghiasi wajahnya.

“annyeong” sapaku

“aku baru melihatmu, murid baru?”

“ne”

“Kim Sora, kau?” jawabnya sambil mengulurkan tangannya padaku.

“Byun Baekhyun” jawabku sambil menjabat tangannya membuatnya tersenyum. Cukup manis menurutku.

“baekhyun-ah pasti akan menjadi idola baru disekolah ini” katanya sambil duduk dibangku depan mejaku, membuatku mengangkat sebelah alisku

“idola baru? Maksudmu?” tanyaku

“kau mempunyai wajah yang tampan pasti gadis gadis disini akan menyukaimu hahaha, aku beruntung sekali menjadi orang pertama yang berbicara denganmu baekhyun”

“eh? Haha aku tidak setampan itu kok sora-ah.” Ucapku sambil tertawa mendengar omongannya.

“pasti begitu! Tidak percaya? Lihat saja nanti hahaha. Aku pergi dulu ya” ucapnya lalu pergi keluar kelas membuatku bingung. Aku kembali sendirian, hampir saja aku tertidur ketika

“waaaaah! Bangku disebelahku terisi!!” teriak sebuah suara berat membuatku melihat kesamping kananku menemukan seorang 3 orang namja tinggi dengan yeoja disebelahnya, Sora.

“sora-ah, siapa mereka?” tanyaku pada sora

“aku park chanyeol teman sebangkumu!” sapa suara berat yang sama dan segera kutahu dia bernama chanyeol

“aku kim jongin, panggil saja kai” kali ini namja berkulit agak gelap memperkenalkan dirinya

“dan aku…..oh sehoon. Panggil sehun saja” terakhir seorang namja berkulit seputih susu tersenyum dan memperkenalkan dirinya. Aku pun mengangguk angguk mengerti

“aku byun baekhyun, baekhyun saja panggilnya” jawabku singkat membuat mereka mengangguk angguk dan segera duduk di tempatnya masing masing. Kulihat sora sudah duduk disebrangku dan sibuk dengan teman sebangkunya. Aku pun segera mengeluarkan bukuku

“baekhyun-ah kau menyukai sora ya?” tanya chanyeol polos membuatku sukses membulatkan kedua mataku

“MWO? Yaa! Apa maksudmu?” jawabku heboh hampir berteriak, untung saja suasana kelas sedang ramai-_-

“hahaha tuh kau saja sampai kaget begitu. Kalau begitu kudukung baekki-ah! Sora gadis yang baik!” jawabnya sambil tertawa dan menepuk nepuk pundakku

“aishhh, terserah kau” ucapku asal karena tidak mau memperpanjang masalah aku suka si sora atau tidak. Baru hari pertama saja kenapa aku sudah diperkenalkan ke manusia manusia absurd begini sih?

Begitu istirahat tiba, chanyeol mengajakku kekantin dan aku pun mau. Aku, chanyeol, sehun, kai, dan sora berjalan bersamaan. Yang aku bingung kenapa sora berjalan bersama kami? Ternyata aku baru tahu kalau dia dan sehun itu tetangga dan memang selalu bersama makanya sampai sekarang tidak pernah terpisahkan.

“baekhyun-ah, kau yakin tidak mau kembali ke kelas?” tanya sora padaku begitu kami sampai didepan kantin

“eh? Kenapa?”

“siapkan mentalmu byun baekhyun” ucap kai sambil menepuk pundakku.

Ada apa dengan mereka? Aku jadi semakin bingung. Tapi……begitu sampai dikantin akhirnya aku tahu kenapa mereka khawatir padaku. Tepat perkataan sora, para gadis mendatangiku dan membuatku sedikit risih

“kyaaa! Kau murid baru itu? boleh aku berjabat tangan denganmu?”

“baekhyun-ah telfon aku ya, ini nomor telfonku!”

“baekhyun-ah sudah punya pacar?”

“kau lucu sekali! Omoo!”

Mereka terus terusan berteriak kepadaku membuatku sedikit geram tapi chanyeol segera menepuk pundakku dan tersenyum

“bersabarlah, mereka menyukaimu” katanya lalu kembali sibuk pada makanannya membuatku akhirnya sedikit bersabar dan tersenyum pada gadis gadis ganas itu

“iya aku byun baekhyun, maaf sekarang aku ingin makan dulu. Kalian semua juga makanlah dengan baik agar tidak sakit, ara?” ucapku sambil tersenyum sangat sangat sangat maniiiiis agar yeoja yeoja itu menjauh dariku. Dan mereka pun langsung mengangguk dan menjauh dariku. Benar benar hari pertama sekolah yang aneh. Tambah aneh begitu aku tahu chanyeol, kai, dan sehun juga namja namja yang selalu dikejar para gadis disekolah ini.

Flashback end

Aku tersadar dari lamunan masa laluku, segera kuhapus air mata yang membasahi wajahku sedari tadi. Aku pun segera berdiri dan berjalan menuju kelas. Begitu sampai dikelas, chanyeol segera menghampiriku

“KAU KEMANA SAJA HAH?” teriaknya membuat seisi kelas melihat kearah kami, kulihat kai dan sehun pun langsung berdiri dari bangku mereka dan menenangkan chanyeol

“aish, jangan berteriak padaku yeollie-ah, aku hanya ketiduran tadi” ucapku lalu segera melewatinya dan duduk dibangkuku. Dapat kudengar chanyeol menghela nafas dan berjalan menuju bangkunya di sebelahku

“sampai kapan kau mau begini baekhyun?” tanya sebuah suara, suara kai

“kkamjong! Jangan bertanya begitu padanya” ucap sehun sambil memukul lengan kai membuatnya sedikit meringis kesakitan

“apa maksud kalian? Aku baik baik saja. Aku sudah bilang aku hanya ketiduran kan” jawabku singkat lalu segera membenamkan mukaku di atas tanganku dan menaruhnya diatas meja

“aku mau tidur lagi, kalian tidak usah khawatir” ucapku membuat mereka bertiga hanya bisa diam pasrah dengan tingkahku.

