WINTER

Title:    Winter

Author:   Ms Bubble Tea (@icaclrss on twitter)

Cast:    Park Chanyeol EXO K

            Xi Yue OC

Other casts:     Find them by your self

Genre: Romance & Sad

Length: One Shot

Note: Annyeonghaseyo, this is ms bubble tea. Hallo readerdeul!^^ author kali ini meneruskan kisah 4 musim, yappp! Sekarang saatnya winter. Ceritanya masih dengan tokoh yang ada di ‘autumn’. Mohon maaf atas ketidak jelasan alur, typo(s), atau sebagainya^^ ide murni dari pikiran author yang polos ini(?) ok, readerdeul happy reading~~<3

 

***

 

Summary: “apa kau menyukai musim dingin?”

“tentu kau?”

“kalau kau suka aku juga suka”

“eh, wae?”

“Karena sedingin apapun salju di musim dingin, asalkan bersamamu aku akan merasa hangat^^”

 

Author’s pov

Musim gugur sudah usai, butir butir salju mulai turun dan menggantikan tumpukan daun di jalan. Setiap orang memakai pakaian yang lebih tebal dari biasanya, bahkan banyak yang lebih memilih mengurung diri dan melihat butiran putih itu turun dari langit. Ya, melihat awal dari musim dingin

Seorang namja baru saja selesai mengunjungi ‘rumah’ kawan lamanya, ia berjalan menuju parkiran mobilnya dan mencari mobil sport hitam miliknya.

“agashiii! Agashiii!” teriak sebuah suara membuatnya menoleh kebelakang

“ah, ada apa?” tanyanya ramah dengan deretan giginya yang begitu rapi dan terawatt

“barangmu tertinggal di makam tadi” ucap orang itu sambil memberi sebuah kotak coklat muda

“whoa, pabo! Aku hampir saja melupakannya. Untung kau mau memberikannya padaku. Terimakasih adik kecil!^^” ucap namja itu kepada namja kecil dihadapannya dan memberi sedikit uang pada anak itu.

“ini untuk apa agashi?” tanya anak itu polos

“eumm. Anggap saja uang jajan dan sebagai balas budiku padamu. Gomawoyo” ucap namja itu dan segera masuk ke dalam mobil lalu melaju dengan mobil sportnya. Di belakang sana, terlihat namja kecil itu tersenyum riang dan membungkuk mengucapkan terimakasih berkali kali.

 

Chanyeol’s pov

Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan normal, ya aku sedang tak terburu buru kali ini. haenim bilang café miliknya baru buka sejam lagi dan aku masih punya cukup banyak waktu untuk menikmati perjalanan kali ini. aku? masih mengingatku? Aku park chanyeol. Dan tadi aku baru saja dari makam byun baekhyun. Ya, sudah setahun terakhir ini sejak kematiannya aku selalu berkunjung kesana. Tak banyak yang bisa kulakukan hanya menceritakan apa yang dilakukan oleh haenim dan dia sedang sibuk apa dan sejenisnya. Ya, walaupun terkesan bodoh tapi aku yakin baekhyun sangat senang mendengar cerita ceritaku mengenai yeoja itu.

Kuhentikan mobilku tepat didepan café milik yeoja kesayangan mendiang baekhyun. Kubuka pintu mobil perlahan dan mempererat syalku. Musim dingin tahun ini sepertinya sangat dingin. Kulangkahkan kakiku perlahan saat memasuki café itu dan melayangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan

“mencarinya lagi huh?” tanya seorang yeoja. Tentu saja, haenim

“aaah! Kau mengagetkanku saja!!” ucapku berpura pura kaget sambil mengelus dadaku

“aissh, jangan mengalihkan pembicaraan -_- mencarinya lagi heh?” ucapnya sambil memasang muka ‘aku sangat tahu dirimu’

“ne” ucapku singkat dan langsung duduk disudut ruangan membuat yeoja itu mengekoriku seperti anak bebek.

“oppa oppa” ucapnya dengan suara manja membuatku malas mendengarnya-_-

“yaa! Jangan memanggilku begitu. kau menjijikkan!” ucapku dengan muka sebal tapi lihat? Dia sekarang sedang tertawa penuh kemenangan karena berhasil membuatku kesal

“hahahaha mianhae. Jadi……menu breakfast apa yang ingin kau santap kali ini chanyeollie?” tanyanya sambil mengeluarkan buku catatan untuk mencatat daftar pesanan para pengunjung

“eummm…aku pesan….” Aku baru saja mengalihkan pandanganku dari daftar menu bersiap menentukan menu pilihanku, namun pandanganku terhenti pada seorang wanita yang berjalan memasuki café. Dia terlihat sedikit berantakan dari biasanya. Dari biasanya? Ya aku memang selalu memperhatikannya setiap hari. Tapi lihatlah rambut hitam lurusnya tetap saja jatuh dengan indahnya. Dia duduk tepat di meja depan mejaku. Merapikan dirinya sebentar dan membuka daftar menu sambil memakai headsetnya. Cantik.

“jadi??? Kau pesan apa???” tanya haenim kali ini dengan suara agak keras membuatku tersadar dari lamunanku

“ah? Hah? apa?” tanyaku gelagapan

“jadi kau pesan apa-__________-“ ucapnya lagi

“ah maafkan aku, aku pesan roti panggang dan secangkir kopi saja haenim-ah, mian” ucapku lagi karena merasa bersalah membuatnya menunggu. Dia pun mengangguk mengerti dan segera menghilang dari hadapanku.

Lagi lagi, pandanganku terarah pada yeoja itu. dia masih sibuk dengan headsetnya tapi kali ini sudah ada secangkir kopi atau teh atau entahlah apa itu yang berada di kedua tangannya dan sesekali ia minum sambil menatap lurus ke luar jendela. Cantik. Sangat cantik.

“jangan terus menatapnya begitu nanti dia bisa bisa tak mau datang kesini lagi karena kau” ucap haenim yang baru saja datang membawakan pesananku membuatku menoleh ke arahnya

“mengapa kau bilang begitu?”

“habis kau menatapnya seakan ingin memakannya chanyeol-ah-_-“

“ah jinjja?”

“berkenalanlah dengannya” ucap haenim sebelum pergi dari mejaku dan melayani meja yang lain.

Berkenalan? Benar juga. Semua tidak akan berubah selama aku tidak mengajaknya berkenalan. Tapi apakah ini tidak terlalu klise? Menyukai karena paras cantiknya dan mengajaknya berkenalan lalu kami akan berkencan atau buruknya dia akan menamparku dan mengatai aku namja brengsek karena sudah bersikap seperti seorang stalker. Tapi takkan ada yang berubah jika aku tidak bertindak sama sekali kan? Argh, park chanyeol ada apa dengan dirimu? Apa wanita ini begitu menawan bagimu?

 

Author’s pov

Namja itu sibuk mengacak acak rambutnya sendiri dan memakan makanannya yang entah kenapa terasa begitu hambar. Sedangkan yeoja yang sedari tadi menarik perhatiannya kini sedang menggerakan sebuah pena diatas kertas putih miliknya. Sketsa, itulah yang sedang ia buat. Berkali kali ia menggoreskan pena itu dengan lembut dan menghasilkan sebuah potret yang begitu nyata. Dari sini sangat terlihat bahwa ia seorang pelukis.

Begitu selesai dengan sketsanya, ia pun membereskan barang barang miliknya dan memasukkannya kedalam tas lalu beranjak pergi dari café itu setelah sebelumnya membayar pesanannya. Haenim yang sedang menjaga meja kasir pun tersenyum pada yeoja itu sebelum ia pergi lalu mengalihkan pandangannya pada chanyeol yang kini bermuka sangat melas karena kehilangan satu lagi kesempatan untuk mengenal yeoja itu

“mau sampai kapan kau begitu terus heh?” ucap haenim dengan cukup keras membuat beberapa pengunjung lain menoleh ke arahnya.

“cepatlah berdiri namja jangkung bodoh sebelum ia pergi jauh-_-“ ucap haenim lagi dan membuat para pengunjung segera tahu pada siapa ia berbicara, ya pada pria jangkung di sudut ruangan bernama chanyeol.

“aishh jangan berteriak teriak begitu aku malu! Baiklah baiklah aku pergi sekarang haenim!” ucap chanyeol dan segera berlari keluar café membuat orang orang tertawa melihat tingkah mereka.

 

***

 

Chanyeol terus berlari dan mencari sosok yeoja itu, mungkin sudah cukup jauh dan dia hampir saja menyerah tapi LUCKY! Dia menemukan yeoja itu sedang memasuki sebuah toko alat lukis. Dia pun mengikuti yeoja itu dan mencoba mengatur nafasnya didalam toko

“agashi, anda tidak apa apa?” tanya sebuah suara. Ya, nafas chanyeol persis seperti orang asma saat ini

“n…ne gwen…gwenchana haah haah” ucap chanyeol sambil terengah engah

“jinjja? Syukurlah kalau begitu agashi^^” ucap suara dengan lembut membuat chanyeol segera mengangkat kepalanya untuk melihat siapa sosok yang sedari tadi berbicara dengannya

 

Chanyeol’s pov

Kuangkat kepalaku untuk melihat dengan jelas siapa yang berbicara denganku sedari tadi. Yang jelas aku tahu sedari tadi aku berbicara dengan seorang yeoja. Begitu kuangkat kepalaku

DEG

Yeoja itu. yeoja yang sama yang selalu kuperhatikan sedang berdiri didepanku dan tersenyum. Cantik. Sangat cantik. Aku benar benar tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang rasanya aku sudah kehilangan pita suaraku dan lupa cara untuk berbicara.