 

***

 

Akhirnya hari pertama sekolah pun selesai, aku segera keluar kelas dan berjalan menuju parkiran motor. Hari ini kai dan sehun pergi berduaan persis seperti sepasang kekasih, katanya mereka mau menonton film bersama dan chanyeol, dia ada latihan karate jadilah aku sendirian berjalan ke parkiran. Akupun segera mengambil helmku dan memakainya. Sejenak aku kembali teringat saat dulu sora masih disini.

Flashback

Kubuka mataku malas begitu sadar pelajaran matematikan Mr. Kim sudah selesai. Sedari tadi aku tertidur pulas dan beruntung beliau tidak sadar aku tidur.

“yaa! Baekki kau tidur lagi?” tanya sora sambil menghampiriku

“hm? Ya aku sangat bosan tadi sora-ah”

“aish, bagaimana kalau mr.kim menghukummu nanti?” tanya sora sambil menarik bangkunya mendekati bangkuku membuatku langsung membenarkan posisi dudukku

“ani, dia pasti tidak akan tahu haha” jawabku lalu sora menjawab dengan anggukan mengerti. Setelah itu aku dan sora menuju kekantin dan makan bersama, beberapa orang melihat kami lebih tepat beberapa yeoja. Mereka menatap sinis ke arah sora, ya tepat. Mereka penggemar penggemarku yang setiap pagi mengirimiku surat bahkan hingga membuntutiku kerumah! Gila! Kulihat kesekitarku dan melihat wajah wajah ganas milik para yeoja yang siap mengoyak sora karena hanya berduaan denganku, tunggu….berduaan?

“kemana yang lain?” tanyaku pada sora yang sedang sibuk meracik bumbu di makanannya

“aish, ini karena kau tidur dari pagi. Mereka bertiga hari ini tidak masuk”

“eh? Wae?”

“semalam chanyeol dan kai bermain kerumah sehun lalu mereka bertiga bercanda canda di balkon rumah sehun sampai tibatiba mereka bertiga terserang demam dan tak bisa masuk sekolah. Benar benar bodoh kan?” ucap sora sambil memasang muka -_- padaku membuatku tertawa membayangkan ketiga orang itu sedang terkapar ditempat tidur

“jadi kita hanya berduaan hari ini, sora-ah?” tanyaku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya membuatnya tersentak kaget dan nyaris saja terjatuh namun dengan sigap segera kutarik tangannya dan membawa tubuh mungil itu jatuh dipelukanku

“yaaa! Gwenchana sora-ah? Berhati hat…” belum sempat kuselesaikan omonganku, kulihat jelas wajah yeoja itu sudah merah padam dan begitu sadar seisi kantin sudah melihat kami dan

“KYAAAA! BAEKHYUN! KENAPA KAU MEMELUKNYA BEGITU?!!!” teriak para yeoja berbarengan sukses membuatku menutup telingaku dan segera melepaskan pelukanku dari sora lalu menariknya keluar dari kantin yang menyeramkan itu.

 “gwenchana?” tanyaku padanya begitu kami tiba didepan kelas

“ah ye baekki-ah. Gomawo hehe” katanya sambil menunduk

“wae? Kenapa menunduk begitu? Ada yang sakit?” tanyaku sedikit khawatir dengannya

“ani baekki-ah. Aku….pergi dulu” ucapnya lalu segera berlari dan meninggalkanku yang bingung.

“ada apa dengannya?” gumamku singkat lalu segera kuberjalan menuju taman belakang sekolah. Betapa kagetnya aku begitu yang kutemui disana adalah sora sedang duduk dengan pakaian yang basah dan rambut sedikit acak acakan, segera kuhampiri dia

 “sora? kau kenapa?” tanyaku panik melihat penampilannya yang seperti itu

“ah, baekhyun! gwenchana” ucapnya sambil tersenyum dan merapikan rambutnya

“yaa! Jangan berbohong. Wae?” tanyaku sambil duduk disampingnya

“yeoja yeoja penggemarmu tadi menghampiriku dan menyiramku dengan air, mereka bilang jangan mendekatimu lagi. Mereka juga bilang aku tak pantas berteman denganmu. Hhh…tapi tenang saja baekki! Aku sudah biasa begini, saat bersama chanyeol, sehun, dan kai pun aku sering dibeginikan” ucapnya sambil tersenyum miris membuatku agak kesal dengan yeoja yeoja yang sudah berbuat tak adil begini pada sora. segera kutarik tangannya dan membawanya menghampiri sekumpulan yeoja yang sudah pasti kuyakini mereka yang mengerjai sora. begitu melihatku salah satu dari mereka langsung berteriak

“kyaaa! Baekki oppa, ada apa menghampiri kami?” tanyanya berbinar binar membuatku semakin kesal

“apa yang sudah kalian lakukan padanya?!” tanyaku setengah berteriak sambil menunjuk pada sora yang hanya bisa tertunduk disampingku

“ng…oh oppa itu kami….”

“APA?!” tanyaku sambil meninggikan nadaku membuat yeoja yeoja gila itu diam dan kaget dengan reaksiku barusan. Aku pun segera menghela nafas berat dan maju selangkah kearah mereka

“jangan pernah ganggu sora lagi, karena dia YEOJACHINGUKU!” ucapku penuh penekanan pada kata ‘yeojachingu’ membuat para yeoja itu membelalakan mata mereka bahkan sora pun langsung menoleh kearahku seakan berkata ‘baekhyun, kau sehat?’ aku pun segera membungkukkan badanku dan menarik sora untuk pergi dari tempat itu.

“baekhyun…” panggilnya membuatku segera menoleh kearahnya. Aku sadar dia masih dalam keadaan basah segera kulepas jaket yang sedari tadi kupakai dan memakaikannya ditubuh mungil sora

“waeyo?” tanyaku

“ah ng, gomawo. Itu soal tadi…”

“ah, ya. Aku hanya tak ingin mereka mengganggumu. Kalau kau mau, mau tidak berpura pura pacaran denganku? Setidaknya untuk meyakinkan mereka kalau kita memang berpacaran denganku.” Ucapku sambil menggaruk wajahku yang tak gatal. Ini pertama kalinya aku meminta seorang yeoja menjadi pacarku-_-

Kulihat semburat merah itu muncul lagi diwajah sora membuatku juga sedikit salah tingkah karenanya.

“hanya berpura pura kok sora…kalau kau tak mau ya tak apa”

“ani. Aku mau oppa!” jawabnya penuh keyakinan membuatku sedikit kaget

“haha oke, kalau begitu mohon bantuannya ya, kim sora” ucapku sambil tersenyum dan dia pun mengangguk mantap. Setidaknya dengan begini kami sama sama untung kan? Aku tak diganggu yeoja yeoja gila itu dan sora pun tidak perlu dibully lagi.

 

***

 

“BYUN BAEKHYUN! KAU PACARAN DENGAN SORA?” tanya suara berat milik park chanyeol. Suara kerasnya sukses membuat pagi hariku yang tenang dikelas rusak

“iya, kenapa?” tanyaku padanya

“benarkah? Cungguh? Enelan? Celius?” tanya sehun dan kai bertubi tubi sukses membuatku ingin membunuh mereka karena suara mereka yang disok imut-in itu

“yaaa! Kalian bertiga kenapa sih? Aku kan hanya pacaran dengan sora, apa salahnya?” tanyaku balik pada mereka

“ya…tidak salah sih. Hanya saja kami kaget, kau menyukainya?” tanya kai padaku membuat sehun dan chanyeol langsung merapatkan diri mereka menunggu jawabanku

“hm aku menyukainya seperti aku menyukai kalian” jawabku singkat

“eh? Kau menyukaiku baekki-ah? Kau gay?” tanya sehun polos membuatku langsung memelototinya dan memukul lengannya

“yaa! Tidak seperti itu! maksudku aku tidak menyukainya lebih dari seorang teman” jawabku

“lalu kenapa kau memacarinya?” kali ini chanyeol yang bertanya

“karena aku tidak mau yeoja yeoja gila itu menggangguku ataupun mengganggunya. Dengan status kami yang berpacaran mereka pasti berhenti dari tingkah gila mereka kan?” jawabku singkat dan mereka bertiga pun mengangguk angguk mengerti

“tapi kau berhati hati jangan sampai salah langkah dan justru menyakiti sora ya?” sehun tiba tiba berbicara begitu dan didukung kai serta chanyeol membuatku sedikit bingung. Menyakiti? Memangnya dia kenapa sampai harus merasa tersakiti olehku?

“arasseo arasseo. Tenang saja aku akan menjaganya” jawabku lalu segera memasang headphoneku dan mendengarkan musik.

Flashback end

Kutatap nanar kunci motorku, tidakkah kau tahu betapa aku sangat merindukanmu? Kemana kau? Aku pun segera mengeluarkan iphoneku dan menelfon Sora

“maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silakan tinggalkan pesan setelah bunyi bip”

*biiiip

“sora, kau kemana…kenapa tak pernah memberiku kabar? Apa kau sudah mengganti nomormu? Apa kau tidak merindukanku? Apa kau tidak mau memberiku kesempatan untuk mengatakannya padamu? Apa kau tak bisa meluangkan waktumu semenit saja untukku? KIM SORA JAWAB AKU!!!”

Ucapku berteriak lalu mengakhiri pesan suara itu dan menyadari aku menangisinya LAGI. Kututup mulutku agar tak ada yang bisa mendengar isak tangisku saat ini, aku terus menangis dan menangis. Aku begitu merindukannya. Aku menginginkannya. Tanpa sadar kunyalakan motorku dan melaju dengan kecepatan tinggi, aku harus kesana. Dia pasti disana. Dia pasti sedang ada disana dan menghabiskan waktunya seperti dulu.

 

***

 

Begitu sampai disini, nihil. Tak ada dia. Aku padahal tahu persis dia akan menghabiskan waktunya disini, di toko buku ini. dia dulu sering mengajakku kesini dan menghabiskan waktu bersamaku, tapi aku selalu mengeluh dan bilang aku bosan berada disini. Aku tersenyum pahit begitu menyadari aku merindukan saat saat bersamanya. Aku merindukan saat dia tersenyum padaku, saat dia menyandarkan kepalanya dipundakku. Pikiranku kembali melayang kesatu memoriku dengannya.