“agashi?” tanya yeoja itu lagi dengan ragu melihatku yang diam saja sedari tadi. Bodoh. Mana mungkin aku bisa berbicara jika ada malaikat seperti ini didepan mataku? /plak

“ah ne, aku baik baik saja!” ucapku sambil tersenyum

“oh syukurlah hehe” ucapnya lalu membalikkan badan bersiap untuk pergi

“chankkamanyo!” teriak ku sambil memegang tangannya membuat dia kaget dan menatapku bingung

“ah….itu…namamu! siapa namamu?” tanyaku dengan ragu ragu.

“Yue, Xi Yue agashi^^ agashi sendiri?”

“chanyeol, Park Chanyeol” ucapku dan dia pun mengangguk mengerti dan melepaskan pegangan tanganku darinya

“mian park chanyeol, aku harus segera pergi. Sampai berjumpa lain waktu ne^^” ucapnya lalu pergi keluar dari toko. Membuatku hampir saja melompat kegirangan, akhirnya aku tahu siapa namanya. Ya, Xi Yue sudah jelas ia seorang berketurunan chinesse bukan? Dan tadi dia bilang apa? Lain waktu? Bukankah itu artinya dia mau bertemu lagi denganku? OMOOOO >/////< Park Chanyeol, you get her!

 

***

Author’s pov

Angin musim dingin semakin berhembus dengan kencang menemani langit yang gelap saat ini. Yue terus berjalan dan mengencangkan syal serta mengancingkan jaket yang ia pakai untuk menghangatkan tubuhnya. Dia baru saja selesai bekerja, ya dia seorang pelukis yang baru saja memulai karirnya. Dia bekerja dengan temannya Kwan Mei yang juga berasal dari negeri seberang, China. biasanya ia akan berjalan dengan Mei karena mereka satu apartemen tapi tidak hari ini. mei memutuskan untuk menginap di toko mereka karena ingin lembur menyelesaikan sebuah lukisan dan akhirnya yue harus menempuh dinginnya malam(?) sendirian.

Langkah yeoja itu terhenti begitu melihat sekelebat sosok yang terasa familiar baginya. Diapun mendatangi sosok itu

“annyeong” sapa yue lembut. Ya sebenarnya dia tidak tahu pasti siapa namja didepannya

“ah, annye…. YUE?!” teriak namja itu kaget dengan suara beratnya, bingo! Dia chanyeol.

“hai eummm park chanyeol?” sapa yue ragu ragu

“ah ha…hai. Kau sedang apa malam malam begini?” tanya chanyeol

“aku baru saja selesai bekerja, dan kau?”

“eung, aku? sedang malas pulang hehe” jawab chanyeol sambil menunjukkan deretan gigi rapinya dan mencoba menyembunyikan detak jantungnya

“ingin menemaniku mencari makan, chanyeol-ssi?” tanya yue sambil menyunggingkan senyumannya

“tentu saja!” teriak chanyeol semangat membuat orang orang melihat kearah mereka dengan cukup aneh. dan langsung saja chanyeol menutup mulutnya diikuti yue yang tertawa melihat tingkah namja yang baru saja dikenalnya itu.

 

Chanyeol’s pov

Aku dan yue mencari tempat untuk bersinggah dengan menggunakan mobilku. Tak begitu banyak pembicaraan diantara kami, satu karena aku harus fokus pada jalan dan dua, karena memang kami baru kenal. Tapi aku benar benar tak menyangka di tengah musim dingin begini masih ada keajaiban seperti yang Tuhan berikan padaku saat ini.

“kenapa tersenyum, chanyeol-ssi?” tanya yue dan membuatku sadar aku tadi tersenyum

“ah? Aniyo hehe hanya tak menyangka akhirnya aku mengenalmu dan bahkan sekarang kita sedang mencari makan bersama” ucapku sambil tersenyum ramah padanya

“eh? Akhirnya kau mengenalku? Apakah kau sudah sangat lama melihatku dari jauh heh?” tanyanya usil, sial aku salah bicara! >///< bagaimana ini??? aku mencoba terlihat tenang dan tertawa renyah. Eugh menyembunyikan rasa bahagia itu sulit

“hahahaha actually….yes” ucapku singkat dan mengakhirnya dengan sebuah senyum tipis yang tulus

“mwo? Jinjja? Where Mr. Park?” dia bertanya dengan muka penasaran dan itu membuat dia sangat cute sekarang!

“where? Heuuum in the café. The café that you always visit every morning Ms Xi” ucapku lagi dan dia pun mengangguk

“stalker huh?” ucapnya dengan muka usil

“yaaa! Aku bukan stalker! -_-“

“hahaha iya iyaa maaf chanyeol-ssi”

“jangan memanggilku dengan ‘ssi’ cukup chanyeol saja” ucapku sambil membenarkan posisi dudukku

“eoh, oke… chanyeol….-ah”

“hahaha ok it’s better than ‘ssi’ ms. Xi” ucapku dan tertawa renyah, dia pun ikut tertawa.

Tak selang berapa lama, kami terhenti di sebuah restoran chinesse yang memang sangat recommended. Actually kris, lay, dan luhan selalu membicarakan restoran ini disaat mereka rindu masakan kampung halaman mereka. Aku pun segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Yue, a man’s manner right? Haha B-)

“whoaaa kau tahu tempat ini juga chanyeol-ah?” tanya yue dengan semangat

“tentu saja aku tauuu, 3 orang temanku yang berasal dari chinesse selalu membawaku kesini” ucapku bangga.

“baiklah kalo begitu ayo masuk! Aku sudah sangat lapaaaar~” ucap yue dan segera melenggang masuk ke dalam restoran diikuti olehku.

 

Yue’s pov

Aku pun duduk disebuah meja yang memang khusus untuk dua orang. Kulihat sekitar ternyata kami dikelilingi pasangan pasangan. Eugh…..aku jadi merasa tidak enak dengan chanyeol. Aku pun melihat dan mencari tempat kosong lain yang mungkin bisa kami tempati

“kenapa?” tanya chanyeol yang sepertinya menyadari aku yang terus menerus grasak grusuk

“a…ah aniyo. Aku hanya mencari tempat lain”

“wae? Disini tidak enak?”

“bukan…..maksudku eung lihat orang orang sekitar kita….” Ucapku terbata dan chanyeol segera melihat sekeliling kami yang memang dipenuhi pasangan pasangan.

“hahahahaha astaga. Calm down yue, tenanglah. Tak apa apa. Apa kau malu terlihat berpasangan denganku huh?” tanya chanyeol sambil memasang muka cemberut. Aigoooo lelaki ini terlihat sangat cute! Ayolah siapa yang tahan lelaki bermuka imut bersuara bass dengan rambut hitam yang menggoda ini?

“bukan begitu….” ucapku sambil tertunduk.

“kalau begitu sekarang lebih baik kita memesan makanan ne?”

“he eum” ucapku dan mulai tenggelam dengan daftar menu yang sudah kupegang sedari tadi.

Tak berapa lama begitu selesai memutuskan pesanan kami dan mengatakannya pada waiter kami sibuk dengan pikiran masing masing, sebenarnya hanya chanyeol karena pada kenyataannya sedari tadi yang kulakukan hanya melihat dia yang sibuk menopang dagunya sambil menatap keluar jendela. Apa yang dia pikirkan?

“kau merasa dingin tidak?” tiba tiba dia bertanya dan membuatku sedikit kaget

“mwo?” ucapku

“dingin. Apa kau tidak merasa dingin? Disini sangat dingin!! Eoooh aku lupa memakai jaketku.” Ucapnya sambil menggosokkan kedua tangannya mencoba mencari kehangatan.

“kau mau kemana?” tanyaku melihat dia berdiri dari bangkunya

“aku hanya ingin mengambil jaketku. Tunggu disini” ucapnya lalu pergi keluar restoran. Kuperhatikan postur tubuh milik namja itu. dia sangat tinggi dan kakinya sangat panjang. Euh lihatlah bagaimana bidangnya dan bagusnya badan milik namja itu. tidakkah aku beruntung bisa mengenalnya dan bahkan menikmati makan malam bersama dengannya?

Tanpa sadar aku tersenyum dan tertawa menyadari betapa beruntungnya aku malam ini. tak berapa lama pesananku dan chanyeol sudah datang disusul dengan chanyeol yang duduk lagi dihadapanku dengan jaketnya.

“sudah hangat sekarang?” tanyaku sambil menyesap sedikit hot chocolate yang kupesan

“not yet. Akan lebih hangat jika seseorang memelukku sekarang, misalnya……kau?”

UHUK

Aku terbatuk dengan cukup keras. Aku tersedak.

“yaaa! Apa kau baik baik saja?” tanya chanyeol panik sambil menepuk nepuk pundakku. Aku pun mengangguk dan mengatur nafasku

“aku baik baik saja… mian” ucapku

“haaah syukurlah. Kau kenapa?”

Oh bagus sekarang dia bertanya aku kenapa. Apa aku harus menjawab karena dia mengatakan aku untuk memeluknya lalu aku menjadi deg degan dan tersedak? Not cool Yue. Not cool.

“euummm tadi aku melihat namja yang kusuka…..bersama gadis lain” jawabku asal. Sialan. Kebohongan macam apa yang baru saja kuucapkan? Mana mungkin aku melihat namja yang kusukai, memikirkan untuk menyukai seorang namja saja aku belum mau.

“oh begitu” ucap chanyeol lalu diam menutup mulutnya rapat-rapat. Eum jangan bilang dia cemburu? Aish! Jangan bermimpi yue, namja setampan ini mana mau denganmu.

 

Chanyeol’s pov

“euummm tadi aku melihat namja yang kusuka…..bersama gadis lain” jawab Yue atas pertanyaanku.

DEG

Aku merasa hatiku seperti ditusuk. Namja yang dia sukai? Ternyata dia sudah memiliki orang yang ia sayangi.

“oh begitu” singkat. Hanya dua kata itu yang mampu kuucapkan sekarang. Entahlah aku langsung kehilangan selera makanku. Kutatap yeoja dihadapanku itu dengan……ah aku bahkan tak mengerti apa yang sedang kurasakan sekarang.

Setelah itu tak ada lagi obrolan diantara kami, aku sibuk mengaduk aduk makananku dengan malas sedangkan yue? Ya dia makan dengan sangat lahap. Bahkan ia tidak sadar ada remah makanan yang menempel disudut bibirnya

“pfttt” aku tak sanggup menahan tawaku melihatnya makan berantakans eperti itu

“eh? Kenapa kau tiba tiba tertawa?” tanyanya sambil memasang muka bingung. Aku pun memajukan kursiku agar bisa menggapainya. Kugunakan ibu jari tangan kananku dan menghapus remah makanan di sudut bibirnya

“makanlah dengan perlahan dan benar, aku tak mau kau tersedak. Ara yue-ah?” ucapku lembut lalu menjauhkan ibu jariku darinya. Yang bisa kulihat jelas sekarang dia mematung menatapku tak percaya.

Oh baiklah…aku juga baru saja tersadar dari apa yang sudah kulakukan!! Aku pun segera menunduk malu dan mencoba mengendalikan detak jantungku yang sudah tak beraturan sama sekali. Tuhaaaan, aku takkan mati sekarang kan?

“mi…mian…” ucapku terbata dan masih menunduk. Takut dia akan marah karena aku sudah berbuat lancang padanya padahal kami baru saja saling kenal.

“pfttt…gwenchana chanyeol!” ucapnya sambil tertawa membuatku harus dengan susah payah menyembunyikan semburat merah diwajahku. Alhasil aku pun kembali melanjutkan acara makanku yang setengah terpaksa. Gadis ini, dia benar benar tak bisa kutebak, setiap ucapan dan ekspresinya selalu bertolak belakang dengan apa yang kubayangkan.

Begitu kami selesai makan, kami pun melanjutkan perjalanan(?) kami. Entah kenapa hari ini jalanan sangat padat, dengan kata lain macet. Alhasil aku semakin tak tahu harus membicarakan topic apa dengan Yue. Kutatap yeoja disampingku itu dan melihat dia yang asyik dengan iphone-nya.

“smsan dengan namjachingumu ne?” tanyaku asal

“eh?”

“kau, sedang smsan dengan namjachingumu?” tanyaku sambil tak melepaskan pandanganku dari jalan.

“ani. aku tak punya pacar chanyeol-ah hahaha” jawabnya dengan senyum sumringah, hey jangan tersenyum begitu kau justru membuatku merasa diberi kesempatan.

“oh begitu hehe” ucapku yang tak tahu harus menjawab apa lagi. Suasana sangat canggung

“kalau kau? Apa yeojachingumu takkan marah kalau dia tahu kau menemani yeoja lain?”

“eumm? Aku? hahaha aku juga tak punya pacar Yue” jawabku sambil tertawa. Ya, karena yang kuinginkan menjadi pacarku itu kau.

“eoh? Benarkah?”

“ne… eummm…”

“wae?”

“Yue-ah, kau percaya cinta pandangan pertama tidak?” Oh Park Chanyeol, kendalikan dirimu. Ini bukan waktunya dan kau sangat tahu itu

“aku? sejujurnya, aku takut untuk jatuh cinta chanyeol…”

Seketika itu hatiku seperti diketuk. Untuk pertama kalinya kudengar nada bicara yang penuh kesedihan dari Yue. Kualihkan pandanganku dan menatap yeoja itu, dia tertunduk dan sorot matanya sayu. Ada apa denganmu yue? Apa ada sesuatu yang menyakiti hatimu?

“….kenapa?” tanyaku ragu ragu takut ini menyangkut privasi.

“haruskah aku mengatakannya padamu?”

“kalau kau berkenan, kalau tidak ya aku bisa memakluminya Yue”

“akan kuceritakan, akan kuceritakan jika kau sudah bisa menjawab pertanyaan dariku” ucapnya sambil tersenyum.

“apa?”

“hal yang kupertanyakan adalah sesuatu yang dingin namun menghangatkan”

“apa itu?”

“kuberi kau waktu 3 hari untuk mencari jawabannya, setelah itu kau bisa menelfonku” ucapnya sambil memberikan sebuah kertas berisikan nomor telfonnya. Aku pun tersenyum dan mengambilnya, segera setelah itu dia keluar dari mobilku dan membungkuk.

Well, kurasa aku sudah selangkah lebih maju kan? Dari yang tidak tahu apa apa sekarang menjadi saling kenal satu sama lain. Sekarang masalahnya adalah aku harus tahu apa maksud dari pertanyaan Yue tadi.

 

***

#3 hari kemudian

Author’s pov

Seperti biasa, haenim membersihkan setiap sudut cafenya tapi kali ini dia merasa benar benar terganggu. Ya, siapa lagi yang hobi datang pagi pagi dan sudah duduk manis di café miliknya kecuali Chanyeol

“yaaa! Haenim-ah ayolah bantu akuuuu!” ucap chanyeol entah untuk keberaparatus kalinya.

“aish, kenapa berisik sekali sih? Kenapa tidak kau cari saja di internet apa jawabannya!” ucap haenim ketus. Dia benar benar kesal dengan kebawelan chanyeol 3 hari ini

“tidak ada! Ayolah bantu akuuu!! Kepalaku rasanya sudah panas” ucap chanyeol sambil berakting memegangi kepalanya dan kesakitan.

“kepalamu panas? Gunakan saja es untuk mendinginkannya” ucap haenim asal.

“YAAA! Terlalu banyak es itu justru membuat panas tau!” ucap chanyeol sebal

“mwo?”

“ya coba saja kau pegang salju diluar sana tanpa menggunakan sarung tangan, pasti tanganmu akan terasa hangat bahkan panas!” ucap chanyeol panjang lebar dengan sebal. Namun seketika itu juga raut muka chanyeol berubah.

“ITU DIA!!!!” teriak chanyeol dengan senang dan berdiri dari bangku membuat haenim hanya menghela nafas pasrah melihat tingkah temannya yang tak beda dengan anak berumur 7 tahun

“apanya yang itu dia heh?”

“HAENIM AKU SUDAH MENEMUKAN JAWABANNYAAA!!! YEAAY! AKU PERGI SEKARANG YAAA” ucap chanyeol dengan berteriak teriak dan Cuma bisa dibalas dengan senyuman dari haenim

“semoga berhasil chanyeollieee!” teriak haenim agar terdengar chanyeol yang sudah berada dalam mobil.

 

Chanyeol’s pov

Aku segera mengeluarkan iphoneku dan menekan tombol ‘call’ pada nomor yang sudah lama ku simpan di iphoneku. Tak berapa telfon pun dijawab

“yeoboso…” ucap suara di sebrang sana dengan lemah. Membuatku sedikit kaget

“yeoboso….yue?” tanyaku karena ragu apa aku menelfon orang yang salah atau tidak

“ah… apakah ini kau park chanyeol?” tanyanya lagi. Sial, kenapa suara dia sangat pelan begini? Apa dia sedang sakit?

“kau dimana yue?”

“aku? eung…kenapa?”

“aku sudah tahu jawaban dari pertanyaanmu, dan aku ingin mengatakannya padamu sekarang. Kau dimana?”

“aku di rumah sakit xxx…” ucapnya dengan lemah

“uhuk! Uhuk! Uhuk!” kudengar yue terbatuk-batuk dan itu sukses membuatku panik. Aku pun segera menyalakan mesin mobilku.

“yue! Tunggu disana! Aku akan kesana!!” teriakku dan segera mematikan telfonku lalu memperkencang laju mobilku menuju rumah sakit.

Selama perjalanan pikiranku sama sekali tidak fokus, aku masih terus bernegative thinking membayangkan apa yang dilakukan gadis itu dirumah sakit hingga terbatuk batuk begitu. apa dia sakit? Ya apapun itu aku harus segera menemuinya! Firasat buruk mendatangiku.

 

***

 

#Rumah Sakit

Aku segera bertanya pada suster kamar dengan pasien bernama Xi Yue, beruntung suster itu langsung tahu tanpa perlu mengecek di data rumah sakit. Aku pun berlari kekamar 207. Kamar tempat yue dirawat, kubuka pintu dan segera berlari kedalam.