Flashback

Hari ini sudah hari ketujuh semenjak kami berpacaran, jujur saja aku mulai risih dengan sora yang bisa dibilang terlalu perhatian padaku. Aku tidak mengerti dengannya, kami hanya berpura pura dan aku rasa tingkah kami seperti orang pacaran itu hanya ditunjukkan saat kami disekolah tapi sora tidak. Diluar sekolah dia selalu mengirimiku pesan dan menelfonku bahkan selalu mengatakan ‘saranghae’ padaku. Aku mulai gerah dengannya, setiap kali aku bilang aku tidak membalas pernyataan sayangnya itu dia akan bilang “aku menunggumu menyukaiku baekhyun, aku menunggu kau mengatakan bahwa kau menyayangiku hehe” membuatku sedikit kerepotan dengannya. Aku tak ingin menyakitinya tapi aku juga tidak betah terus terusan seperti ini. dia terus membuatku risih dengan perhatian perhatiannya yang menurutku agak berlebihan. Aku tahu kami berpacaran tapi ini kan hanya pura pura. Mengapa dia begitu serius?

Sesuai dengan janji kemarin, aku pun menjemput sora di rumahnya. Sekarang dia sudah ada dibelakangku dan memeluk pinggangku.

“kita mau kemana?” tanyaku datar padanya

“oppa ingin kemana?” tanyanya balik membuatku berdecak kesal, tidak bisakah dia menjawabku dan tidak bertanya balik padaku? Menyusahkan

“aku bertanya padamu lebih dulu. Jawablah”

“ke toko buku saja ya?” tanyanya membuatku segera menghentikan laju motorku

“tak ada tempat lain?” tanyaku sambil menengok ke arahnya

“hmmm oppa memangnya ingin kemana? Aku sih asal bersama baekhyun oppa mau kok” ucapnya sambil menunjukkan seulas senyum diwajahnya itu. segera kuhela nafasku

“aku ingin pulang sora-ah, aku ngantuk” jawabku singkat

“eh? Wae? Bukankah kita mau berjalan jalan?”

“kau bilang asal bersamaku kan? Tapi sekarang aku ngantuk.” Ucapku datar. Ayolah, sora apa kau tidak sedih memiliki pacar sepertiku? Setidaknya mengeluhlah sedikit padaku

“oh begitu….arasseo. kalau begitu kita pulang saja ya?” ucapnya sedikit kecewa namun tetap tersenyum padaku. Aish, aku mulai frustasi dengannya.

“berhentilah bersikap seperti ini sora!” ucapku agak berteriak karena sudah tidak tahan dengannya lalu segera kuhentikan laju motorku ke bahu kiri jalan.

“apa maksudmu oppa?” tanyanya bingung

“aku sudah berkali kali bilang padamu kan? Kita ini hanya pura pura pacaran tapi tingkahmu itu benar benar seperti orang yang berpacaran. Mengeluhlah sedikit padaku, kita ini kan teman. Kau selalu saja menunjukkan perhatianmu dan aku kerepotan dengan itu!”

“oppa, aku perhatian padamu ya karena aku menyayangimu…”

“tapi aku tidak menyayangimu sama sekali. Jangan menyimpan perasaan seperti itu sora-ah. Jangan membuatku kerepotan, jebal.” ucapku singkat membuatnya sedikit kaget lalu menundukkan kepalanya

“oppa, apa kau begitu kerepotan dengan sikapku?”

“sangat. Mengertilah. Kita ini hanya berpura pura pacaran untuk saling menguntungkan satu sama lain tapi kau terus menerus mengatakan kau menyukaiku menyayangiku dan menunjukkan perhatianmu yang berlebihan itu diluar sekolah membuatku risih dengannya”

“baekhyun….”

“apalagi?” ucapku kesal padanya.

“jadi kau ingin…”

“ne, aku ingin putus saja. Seminggu sudah cukup untuk meyakinkan yeoja yeoja gila itu kalau kita berpacaran.” Ucapku akhirnya.

“tapi baek…” belum sempat dia menyelesaikan omongannya segera kusela

“wae? Apalagi sih?” ucapku ketus padanya

“ani, arasseo. Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih sudah mau menjadi pacarku seminggu ini” ucapnya sambil turun dari motorku dan membungkukkan badannya lalu pergi. Harusnya aku senang sekarang, tapi tunggu. Aku merasa sedikit rasa sedih, namun segera kutepis rasa sedih itu dan mengendarai motorku menuju rumah. Akhirnya aku terbebas dari gadis itu.

Flashback end

Kutatap rak buku didepanku dengan tatapan nanar. Bodohnya kau Byun Baekhyun, kau terlalu bodoh. Kau menyakiti hatinya, tak mau mendengar dia menyelesaikan perkataannya, tidak menghiraukan yang dia rasakan. Aku merasa dadaku begitu sesak, ada rasa sakit dan rindu yang terus menerus menusuk hatiku membuatku terus terpuruk seperti ini. kuambil iphoneku dan menekan tombol ‘call’ untuk nomor yang sama, nomor sora

“maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silakan tinggalkan pesan setelah bunyi bip”

*biiip

“kau tidak membaca pesanku? Tidak mendengar pesan suaraku? Kau tidak memperdulikan perasaanku seperti yang kulakukan dulu padamu? Apa kau begitu membenciku sekarang? Apa kau tak mau memberiku kesempatan? Angkat telfonku, kim sora. aku hanya ingin mengatakannya padamu. Kau tahu aku sudah frustasi karena begitu merindukanmu. Aku begitu menginginkanmu kembali. Sora, aku…. Hanya ingin bertemu denganmu lagi….”