“Yu….yue…” ucapku terengah engah, ternyata berlari dari parkiran cukup melelahkan. Kulihat yeoja dihadapanku sedang terbaring lemah dan menoleh kearahku sambil tersenyum

“annyeong chanyeol” ucapnya. Pucat, raut wajahnya sangat pucat.

“kau??? Kenapa kau disini??? Kau sakit?” pertanyaan itu keluar dari mulutku, aku panik, aku bahkan sudah lupa rasa lelah karena berlari tadi.

“tenanglah park chanyeol, duduklah” ucapnya sambil menyuruhku duduk disamping tempat ia terbaring. Aku pun menurut dan duduk disampingnya. Tuhan, lihatlah tangannya yang begitu kurus padahal baru 3hari tapi kenapa kau sudah berubah seperti orang mati begini?

“yue..”

“tunggu, sebelum aku menceritakannya berikan dulu jawaban dari pertanyaanku 3 hari yang lalu chanyeol-ah” ucapnya sambil tersenyum

“ah ne, jawabannya….salju” ucapku dengan ragu ragu

“hoaaa daebak! Bagaimana kau bisa tahu hem?” tanyanya lagi lagi dengan senyum namun dapat kulihat jelas raut mukanya yang lemah.

“hem tebakan yang beruntung? ^^” jawabku mencoba menyunggingkan senyumku walau sejujurnya aku benar benar sedih melihat kondisinya yang seperti ini.

“begitukah? Hihi kalau begitu aku akan menceritakan apa yang sudah kujanjikan padamu chanyeol” ucapnya sambil mencoba duduk, dia terlihat kesulitan segera aku menggenggam tangannya dan menopang punggung kecilnya yang terlihat lemah itu.

“gomawo…” ucapnya sambil tersenyum dan kujawab dengan anggukan. Kumohon Tuhan, apapun yang akan dia ceritakan padaku bukan merupakan hal yang buruk.

 

Yue’s pov

Chanyeol membantuku duduk, penyakitku memang sangat menyulitkan. Tubuhku menjadi lemah dan rambutku mulai rontok lagi akhir akhir ini. aku pun menatap wajah namja disampingku dengan gusar. Gusar karena aku takut dia akan menjauhiku begitu tahu penyakitku ini dan takut dia akan merasa sedih, tapi aku sudah berjanji.

“chanyeol, berjanjilah begitu selesai mendengarkan ceritaku kau tak boleh bersikap aneh padaku”

“apa maksudmu?” tanyanya dengan bingung

“berjanjilah”

“ne, aku berjanji yue-ah. Ada apa?”

“kau tahu kan saat aku menjawab aku takut dengan hal yang bernama cinta chanyeol?” chanyeol hanya diam dan mengangguk. Aku pun menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ceritaku

“aku sakit. Aku takut untuk merasakan cinta karena aku takut aku akan menyakiti orang yang kucintai nanti. Aku tak mau suatu saat aku meninggalkannya tiba tiba karena penyakitku. Kau tahu aku sakit apa chanyeol? Aku…….leukimia………dan dokter sudah memvonisku hanya bisa bertahan hingga awal musim dingin tahun ini” kuseka sedikit air mataku, aku tak mau menangis. Aku tak mau menangisi keadaanku lagi.

“aku sangat takut bahkan untuk menghadapi kenyataan bahwa sekarang sudah musim dingin, aku takut jika aku tertidur nanti aku takkan pernah terbangun lagi. Bagaimana….bagaimana jika tibatiba semua menjadi gelap dan aku sendirian? Bagaimana jika aku sudah terlanjur menyukai seseorang dan aku harus pergi??” ucapku lagi, tubuhku bergetar. Aku menangis dalam diam. Chanyeol menatapku tak percaya, aku tahu dia pasti sangat kaget dengan apa yang baru saja kuceritakan.

Chanyeol berdiri dari tempat ia duduk, menarik tanganku dan melingkarkannya dipinggangnya, menenggelamkanku dalam pelukannya. Tak ada kata yang ia ucapkan, dia hanya memelukku dan mengusap punggungku mencoba memberi kekuatan. Tak berapa lama dia merenggangkan pelukan kami dan menatapku

“takkan ada yang mengambilmu, kau akan bertahan hingga akhir musim dingin bahkan hingga musim dingin terakhir di dunia ini. aku akan menjagamu dan takkan membiarkanmu pergi dariku. Tenanglah yue tenanglah” ucapnya lembut lalu

Chuuu

Dia mengecup keningku dengan sangat amat lembut. Hangat, dan menenangkan. Hanya dua hal itu yang dapat kurasakan sekarang. Kupejamkan mataku sebentar meresapi tiap sentuhan chanyeol yang menghangatkan dan begitu kubuka mataku, aku tahu….getaran itu sejak awal aku mengetahui namanya, aku tahu ada desiran yang berbeda dan semakin besar. Aku tahu bahwa aku sudah jatuh cinta padanya. Maafkan aku Tuhan, manusia berpenyakit ini tak bisa mengendalikan perasaanya. Maafkan aku, maafkan aku karena sudah jatuh cinta pada lelaki ini.

 

***

#3hari kemudian

Author’s pov

Hari ini, namja itu tidak datang ke café milik haenim seperti biasanya. Bukan karena ia tak mau hanya saja ada hal yang lebih penting baginya sekarang. Dia harus menjemput yeoja kesayangannya di rumah sakit. Ya, hari ini Yue akan pulang dan entah bagaimana caranya ia diperbolehkan pulang oleh dokter yang jelas Chanyeol takkan membiarkan yeoja itu pulang sendiri.

Setibanya di rumah sakit, chanyeol segera menuju kamar 207-tempat yue berada. Ia pun membuka pintu tanpa sungkan

“annyeong” sapa chanyeol sambil membuka pintu

“ah, chanyeol? Sudah datangkah?” tanya seorang yeoja dihadapannya. Tubuhnya sangat kurus dan rambutnya kini semakin tipis. Chanyeol mendekati Yue dan mengelus puncak kepala yeoja itu dengan lembut

“tentu, aku tak mau telat untuk menjemputmu pulang^^”

“hehe gomawo. Kalau begitu bagaimana jika kita berjalan jalan hari ini?” tanya yue dengan sumringah

“eh? Ani ani. kau harus istirahat”

“aishhh kenapa pelit sekali sih” ucap yue sambil menggembungkan pipinya dan mempoutkan bibirnya.

“yaaa yaaa jangan begitu” ucap chanyeol yang gemas dengan tingkah yeoja didepannya

“kalau begitu temani aku jalan-jalan ara?” tanya yue lagi, lebih kepada memohon sekaligus memerintah ditelinga chanyeol. Namja itu hanya pasrah dan mengangguk membuat yue tersenyum sumringah. Chanyeol? Tentu saja dia ikut tersenyum. Jangan tanyakan apa status hubungan mereka sekarang, yang jelas chanyeol akan melakukan apapun asalkan itu untuk yue, dan yue? Dia akan menghabiskan seluruh hidupnya dengan chanyeol kurasa.

 

Chanyeol’s pov

Aku menyetir mobil dengan kecepatan normal dan sesekali melihat yue yang sibuk dengan iphone-nya. Sepertinya dia menemukan hal menarik disana.

“melihat apasih? Senang sekali sepertinya” ucapku penasaran

“eummm apa yaaa” jawab yue dengan muka usil, sial dia sedang mempermainkan aku sepertinya-_-

“yaa aku serius”

“hehehe hanya melihat foto foto sungai han” ucapnya sambil terkekeh

“kau ingin kesana?” tanyaku, menebak sebenarnya. Daripada kami tak ada tujuan seperti ini kan

“eh? Kau mau menemani? AYOOOOO!!!” teriaknya dengan heboh dan aku hanya bisa memasang muka -_- kenapa gadis ini sangat ketebak heh? Atau aku yang memang sudah memahaminya? Kkk~ :p

Aku pun segera mengarahkan mobilku kearah sungai han, pada musim dingin seperti ini apa yang bisa kita lihat disungai han? Entahlah yang jelas yue menginginkannya maka aku memberinya. Sesimple itu. alasannya? Aku tahu waktu yue takkan lama lagi, bukannya aku pesimis tapi jika kalian melihatnya langsung maka kalian akan tahu. Sesungguhnya aku sudah menangisi gadis ini berkali kali, takut ya aku terlalu takut membayangkan dia takkan berada disisiku lagi.

“chanyeol? Kenapa bengong?”

“e…eh mwo?” ucapku begitu tersadar dari lamunanku.

“kita sudah sampai dan sedari tadi kau hanya melamun menatap lurus kedepan. Apa kau sudah ada janji?” tanya yue sambil memasang muka bingung, cute sekali!

“hahaha ani, aku hanya sedikit ada masalah dengan waktu tidur jadi tadi aku pusing sedikit. Ayo kita turun” ucapku dan segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk yue

“gomawo” ucapnya sambil tersenyum. Segera setelah itu aku menggandeng tangan yue dan menyesuaikan kecepatanku berjalan dengannya, ya dia semakin sulit untuk bergerak akhir akhir ini tubuhnya melemah dan aku harus bisa menyesuaikan diri

Tak berapa lama setelah menikmati pemandangan yang entahlah sudah tertumpuk salju semua, kami memutuskan untuk duduk di sebuah bangku. Yue menyandarkan kepalanya dipundakku, aku reflek merangkul pundaknya yang entah sejak kapan terasa begitu ringkih…

“eoh kau genit!” ucap yue membuatku kaget

“eh???”

“kau merangkulku, memangnya kau namjachinguku huh?” ucapnya sambil memasang muka sedikit sebal dan aku pun segera menarik tanganku

“mian…” ucapku sambil menunduk, ya status kami yang tak jelas ini juga menjadi bebanku. Maksudku ya masa aku harus menggandeng, memeluk hanya sebagai teman??? Aku menyukainya!!! Aku mencintainya….

“aishhh, jangan sedih begitu eoh aku hanya bercanda pabo hahaha” ucap yue sambil tertawa dan segera menarik tanganku lalu menaruhnya dipundaknya lagi. Gadis ini benar benar ajaib! Aku pun tersenyum dan mengelus puncak kepalanya lembut.

“……”

Diam, tak ada obrolan diantara kami berdua. Ya Tuhan, bisakah kau berhentikan waktu sekarang? Aku hanya ingin menikmati waktuku bersama yue, bisakah kau tidak mengambilnya tahun ini? bisakah kau membiarkannya hidup bersamaku untuk waktu yang lebih lama? Bisakah…..bisakah aku menggantikan posisinya?

“chanyeol…” ucap yue dengan lemah membuatku lagi lagi segera tersadar dari lamunanku

“wae?” tanyaku

 

Yue’s pov

Kusandarkan kepalaku di pundak chanyeol dan menikmati pemandangan sungai han, tak ada obrolan diantara kami. Tuhan….biarkanlah aku merasakan waktu yang lebih lama dengan namja disampingku ini. biarkanlah kami berbahagia untuk waktu yang lebih lama. Tuhan, bolehkah aku mengatakannya? Bolehkah aku mengatakan yang selama ini kurasakan padanya? pantaskah aku Tuhan?

“chanyeol…” panggilku dengan lemah, sepertinya udara musim dingin diluar membuatku semakin lemah

“wae?” tanyanya

“ada sesuatu… yang ingin kuberikan padamu”

“apa?”

Kuambil sebuah buku sketsa yang sudah lama ku isi dengan sketsa sketsa lukisan yang kubuat sendiri. Kuserahkan buku itu pada chanyeol. Dia menatapku dengan bingung

“apa ini?” tanyanya begitu menerima buku itu dariku

“itu untukmu, berjanjilah kau tidak akan membukanya sekarang. Bukalah saat kau sedang sendirian dirumah”

“eh? Wae?”

“yaaa pokoknya lakukan saja ara?” ucapku sedikit memaksa

“heeemmm ok” ucapnya lalu tersenyum “gomawo” lanjutnya. Aku pun mengangguk. Lagi lagi kami terdiam. aku tak suka keadaan begini

“chanyeol”

“wae???”

“apa kau menyukai musim dingin?” tanyaku sambil tetap menatap lurus kedepan. Pertanyaan yang sangat aneh mungkin.

“tentu kau?” jawabnya yang justru balik bertanya padaku

“kalau kau suka aku juga suka” ucapku sambil menyunggingkan senyumku.

“eh, wae?”

“aku tahu jawabanku ini akan sangat aneh tapi karena sedingin apapun salju di musim dingin, asalkan bersamamu aku akan merasa hangat^^” jawabku lagi

GREP

Seketika itu juga, chanyeol menarikku ke dalam pelukannya. Memelukku dengan erat seakan tak memberiku ruang untuk menolaknya walaupun tak terbesit diotakku untuk menolak pelukannya.

“chanyeol…kenapa?” tanyaku yang masih bingung dengan tindakannya walaupun jujur aku menikmatinya

“…..” diam chanyeol hanya diam. Tibatiba baru kusadari tubuhnya bergetar, kurenggangkan pelukan kami dan menatap wajah namja jangkung dihadapanku. Betapa terkejutnya aku melihat apa yang sedang namja itu lakukan

“kau…menangis?” tanyaku dan dia hanya tetap diam mencoba menahan setiap air mata yang sepertinya sudah siap keluar dari mata indahnya itu.

“a…ani”

“bohong. Kenapa chanyeol?” tanyaku yang khawatir pada namja dihadapanku ini

“ani. aku tidak apa apa”

“chanyeol!” ucapku dengan sedikit kesal karena dia tak mau bercerita padaku

“…………aku tak mau kehilanganmu” ucapnya lalu tertunduk, seketika itu juga aku terdiam. Apa yang baru saja kudengar? Aku tak salah dengar kan?

“a…apa?”

“aku tak mau kehilanganmu, Xi Yue”

“tapi…”

“karena itu, jadilah yeojachinguku” ucap chanyeol sambil menatapku dengan lurus membuatku tenggelam pada tatapannya.

 

Chanyeol’s pov

Kata kata itu mengalir dengan sendirinya dari mulutku, entahlah mungkin Tuhan menyuruhku untuk mengatakannya sebelum aku menyesal, sebelum semua terlambat. Kutatap lurus yeoja dihadapanku menuntut jawaban dari apa yang baru saja kuungkapkan padanya.

“chanyeol…. Tapi….” Ucapnya dengan lemah dan ragu ragu. Aku tahu Yue, aku tahu.

“kumohon jawab sesuai dengan perasaanmu, jangan pikirkan yang lain. Kumohon” ucapku sambil memegang kedua pundak kecilnya dengan lembut

“chanyeol tapi aku tak bisa” ucapnya lagi dengan lemah.

“yue, tak bisakah kau menjawab dengan apa yang selama ini ada dihatimu? Tak bisakah kau hanya melihat kearahku dan melupakan semuanya untuk sementara waktu?”

“kau takkan mengerti….kau dan aku sama sama tahu chanyeol, aku….uhuk!” seketika itu juga yue terus batuk dan tak berhenti.  Lalu tibatiba ia pingsan. Mukanya sangat pucat aku pun menjadi sangat panik

“yaaaa!! Yueee!! Kau kenapa!! YUEEE!!!” teriakku panik dan beberapa orang melihat kearah kami, aku pun segera menggendongnya dan membawanya kerumah sakit. Sial! Aku tahu harusnya ia belum boleh pulang dari rumah sakit! SHIT!

 

***

 

Aku hanya duduk dan terus berdoa dari luar ruangan, berharap yeoja bodoh itu baik baik saja. Sudah satu jam dan dokter belum keluar. Sialan, aku semakin negative thinking dibuatnya. Namun tak berapa lama dokter pun keluar

“DOK!!! Bagaimana keadaan yue?” tanyaku dengan spontan dan sedikit berteriak membuat dokter itu kaget sepertinya. Mian dokter…

“ah, anda kerabatnya? Dia sudah agak baikan tapi tolong jangan membawanya keluar seperti tadi kondisi tubuhnya semakin melemah. Maafkan saya, saya tak bisa menjamin apa apa pada anda. Permisi” ucap dokter itu lalu pergi.

Apa katanya? Tak bisa menjamin apa apa padaku? Apa itu artinya dia sudah menjudge kapan yue akan meninggalkanku? Sialan, tahu apa dia? Dia pikir dia Tuhan? Aku pun segera melangkahkan kakiku masuk kedalam ruangan. Ruangan yang sama, ruang 207 tempat yue dirawat sebelumnya

“annyeong” sapa yue dengan lemah

“hey, kau sudah baikan?” tanyaku sambil duduk disampingnya dan menatapnya. Oh Tuhan kenapa dia semakin pucat?

“sedikit, tenanglah aku sudah tidak apa apa.” Ucapnya sambil tersenyum

“arasseo. Baguslah. Eunggg….” Aku tak bisa berbicara, entahlah rasa takutku semakin besar. Rasa takut bahwa dia akan pergi sebentar lagi.

“chanyeol, mianhae”

“eh? Wae?”

“mianhae aku tak bisa memberimu kebahagiaan yang seharusnya kau dapatkan. Mianhae karena aku baru saja membuatmu panik. Mianhae karena aku terlalu lemah. Mianhae aku membuatmu menangis. Mianhae…” ucapnya sambil terisak pelan, dia menangis. Aku pun segera menggenggam tangannya lembut

“kau tak perlu minta maaf, aku melakukan ini semua karena aku ingin bersamamu yue. Kalau kau merasa lemah maka biarkan aku yang menguatkanmu yue”

“aku takut….aku terlalu takut bahkan untuk sekedar menyadari semua ini sejak awal chanyeol…” ucapnya sambil terisak, aku pun segera menatapnya menunggu ia melanjutkan perkataannya

“aku tahu, sejak awal sejak pertama aku tahu namamu aku tahu semua sudah berbeda. Mianhae aku selalu tak berani mengakuinya, mianhae aku takut untuk menunjukkannya. Tapi sekarang, aku tak mau menyesali semuanya chanyeol. Aku….aku mencintaimu….maaf…hiks maafkan aku maafkan aku karena semakin membebanimu dengan perasaanku maaf….” Ucapnya sambil menangis. Kutatap yeoja dihadapanku itu aku pun menariknya ke dalam pelukanku.

“uljima…jebal. Aku tak apa apa, aku tak pernah menganggapmu bebanku, tak pernah sekalipun terbesit diotakku. Kau tahu? Aku tak pernah menyesal mencintaimu Xi Yue, aku bahagia karena aku bisa dekat denganmu dan menjagamu. Jangan pernah kau berasumsi seperti itu, aku menyayangimu dan aku ingin menghabiskan waktuku denganmu. Jangan meminta maaf karena tak ada yang perlu dimaafkan, tak ada yang salah dengan ini semua yue” ucapku lalu mengecup puncak kepala yue dengan lembut. Tuhan…..seandainya mukjizat itu ada sekali ini. kumohon

“gomawo…gomawoyo untuk semuanya park chanyeol. Kau berjanji akan selalu berada disisiku?”