Kuakhiri pesan suaraku yang entah keberapa kalinya hari ini, aku terisak sambil menutup mulutku lagi. Toko buku ini ramai pasti orang orang akan menganggapku namja gila dan cengeng karena menangis ditempat umum begini. Kulayangkan pandanganku ke sebuah sudut rak buku. Rak novel. Aku pun mengambil salah satu novel dengan asal dan mencari tempat duduk kosong lalu mulai membuka novel itu. novel selalu menjadi favoritnya, begitu kubaca novel berjudul “Memories” itu sebuah memori pun kembali terlintas di benakku.

Flashback

Sudah 5 hari semenjak aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan sora dan dia bersikap seperti biasa saat kami masih berpacaran dulu. Kali ini dia datang dengan membawa tempat makan berwarna biru langit dan berjalan ke arahku.

“baekhyun oppa, kubuatkan makan siang untukmu. Ambil ya?” katanya sambil menyerahkan tempat makan itu kearahku

“tak mau” jawabku singkat tanpa menoleh kearahnya

“oppa, jebal. Aku baru bisa memasak dan aku ingin kau yang mencobanya pertama kali”

“KUBILANG TIDAK MAU!!” ucapku sambil berteriak dan segera menepis tangannya hingga dia terjatuh dan isi tempat makan itu berantakan. Aku sedikit kaget dengan tindakanku barusan, dan seisi kelas pun melihat kearah kami.

Tiba tiba kai yang baru saja tiba dikelas segera menuju sora yang masih terduduk lemas di lantai

“sora? kau kenapa?” tanyanya sambil membantu sora berdiri dan membereskan makanan yang tumpah.

“ani. Gwenchana kai. Gomawo, tadi aku terpeleset” jawab sora sambil tersenyum

“terpeleset? Ada yang sakit? Kau terluka?” tanya kai sambil memegang pundak sora dan melihat keseluruh bagian tubuh sora dan hal itu sukses membuatku semakin panas entah mengapa. Kai tiba tiba melayangkan pandangannya kearahku

“baekhyunnie, ada apa ini sebenarnya?” tanyanya padaku

“KAU TANYA SAJA PADA YEOJA BODOH DISEBELAHMU ITU HAH!!” teriakku dan segera menarik kasar jaketku lalu meninggalkan kelas itu. tak berapa lama kudengar beberapa orang di kelas bertanya kepada sora

“sora, kau baik baik saja?”

“sora, apa baekhyun sekasar itu?”

“kau terluka sora-ah?”

Dan sebagainya, membuatku semakin kesal mendengarnya. Segera kupasang headphoneku dan berjalan menuju taman belakang sekolah. Tempatku menenangkan diri. Segera kusandarkan pundakku pada bangku taman dan memejamkan mataku. Begitu kubuka mataku, kutemukan sosok yeoja yang paling tidak ingin kutemui untuk saat ini

“annyeong, oppa” sapanya sambil tersenyum

“mau apa kau?” tanyaku sinis

“mianhae untuk yang tadi. Kau pasti sangat kesal padaku. Boleh aku berbicara padamu?”

“apa lagi?”

“apa tak bisa kau bersikap seperti biasa padaku?” tanyanya

“aku sudah bersikap sangat biasa padamu”

“oppa…”

“berhenti memanggilku oppa. Aku bukan oppamu”

“ah mianhae, baekhyun. Kenapa kau begitu kasar padaku semenjak kita berpacaran? Padahal dulu kau begitu ramah dan baik”

“tak tahu. Aku hanya….tak suka padamu. Aku malas dengan sikapmu. Jadi, jangan berharap lebih dari ini karena aku sudah mencoba yang terbaik dariku, ara?” jawabku lalu segera beranjak pergi dari tempat itu meninggalkan sora yang entahlah, mungkin menangis? Aku tak peduli. Aku tak mau peduli. Tapi dari kejauhan aku dapat mendengar samar samar suara sora

“byun baekhyun, saranghae…”

Aku pun langsung memasang headphoneku lagi dan mengencangkan volumenya, namun kata katanya itu terus terngiang ditelingaku membuatku mengacak rambutku frustasi. Aku benar benar kesal dengan semuanya.

Flashback end

Kupejamkan kedua mataku, mencoba menahan airmataku. Aku begitu menyesal sekarang, kau mengatakannya berkali kali padaku. Mencoba membuatku memahami isi hatimu yang begitu tulus padaku. Mianhae, jeongmal mianhae Kim Sora. kurasakan pusing mulai menyerang kepalaku, sepertinya aku terlalu banyak menangis. Segera kututup novel itu dan menaruhnya lagi diraknya. Namun tiba tiba iphoneku berdering, aku langsung tersenyum berharap telfon itu berasal dari sora. tapi nihil, itu telfon dari sehun

“yeoboso”

“baekki! Kerumahku sekarang ya?” sehun setengah berteriak ditelfon membuatku agak menjauhkan iphoneku itu

“eh? Ada apa?”

“ayolaaah kerumahku, kita main bersama! Ya? Chanyeol dan kai sudah ada disini! Kutunggu kau yaaa.”

Klik

Sehun memutuskan telfonnya tanpa mendengar jawabanku dulu. Dia selalu seperti ini. aku pun segera mengambil motorku dan menuju rumah sehun. Aku berharap gadis itu sudah berada di rumah sehun sekarang, mengingat rumah mereka bersebelahan.