“janji^^” ucapku sambil mengaitkan kelingkingku ke kelingkingnya yang kecil, dia tersenyum. Senyum tercantik dari seorang Xi Yue yang pernah kulihat.

“kalau begitu aku mau tidur sekarang, kau temani aku ne?” pintanya yang lebih terdengar seperti ucapan terakhirnya bagiku.

“tentu saja tuan putri” ucapku dan segera menggenggam tangannya, perlahan dia memejamkan matanya. Kalian tahu? Sejujurnya ingin sekali aku melarangnya memejamkan matanya sekarang, ingin sekali aku memaksanya untuk tetap membuka matanya dan menghabiskan waktunya denganku tanpa sekalipun membiarkan dia tertidur. Kenapa? Karena aku tahu…..aku sangat tahu…..

Tak butuh waktu lama hingga genggaman tangan itu terlepas, hingga hembusan nafas itu berhenti, hingga alat sialan itu hanya menunjukkan garis lurus. Sekarang kalian tahu? Ya, karena aku sudah menyadari semuanya. Karena inilah saat saat terakhir yue….

Aku menangis, memeluknya dengan erat. Ya Tuhan, apakah ini hukumanmu padaku? Apa salahku? Apa salah yeoja ini? aku terus memeluk yue yang sudah tenang dan pergi ke tempat dimana aku tak bisa menggapainya. Yeoja kesayanganku, yeoja cinta pertamaku……Xi Yue, mianhae aku tak bisa melindungimu. Mianhae aku tak memberanikan diri untuk mengenalmu lebih awal, padahal sudah lama aku memperhatikanmu. Mianhae…mianhae karena aku mencintaimu dan membuatmu mencintaiku juga. Mianhae. Hanya kata itu yang terus terulang ulang diotakku. Penyesalan? Ya, aku menyesal.

Aku teringat akan buku sketsa yang tadi diberikan Yue padaku, kutatap buku itu dengan nanar. Bolehkah aku membukanya sekarang yue? aku pun membuka buku sketsa itu. halaman pertama, berisikan sebuah tulisan bahwa buku itu milik Xi Yue, dan halaman kedua….

desiran itu datang sejak aku melihatmu untuk pertama kalinya, senyummu, matamu yang besar dan indah, rambut hitammu yang jatuh dengan bagusnya. Aku akui, aku tertarik”

Itulah isi halaman kedua dan disana terdapat lukisan……..ku? lukisanku???? Disana terlihat aku yang sedang menyesap secangkir minuman, yue? apakah selama ini kau melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan? Hatiku tergetar, kau tahu Yue kau sangat jahat. Sekarang aku harus melihat semua hingga halaman terakhir.

Halaman ketiga

“Pagi ini dia terlihat sedikit pucat, kantung matanya cukup besar. Kau tahu kau terlihat sangat cute bahkan disaat seperti ini”

Saat itu aku memang kurang tidur karena aku harus mengerjakan banyak sekali tugas kuliahku. Bagaimana kau bisa menggoreskan sebuah pensil untuk menghasilkan lukisan se-real ini yue? kubaca setiap halaman. Yue menuliskan satu kalimat di tiap lukisannya yang menggambarkan diriku. Kuhela nafasku panjang, mataku terhenti di halaman terakhir. Disana, terlukis aku sedang duduk di kursi taman rumah sakit. Tidak, bukan lukisan ini yang membuatku terhenyak bahkan sampai merasa sesak, tapi sebuah caption di dalamnya

“Tuhan, tak pernah kulihat lagi guratan ceria diwajahnya. Semenjak dia tahu aku seperti ini dia selalu bermuka muram, Tuhan izinkan dia mendapatkan kebahagiaannya dan jangan biarkan dia menganggap kebahagiaannya adalah aku. Tuhan, tahukah kau bahwa namja ini namja yang paling berharga untukku? Aku tak perlu balasan, tapi izinkan aku mencintai seorang sebelum waktuku habis…. Sebelum mata ini tertutup selamanya dan jantung ini tak berdetak. Izinkan aku mencintai Park Chanyeol, Tuhan”

Aku terdiam, air mataku terus mengalir. Apa kau juga merasakan hal yang sama selama ini yue? apa kau memikirkanku seperti aku memikirkanmu? apa kau melihatku sebagaimana aku melihatmu? Kenapa kau harus meninggalkan bekas yang begitu dalam sekarang, kenapa kau tinggalkan aku dalam keadaan yang seperti ini? Hari ini, detik ini. semua terasa lebih dingin dari hari apapun dimusim dingin. Gadis itu kukenal dihari pertama musim dingin, gadis itu mencintaiku di musim dingin, gadis itu juga….meninggalkanku dimusim dingin. Ya, dia seperti salju. Putih dan lembut, memberimu kesan dingin diawal namun sebenarnya penuh kehangatan sayang salju tak memiliki waktu yang cukup lama untuk menghangatkan setiap orang,  sama seperti Yue. Dia tak memiliki cukup waktu untuk bersamaku… selamat tinggal Xi Yue, gomawo. Gomawo sudah menjadi kenangan musim dingin yang paling hangat bagiku.

 

***

 

EPILOG

Xi Yue’s side

Setiap pagi aku selalu menghabiskan waktu di café ini, sekedar meminum kopi hangat atau cappuccino di pagi hari menenangkan pikiranku. Aku Xi Yue, seorang pelukis perantauan dari China. kalian tahu kenapa aku selalu suka ke café ini? ya tentu karena makanan dan minuman disini enak tapi lebih dari itu. setiap aku kesini aku akan selalu duduk di tempat yang sama. Menatapnya sesekali karena aku terlalu takut untuk kepergok olehnya.

Namja itu, namja berambut hitam yang  sangat tinggi. Dia sepertinya kenal dan akrab dengan pemilik café ini, mereka selalu mengobrol, mereka tidak pacaran kan? Well kalian bisa menyebutku cemburu yah aku juga yeoja biasa. Walaupun aku tak mengenalnya tapi melihatnya setiap hari sudah lebih dari cukup untukku. Kuambil pensilku dan mulai menggoreskannya di atas buku sketsaku, sesekali aku tersenyum menatap lukisanku. Tuhan, aku tak pernah memintamu untuk menjadikannya milikku aku hanya memintamu untuk menjaga lelaki ini, izinkan aku dengan sisa waktuku untuk mencintainya tak perlu dari dekat, tak perlu balasan, aku hanya ingin mencintainya dari jarakku yang sekarang. Membatasi karena aku tak ingin menyakiti. Membiarkan rasaku ini tumbuh dan pergi sendirinya. Dan suatu hari nanti, izinkan namja itu melihat bukuku ini dan memilikinya, agar dia tahu ada seorang yeoja yang selalu mencintai dan memperhatikannya, seorang yeoja bernama Xi Yue.

 

 

THE END

Autumn

Title:    Autumn

Author: Mrs OH(@icaclrss on twitter)

Casts:   Byun Baekhyun EXO K

            Kim Haenim OC

Other casts: Find them by your self

Genre: Romance, Sad

Length:     One Shoot

Summary: daun daun berguguran dan memenuhi jalan seakan memblock setiap langkahku untuk menemuimu. Seakan menghalangi setiap langkahku yang hendak menghampirimu. Mencoba menghapus sisa jejakmu. Menghapus memori pertama sekaligus terakhir bersamamu. Hai kamu, apa kabar? Apa musim gugurmu seperti musim gugurku disini? Apa kau masih mengingat hujan dikala itu?

 

Author’s pov

Pagi itu matahari enggan menunjukkan sinarnya. Hanya awan gelap yang menyelimuti seoul dan angin yang dingin menusuk setiap tulang. Disebuah ruangan, terlihat seorang namja sedang membereskan barang-barangnya. Memasukkan setiap barangnya ke dalam tasnya dan menyematkan tas punggungnya dengan segera lalu berlari keluar kelas.

Tak jauh dari kelas itu, terlihat beberapa orang yang sibuk membuka payungnya atau berlari untuk menghindari hujan yang cukup deras saat ini. tak terkecuali namja itu, dia segera berlari dengan kencang menghindari setiap tetesan air yang menyerangnya terus menerus tapi nihil, ia tetap basah kuyup

“aaah sial!” umpat namja itu dengan sebal dan akhirnya dia memilih untuk berteduh di sebuah toko buku yang tak begitu jauh dari sekolahnya. Namja itu membereskan bajunya yang sudah basah kuyup dan rambutnya yang sudah berbentuk tak jelas.

“dasar hujan sialan! HIIIH padahal ini musim gugur kenapa harus hujan terus menerus sih?!” umpat namja itu lagi dengan kesal dan tak sadar beberapa orang memperhatikannya

“jangan marah marah begitu agashi” ucap sebuah suara membuat namja itu segera mencari sumber suara.

“annyeong” sapa suara yang sama. Ya, suara itu milik seorang yeoja. Yeoja itu tersenyum sangat manis

“siapa kau?” tanya namja itu

“aku? Kim Haenim. Kau?”

“aish! Bukan namamu. Eum aku Baekhyun, Byun Baekhyun” ucap namja itu sambil kembali sibuk dengan kemejanya yang sudah mulai mengering.

“oh” ucap yeoja itu singkat sambil menatap baekhyun

“kenapa kau terus menatapku huh?” tanya baekhyun kesal

“aniyo, aku hanya bingung ada namja yang berwajah imut tapi ketus sekali seperti kamu”

“mwo?! Enak saja! Siapa yang kau sebut ketus hah?”

“tuh kan” ucap haenim dengan senyum kemenangan dan membuat baekhyun salah tingkah.

“aish. Terserah” ucap baekhyun dan segera memakai kembali tas punggungnya

“mau kemana baekhyun?”

“pulang.” Ucapnya singkat tanpa menatap haenim dan segera berlari dari toko buku itu sebelum hujan semakin deras.

“berhati hatilah! Annyeong!” teriak haenim dan terdengar oleh baekhyun dari kejauhan

“terserah” ucap pelan namja itu yang mungkin hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

 

Baekhyun’s pov

Aku tiba dirumah dengan keadaan setengah basah setengah kering alhasil eomma menertawaiku habis habisan-_- aku pun segera mengganti bajuku dan masuk ke kamarku. Membuka notebook milikku dan membuka beberapa file yang belum terselesaikan

“baekhyuuun, apa kau mau cemilan musim gugur?” teriak eomma dari bawah. Cemilan musim gugur katanya? Apalagi ini?

“nee terserah eommaaa~” ucapku asal karena jika aku tidak segera menjawab pasti eomma akan terus meneriakiku. Aku Byun Baekhyun tinggal bersama eommaku di rumah yang terbilang cukup mewah. Appaku sedang berada di luar negeri dan mungkin hanya setahun sekali kembali ke seoul. Aku anak tunggal itulah kenapa keluargaku sangat menyayangiku dan memberi apapun yang aku inginkan

“tadaaa~~ ini cemilanmu baekkiiii~” ucap eomma sambil menyodorkanku sepiring penuh cookies

“apa ini? Cuma cookies? Apanya yang cemilan musim gugur?” ucapku bingung

“eits! Rasakan dulu. Ibu mencampurnya dengan bunga sakura yang baru saja gugur di belakang rumah”

“MWO?! Eomma menyuruhku makan bunga?-_-“

“aish banyak protes yang namja ini. coba rasakan dulu!” perintah eomma membuatku diam dan menurutinya

“ne gomawo eomma”

“cheonma chagiyaa” lalu eomma pun berlenggang pergi dari kamarku.

Aku pun kembali menatap tugas-tugasku untuk minggu ini. segera kuambil kacamataku dan memakainya. Meraih sebuah cookies musim gugur itu dan memakannya. Tak buruk juga, rasanya enak. Sepertinya eommaku memang pandai bereksperimen ^^

Tiba tiba pikiranku melayang pada gadis itu. kim haenim. Entahlah, dia wangi bunga sakura persis seperti cookies ini. bedanya dia tidak ditambah dengan bau cookies hangat. Aku pun melepaskan kacamataku

“kim haenim huh?” ucapku bermonolog dan kembali memakan cookie itu.

 

#ESOKNYA

Author’s pov

Pagi itu langit cukup cerah ditemani angin yang menyejukkan. Daun daun terus berguguran memenuhi jalan yang bahkan membuat beberapa orang kesulitan untuk berjalan karena jalan yang terlalu penuh. Seorang namja mengencangkan syal di lehernya dan berjalan santai menyusuri bahu jalan

“tak marah marah lagi huh?” ucap sebuah suara membuat namja itu menoleh ke belakang

“kau….?!” Pekik baekhyun kaget

“aish, aku bukan setan agashi hahaha tak perlu ketakutan begitu” ucap haenim santai

“apa yang kau lakukan disini?” tanya baekhyun ketus

“ini kan jalan umum jadi bebas dong siapa saja yang lewat sini agashi” jawabnya sambil tersenyum

“berhenti memanggilku agashi dan mengajakku bicara”

“eoh ketus sekali kau byun baekhyun pantas kau tidak memiliki teman”

“apa maksudmu hah?!” ucap baekhyun emosi sambil mencengkram tangan haenim membuat yeoja itu kesakitan

“aw! Appo!”

“jangan pernah muncul dihadapanku. Jangan suka ikut campur urusanku, ara?” ucap baekhyun datar dan melepaskan cengkraman tangannya lalu menghilang dari hadapan haenim membuat gadis itu menatapnya penuh keraguan

“kalau tak begini kau tak akan melihatku kan….” Gumam haenim bermonolog dan melanjutkan perjalanannya ke sekolah.

 

Baekhyun’s pov

“sial. Mimpi apa aku semalam dianugerahi bertemu seorang yeoja berisik seperti itu? tidak ada teman katanya? Tahu apa dia soal aku dan kehidupanku huh? Bertemu saja baru kemarin kan! Ish menyebalkan!!” gerutuku sepanjang koridor menuju kelasku

“aigooo, ada apa denganmu baekki?” tanya chanyeol, namja jangkung yang merupakan teman sebangkuku

“bukan urusanmu” ucapku ketus dan berjalan mendahuluinya. Dapat kudengar jelas chanyeol mendengus pasrah karena aku selalu tertutup darinya. Ya dia memang selalu mengikutiku dan mengajakku bicara tapi bagiku aku tak butuh orang orang macam dia. Aku hanya harus menamatkan sekolahku dengan cepat dan kuliah lalu menghidupi keluargaku baru setelah itu menikahi seorang gadis. Simple dan mudah. Itulah rencanaku, dan itulah kenapa aku tak butuh orang orang menyusahkan macam chanyeol begini.

“baekhyun-ah” ucap suara berat itu lagi. Chanyeol

“wae?”

“aniyo. Hanya saja kau wangi sekali pagi ini”

“mwo?”

“wangi……bunga sakura!”

Deg

“ap…apa maksudmu?!” ucapku gelagapan

“waaah kau habis dari rumah perempuan ya??? Ayo ngakuuuu~~” ucap chanyeol dengan nada usilnya membuatku justru semakin gelagapan

“a..ANIYOO! aku tidak dari rumah siapapun!!” teriakku dengan kesal”

“lalu kenapa kau wangi bunga sakura? Wanna tell me?” tawarnya usil dan aku pun Cuma membalikkan badanku

“whatever” ucapku singkat

“OOOOOH JADI MAU AKU SEBAR NIH? BAIKLAAAAH~ HEY SEMUANYAA BYUN BAEKHYUN TERNYATA SEMA……”

“DIAM KAU NAMJA JANGKUNG!” teriakku sambil membungkam mulutnya dengan susah payah berhubung tinggi kami yang cukup jauh membuatku harus jinjit untuk menyumpal mulut bawelnya itu. beberapa orang melihat kearah kami. Ah tidak lebih tepatnya kearah chanyeol, muka mereka terlihat aneh sekaligus takut. Ada apa sebenarnya?

“hohe hohe. Heharang hau mahu mehehihankhanh hemhua hadhahu hkanh?” ucapnya sambil tetap mulut yang kubungkam dengan tanganku.

“ne” ucapku singkat. Daripada memperpanjang hal sia sia ini kan?

 

***

 

Chanyeol duduk dengan manis dihadapanku, menopang dagunya dengan mata berbinar binar. Seperti akan mendapatkan kado natal saja

“yaaa baekhyun-ah ayo ceritakan padaku” rengeknya karena sudah 15menit kami dalam posisi berhadap hadapan dan diam

“aish baiklah baiklah. Kau…kenal kim haenim?”

“kim haenim? Eummmm…eoh! Dia anak kelas sebelah baekhyun! Ada apa?”

“dia…..gadis itu selalu memaki parfum wangi bunga sakura”

“mwo? Darimana kau tahu? Kau penguntit ya? Hiiii” ucapnya bergidik ngeri

Pletak! Segera kujitak kepalanya

“bukan begitu pabo! Aku hanya bertemu dengannya pagi ini dan mungkin wanginya melekat pada seragamku!!”

“euh appo! Eum apa kau selama itu bersamanya hingga parfumnya melekat padamu?”

“entahlah. Tapi kau benar mengenalnya?”

“tentu saja! Ingin bertemu dengannya?” tawar chanyeol yang segera kujawab dengan gelengan

“aniyo. Tidak. Aku tak mau berurusan dengannya! Dia suka ikut campur”

“eh?”

“eum…dia bilang aku tidak pernah punya teman…” ucapku sambil menatap lurus kearah jendela

“bukankah memang itu benar?”

“MWO?!” tanyaku dengan kesal, cih dia sama saja dengan haenim

“tapi itu dulu. Sekarang kan kau sudah menjadi temanku ne? ^^” ucapnya sambil menunjukkan deretan gigi rapinya. Tanpa sadar aku pun terbengong. Ya, ini kali pertama ada yang menyebutku “teman” mereka.

“eh? Apa kau tidak mau menjadi temanku baekhyun-ah? Mengapa diam saja eoh?” tanya chanyeol dengan muka memelas

“aniyo…..gomawo” ucapku sambil menunduk

“gomawo? Untuk?”

“untuk menjadi temanku…….”