 

***

 

*Rumah Sehun

Kutatap seluruh penjuru ruangan, nol besar. Tak ada sora disini. Aku pun segera duduk disudut ruangan dan tertunduk lemas. Bodoh sekali kau baekhyun! Dia mana mau menemuimu lagi? Dia pasti sudah muak denganmu. Aku terlarut dalam lamunanku sampai chanyeol menghampiriku

“ya! Kenapa murung begitu?” tanyanya sambil duduk disampingku

“….yeollie apa aku tak bisa menemuinya?” tanyaku sambil tertunduk. Kurasakan air mata mulai keluar dari kedua sudut mataku lagi

“baekhyunnie, tenanglah. Kita akan menemuinya sekarang, ara? Jangan bersedih lagi” ucapnya padaku sambil menepuk nepuk pundakku mencoba memberiku semangat. Aku pun mengangguk dalam tangisku itu

“arasseo, gomawo yeollie” ucapku lalu menghapus air mataku.

Kami berempat pergi menggunakan mobil chanyeol, aku duduk didepan dengan chanyeol dan sehun kai di belakang. Mereka terlihat begitu sibuk dengan pspnya sedangkan aku hanya menatap ke luar jendela.

“baekhyun, setelah ini berhentilah menghubunginya” ucap chanyeol tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalan raya membuatku sedikit menoleh padanya lalu kembali menatap keluar jendela

“akan kucoba” jawabku singkat membuatnya hanya menghela nafas pasrah dan sibuk mengemudi lagi. Aku kembali memejamkan mataku mencoba mengingat salah satu memoriku dengannya

Flashback

Akhirnya, hari ini pun menjadi hari terakhir masuk sekolah sebelum liburan musim panas. Aku pun segera menuju rumahku karena ingin tidur. Akhir akhir ini tidurku tak tenang, aku selalu memikirkan sora dan merasa bersalah padanya. aku juga merasa kesal dan marah setiap kali kulihat dia bercengkrama dengan sehun, chanyeol, dan kai. Kulemparkan tasku asal kesudut kamar dan merebahkan diriku di tempat tidurku

“apasih maumu? Kenapa terus mengganggu pikiranku?!” eluhku sambil mengacak rambut frustasi. Ini sudah begitu lama tapi kenapa aku tak kunjung bisa berhenti memikirkanmu? aku pun kembali mengingat ingat segala kenanganku dengannya.

Dari saat kami pertama kali ngedate sebagai sepasang kekasih dan kami begitu awkward saat itu. kami tertawa bersama saat itu dia bilang dia akan menyimpan tiket nonton filmnya itu sebagai kenang kenangan antara aku dan dia membuatku hanya bisa tersenyum geli mengetahui tingkahnya itu

Atau saat aku, sora, chanyeol, sehun, dan kai harus kerja kelompok dan hanya aku beserta sora yang begadang mengerjakan tugas itu dan dia menyelimutiku yang tertidur pulas didepan komputer. Aku baru menyadari dia begitu perhatian padaku.

Lalu saat ulangtahunku, dia datang tengah malam memberiku kue dan kado berupa jaket berwarna biru dongker yang hingga kini selalu kukenakan karena aku menyukai jaket itu. setelah pulang dari rumahku dia tidak masuk sekolah karena demam akibat terkena angin malam membuatku khawatir padanya saat itu. tunggu….khawatir?

Atau saat aku mulai merasa tak nyaman dengan segala bentuk perhatiannya padaku dan aku mulai menjaga jarakku dengannya. Aku tak pernah mengangkat telfonnya dan mengabaikan pesannya. Disekolahpun aku tidak begitu menganggapnya ada disampingku tapi dia selalu tersenyum dan bilang kalau aku sedang sibuk kepada teman teman yang lain agar mereka tidak curiga pada hubungan kami. Dia menanggung beban itu sendirian.

Lalu saat akhirnya aku tak tahan dan mengakhiri hubungan kami dengan kasar dan tak mau mendengar isi hatinya terlebih dahulu. Esoknya kudengar dari chanyeol sora menangis terus menerus karenaku tapi aku tidak peduli. Aku tak mau peduli walau sejujurnya ada rasa tak enak dan bersalah tiap kali kulihat dirinya yang semakin kelihatan terpuruk. Lingkaran hitam dimatanya menunjukkan dia begitu tersiksa apalagi dengan pipinya yang semakin tirus membuatku mengkhawatirkannya yaa walaupun sedikit.

Atau yang terakhir saat aku emosi dan kesal setiap melihatnya dirangkul dan digandeng oleh namja lain siapapun dia. Membuatku marah dan akhirnya aku justru hanya bisa bersikap kasar dan berteriak pada sora karena aku sendiri tidak mengerti pada perasaanku. Aku hanya tak suka dia bersikap begitu dengan lelaki lain, harusnya dia seperti itu hanya padaku. Harusnya dia hanya menghabiskan waktunya denganku. Aku tak mengerti perasaan apa ini, yang jelas aku ingin dia kembali padaku dan memberiku perhatian perhatiannya itu.

Kuhela nafasku berat, kulayangkan kepalan tanganku ketembok

“SIALAN!!” teriakku marah. Aku begitu bodoh karena baru menyadarinya sekarang. Kau sudah tahu dari dulu baekhyun, kau sudah tahu tapi kau selalu mengabaikannya seakan kau tidak memiliki perasaan padanya. kau sudah tahu kau begitu menginginkannya, kau mencintainya byun baekhyun! Kau mencintai Kim Sora. Segera kuambil iphoneku dengan kasar dan menekan tombol ‘call’ pada contact sora

“halo” jawab sebuah suara disebrang sana. Ada rasa bahagia yang menyeruak diruang hatiku begitu mendengar suaranya.

“halo….sora. ini aku baekhyun”

“yaaa aku sudah tahu ini kau oppa” jawabnya. Tentu saja, dia menyimpan nomormu byun baekhyun! Pabo namja!-_-

“ah ya, kau sedang apa?” tanyaku mengalihkan pembicaraan karena merasa begitu bodoh

“aku sedang menyetir ke rumah saudaraku oppa, wae?” tanyanya. Tunggu. Menyetir? Dia kan baru bisa menyetir 2hari yang lalu, itupun kudengar dari sehun

“he? Kau menyetir? Apa tak apa apa?”

“haha kenapa? Kau mengkhawatirkanku oppa?” ucapnya sukses membuatku gelagapan dan kurasakan wajahku memanas.

“yaaa! Aku hanya takut mobilmu rusak!” ucapku asal

“hahaha jahatnya namja iniiiii” tawa renyahnya menggelitik telingaku membuatku ikut tersenyum karenanya

“sora-ah”

“wae?” tanyanya, kutarik nafasku dan mengumpulkan keyakinanku. Aku harus mengatakannya dengan benar sekarang

“aku ingin minta maaf soal sikapku selama ini padamu” ucapku

“aish, aku sudah memaafkanmu dari dulu baekhyun oppa. Gwenchana, sudah masa lalu hehe. Kalau begitu kita berteman ya mulai sekarang?” tanyanya

“ah ye, EH? Berteman?”

“tentu sajaa, kenapa? Oppa tak mau berteman denganku? Aish, aku sedih” ucap suaranya memelas membuatku gemas padanya dan ingin mencubit pipinya itu, alhasil aku hanya memukul mukul bantal didepanku ;_;

“yaaa bukan begitu! Aish bagaimana bilangnya ya?” ucapku gelagapan. Kutarik nafasku lagi. Ayolah byun baekhyun! Ini tidak akan menjadi romantis tapi kau harus menerimaku kim sora!

“begini, sora-ah. Aku……”

“oppa! Maaf kita lanjutkan nanti ya telfonnya. Bye”

Klik

Dia memutuskan sambungan telfon begitu saja dan membuatku hanya terdiam sambil terbengong. Gadis ini sukses membuatku frustasi sekarang. Jantungku sudah hampir ingin melompat keluar dan dia justru mempermainkanku? Satu jam setelah itu kutelfon kembali sora namun tak ada jawaban sama sekali. Aku pun hanya bisa mengiriminya pesan namun tak pernah dia balas membuatku kesal. Mungkin dia terlalu asik dengan liburan musim panasnya hingga melupakanku. Namun sudah seminggu sora tak kunjung bisa kuhubungi membuatku gila sendiri, aku sendiripun suntuk dirumah, aku pun memutuskan untuk kerumah sehun berhubung chanyeol dan kai sedang liburan keluar negeri. Mungkin aku akan bertanya padanya tentang sora, mereka kan tetangga. Tunggu! Ya! Pabo namja! Kenapa tidak tanya sehun dari kemarin?! Aish. Kuacak rambutku frustasi dan segera menuju rumah sehun

Flashback end

Kubuka mataku dan menyadari kami sudah sampai di tempat tujuan kami. Segera aku turun dari mobil. Sehun dan kai bilang mereka ingin membeli sesuatu dahulu, akhirnya aku dan chanyeol pun berjalan duluan menuju rumah sora. begitu sampai segera kulangkahkan kakiku lemah

“kami datang, sora-ah. Kami datang…” ucap chanyeol sambil menepuk pundakku.

Aku pun segera berjalan dan memeluknya. Kurasakan air mataku sudah deras dan rasa sakit didadaku semakin terasa membuatku sesak. Semakin erat kupeluk dan kucoba untuk menyalurkan rasa rinduku padanya. ya, pada batu nisan bertuliskan Kim Sora.

Flashback

Begitu tiba dirumah sehun, kulihat sehun dengan penampilan yang agak….aneh? dia berpakaian serba hitam dan mukanya begitu sedih. Ada apa dengannya? Segera kuhampiri dia dan diapun mempersilakanku untuk masuk

“sehunnie! Kau tahu dimana sora?” tanyaku langsung to the point membuatnya sedikit tersentak kaget

“baek….baekhyun. kau tidak tahu?” tanyanya sambil agak terbata membuatku bingung

“tahu apa? Ada apa?”

“sora…dia…sudah meninggal seminggu yang lalu baekhyun” ucapnya sambil tertunduk

DEG

Segera kubangkit dari dudukku dan menarik kerah baju milik sehun

“APA KAU BILANG HAH?! JANGAN BERCANDA!!!” teriakku padanya sambil mencengkram kerah bajunya kencang membuatnya sedikit kesulitan untuk bernafas

“baekhyun…dia kecelakaan seminggu yang lalu. Diperjalanannya menuju kerumah saudaranya mobilnya kehilangan kendali dan dia menabrak truk lalu meninggal ditempat….” Begitu selesai menjelaskan kulihat sehun mulai menangis lagi membuatku melepaskan tanganku dari kerah bajunya dan terduduk lemas. Seminggu yang lalu katanya? Saat kerumah saudaranya? Itu saat aku menelfonnya. Saat aku ingin mengatakannya. Aku pun segera pamit dan pulang menuju rumahku, kukunci kamarku agar tak ada yang bisa menggangguku. Aku terduduk lemas didepan pintu kamarku. Kuambil iphoneku dan menatapnya kosong, jadi inikah penyebab kau tak pernah menjawab telfonku? Tak pernah membalas smsku? Kurasakan air mata mulai memaksa keluar dari kedua mataku. Aku tertunduk lemah, tanpa sadar segera ku tekan tombol ‘call’ pada nomor sora

“maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silakan tinggalkan pesan setelah bunyi bip”

*biiiip

“sora-ah….kau dimana? Katakan padaku sekarang kau sedang menikmati liburanmu dengan saudaramu. Katakan padaku liburanmu terlalu mengasyikkan hingga kau lupa mencharge hpmu. Katakan padaku setelah kau pulang dari rumah saudaramu kau akan menemuiku dan kita akan jalan jalan bersama, kau akan membuatkanku bekal, kau akan mengajakku ke toko buku membosankan itu, kau akan bercerita hal hal aneh yang membuatku tertawa. Sora, katakan semua hal itu padaku…. Kenapa kau tak mau mendengarku hingga selesai saat itu sora-ah? Kenapa tak memberiku satu menit untuk menyelesaikan kalimatku? Harusnya kau saat itu mengemudikan mobilmu ke pinggir jalan dan menyelesaikan pembicaraanmu denganku, harusnya kau menunggu semenit lagi hingga kau mendengarnya sora. mendengar kalimat yang begitu ingin kau dengar dari mulutku ini. harusnya kau memenuhi janjimu untuk menungguku mengatakannya sora. harusnya kau sekarang sedang berkirim pesan mesra denganku sebagai sepasang kekasih. Kim sora, saranghae…jeongmal saranghae…jawab aku. Katakan kau juga mencintaiku seperti dulu. Mulai sekarang aku berjanji akan selalu memperhatikanmu, menggandeng tanganmu, memelukmu, menciummu, dan mengatakan cinta padamu setiap waktu. Karena itu kembalilah…kembalilah padaku. Jebal…aku mencintaimu. Aku mencintaimu kim sora… maafkan aku. Maafkan aku….”

Kuakhiri pesan suaraku yang takkan pernah didengarnya itu, aku menangis dan terus menangis seharian ah tidak aku terus menangis sepanjang liburan musim panas. Berpuluh bahkan beratus ratus kali kutelfon dan kukirimi pesan singkat untuk sora. kedua orangtuaku hingga membawaku ke psikiater namun aku menolak, aku terus mengurung diri. Aku tahu kau pasti menjawab telfonku sora. suatu saat nanti kau pasti kembali. Kurasakan sakit yang luar biasa dihatiku dan rasa menyesal yang amat besar. Tangisku tak pernah berhenti untuknya karena aku tak pernah bisa berhenti mencintainya.

Flashback end

Kurasakan pundakku bergetar karena tangisku yang tak kunjung berhenti, sehun dan kai yang baru tiba dimakam sora segera menepuk pundakku mencoba memberiku kekuatan. Aku tak mengerti yang kurasakan, aku belum bisa menerima kenyataan bahwa dia sudah tidak ada. Aku terus dan terus menghubunginya padahal aku tahu hasilnya nihil. Tapi aku tak mau menyerah, aku menginginkannya kembali padaku. Menginginkannya mengatakan cinta dan memberiku perhatian seperti dulu.  Kupejamkan mataku dan menarik nafasku mencoba menenangkan diriku. Kutatap batu nisan itu dengan tatapan penuh rasa sayang

“sora-ah, maaf aku baru menjengukmu. Kau baik baik saja disana? Apa kau senang disana? Aku merindukanmu disini. Sekali kali jika sempat jawablah telfon dariku, ara? Aku benar benar merindukanmu dan nyaris gila karenamu. Neomu bogoshipeo, saranghae Kim Sora. jeongmal saranghae….”

Ucapku lalu mengecup lembut batu nisan itu. setelah itu kami pun bersiap untuk pulang. Kuyakinkan diriku untuk meninggalkannya lagi sendirian disini. Dirumah barunya. Kutengok iphoneku dan menatap wallpaper disana. Foto sora. aku pun tersenyum pahit, aku berharap kau berbahagia disana kim sora. mulai sekarang aku akan terus dan terus mencintaimu, jika memang kita berjodoh pasti kita akan bertemu lagi dikehidupan yang lain. Terimakasih sudah memberiku rasa cinta yang begitu besar, memberiku perhatian melebihi siapapun, mengajariku rasa cinta pertama yang begitu manis, dan yang terakhir. Terimakasih sudah membuatku mengerti bagaimana rasanya sakit karena kehilangan orang yang sangat kau sayangi. Gomawo, jeongmal saranghae Kim Sora….

 

The End

 

Hoaaaa akhirnya selesai! \(^o^)/\(^o^)/ gimana gimana gimana? Absurd ya? Mianhaeee. Mohon RCL kalian semua yah ^^~ author sangat butuh saran kalian kkk~ gomawo yang udah mau RCL *lemparkissbaekki* sampai jumpa di ff berikutnyaaa!

cannot

Hello, huhu I cannot post my ff here. I don’t know why but it’s kinda sad because some people asked me to post more ff :(:( I’ll try again. Just hope I can post my ff though the fact I cannot post it without any reason……… I’m crying T___T

Posted from WordPress for BlackBerry.

An Author

Hello, this is Clarissa Pangestu! Yes, my twitter is @icaclrss and my fangirling acc is @bbysehun. I made this blog to re-blog adoreablEXO giveaway information at first but now….. I’ll post my ff(s) here! So please keep looking forward^^
It’s just a new blog from a new author like me. I still need your comment on my ff. So if you read my ff please give your comment 🙂
Just it for now, thankyou<3