“aish!! Cheonmaneyoooo baekhyun-ah!^^ tak perlu mengucapkan terimakasih ne” ucapnya lagi sambil menepuk nepuk pundakku dan tertawa. Ternyata dia orang yang cukup menyenangkan juga. Kurasa.

 

Author’s pov

Dari sudut ruangan itu, seorang gadis sedang memperhatikan kedua namja yang sedang asyik mengobrol. Dia menyunggingkan senyumnya dan berlenggang kembali ke kelas.

“syukurlah. Akhirnya teman pertamamu berhasil kau dapatkan” ucap yeoja itu bermonolog.

#sepulang sekolah

Baekhyun segera membereskan barang barangnya seperti biasa dan menyematkan tasnya dipunggungnya

“baekhyun-ah!” ucap sebuah suara berat yang sudah ia kenali

“waeyo yeol?”

“apa kau akan langsung pulang?”

“sepertinya… wae?”

“ajari aku matematika ya??? Mau tidak? Aku benar benar tidak mengerti pelajaran tadi >< jebaaal T^T” pintanya pada baekhyun sambil memelas

“aigooo, baiklah baiklah. Mau belajar dimana huh?”

“di toko buku dekat sini, bagaimana?”

“baiklah. Kajja”

Akhirnya kedua namja itu pun berjalan menuju toko buku yang sama dengan toko buku tempat baekhyun mengenal haenim untuk pertama kali. Baekhyun pun segera duduk di pojok ruangan yang terdiri dari sebuah meja dan dua buah kursi. Ya toko buku ini memang dilengkapi dengan fasilitas café kecil untuk bersantai ria. Dan baekhyun memilih tempat yang paling strategis dekat dengan rak buku

“kau ingin pesan apa?” tanya chanyeol sambil membolak balik menu

“eum, cappuccino.” Ucap baekhyun datar dan memakai kacamatanya

“baiklaah, waiterrr!” panggil chanyeol dengan cukup keras membuat baekhyun harus menutupi mukanya karena beberapa orang melihat kearah mereka.

“MWO?? HAENIMMM?!!” teriak chanyeol membuat baekhyun segera menjauhkan buku yang sedari tadi menutupi mukanya

“a…hai chanyeol. Hai….baekhyun” ucap haenim terbata entah karena panik atau kaget mendengar teriakan chanyeol yang terlewat besar.

“apa yang kau lakukan disini???” tanya chanyeol penasaran

“aku? Aku…eung….” Jawab haenim sambil memutar mutar bola matanya.

“kau pelayan disini? Kerja sambilan?” tanya baekhyun dengan nada datar

“aniyo! Bukan!” ucap haenim agak cempreng membuat tatapan orang orang kembali kearah mereka dan baekhyun lagi lagi menutupi wajahnya dengan buku

“lalu apa???” tanya chanyeol penasaran lagi (-_-)

“eummm. Ini toko buku milik ayahku aku hanya membantu beliau untuk menjaganya” ucap haenim sambil tersenyum tipis disertai anggukan dari chanyeol dan baekhyun

“jadi….agashi sekalian ingin memesan apa?” tanya haenim lagi pada mereka

“ah iya 2 cappuccino ya haenim-ah!” ucap chanyeol semangat

“dan…..aku pesan seorang gadis bernama kim haenim untuk duduk bersama kami” ucap baekhyun tanpa melepaskan pandangannya dari buku membuat haenim dan chanyeol kebingungan mendengarnya. Namun akhirnya haenim mengangguk dan menuju dapur menyiapkan pesanan kedua namja itu.

 

Baekhyun’s pov

Kurasakan sedari tadi ada orang yang menatapku. Aku pun segera menyingkirkan buku dihadapanku dan mendapati chanyeol sedang menatapku lekat lekat

“YAAA! Jangan menatapku seperti gay begitu!” ucapku ketus

“mwo? Siapa yang menatapmu seperti gay? Aku sedang mencari kebenaran tau” jawab chanyeol santai dan membuatku menaikkan sebelah alisku

“kebenaran apa?”

“kau. Me-nyu-ka-I ha-e-nim kan? ^^” tanyanya dengan mata berbinar binar

Pletak! Entah kali keberapa aku menjitaknya

“jangan sembarangan bicara kau!” ucapku sebal dan kembali sibuk pada bukuku

“tuh kan semakin ditutupi semakin terlihat~ baiklah! Aku ini orang baik. Aku pergi duluan ya baekhyun-ah!! Bersenang senanglah dengan haeniiiim~~ ^^” ucapnya sambil beranjak pergi meninggalkanku yang masih terbengong bengong menyadari dia benar benar pergi meninggalkanku sendirian.

Tak berapa lama haenim sudah datang dengan membawa nampan dan menatapku dengan bingung

“apa?” tanyaku datar

“chanyeol. Kemana dia?”

“tidak tahu. Kau. Duduklah” ucapku singkat. Entahlah aku merasa ada yang aneh. Seperti ada kupu kupu yang terbang di perutku

“ne. ini cappuccinomu baekhyun”

“gomawo”

Hening. Seketika hening tak ada pembicaraan diantara kami. Aku pun meminum sedikit cappuccino milikku dan melayangkan pandanganku pada yeoja didepanku. Rambutnya tak begitu panjang, hanya sebahu dengan gelombang sedikit di bagian bawah. Warnanya coklat dan entahlah rambut itu begitu indah dimataku.

“kau….selesai kerja jam berapa?” tanyaku. Ya pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku. Diluar kendaliku

“eh? Sekarang aku sudah bisa pulang kok. Kenapa?” tanyanya padaku membuatku justru kebingungan

“eung…anu…kau….ingin jalan jalan tidak? Ya sekedar permintaan maaf karena keketusanku pagi ini” ucapku asal

“nde. Tentu saja baekhyun-ah^^” ucapnya sambil tersenyum

“chakkaman ne?” lanjutnya dan berlari kearah dapur. Mungkin mengganti bajunya. Tak butuh waktu lama dia sudah keluar dengan dress selutut dan sebuah tas kecil di pundak kanannya

“kajjaaaa baekhyun-ah!” ucapnya riang sambil menarik tanganku dan aku pun segera membereskan barang barangku.

 

Author’s pov

Dua orang remaja itu berjalan menyusuri bahu jalan yang dipenuhi daun daun musim gugur dan angin yang cukup dingin. Sesekali haenim mengencangkan syal miliknya karena hembusan angin yang menusuk tengkuknya.

“dingin sekali eoooh” keluh haenmin sambil menggosokkan kedua telapak tangannya. Mencari kehangatan

“sedingin itukah?” tanya baekhyun dan menatap yeoja disampingnya

“he em. Kau tidak merasa dingin?”

“merasa kok hanya saja tidak sedingin yang kau rasakan sepertinya” ucap baekhyun dengan senyum tipis

“WAAAAH! Kau tersenyuuum!!” teriak haenim riang hampir melompat

“eh?” tanya baekhyun kebingungan

“kau tersenyum! Padaku! Pertama kali waaaah” ucap haenim kegirangan dan melompat lompat, tanpa sadar kakinya terpeleset dan…

GREP!

“dapat!” teriak baekhyun begitu ia berhasil menangkap tubuh yeoja itu ke dalam dekapannya. Membuat jantung haenim berdetak berjuta kali lebih cepat dari biasanya.

“gwenchana?” tanya baekhyun lagi sambil melihat yeoja dihadapannya, tanpa menyadari wajah yeoja itu sudah merah padam

“…..ne” ucap haenim singkat dan menjauh dari baekhyun. Ya, diluar perkiraan ternyata menjadi sedekat ini dengan baekhyun membuatnya hampir mati bahagia

“yakin? Kau terlihat sakit. Mukamu merah begitu”

“ini bukan merah karena sakit pabo!” ucap haenim sebal karena baekhyun sama sekali tidak peka. Dan yang dikatakan pabo pun hanya mengangkat bahu tak mengerti lalu lanjut berjalan.

“baekhyun-ah”

“wae?”

“apa kau….suka musim gugur?” tanya haenim sambil menatap lurus kearah jalan yang penuh dengan tumpukan daun daun

 

Haenim’s pov

Aku sudah lama menyukainya. Memperhatikannya dari jauh. Melihat setiap gerak geriknya. Aku tak sendirian, begitu banyak yang menyukainya dan lebih banyak lagi yang memiliki nasib yang sama denganku. Hanya menatapnya dari jauh, melihatnya, menjaga dan mendoakannya dari jauh. Dia begitu diam dan dingin. Dia persis seperti musim gugur, tenang diam namun dingin. Dan setiap sudut dari dirinya seperti daun daun musim gugur yang selalu memenuhi hatiku. Ya, dia Byun Baekhyun

“apa kau….suka musim gugur?” tanyaku pada namja disampingku sambil menatap lurus kejalan yang sudah dipenuhi tumpukan daun. Persis seperti hatiku.

“eh? Apa maksudmu?” tanyanya bingung

“apa kau suka musim gugur?”

“tidak.” Jawabnya singkat lalu mengunci mulutnya rapat rapat.

“kenapa?”

“aku. Benci musim gugur” ucapnya lagi dengan datar

“kenapa kau membencinya?” tanyaku lagi yang mungkin lebih terdengar seperti introgasi bagi baekhyun

“kau ingin tahu huh?” tawarnya padaku dan kujawab dengan anggukan mantap.

Segera setelah itu kulihat baekhyun berjalan mendahuluiku, duduk disebuah bangku taman dan menepuk bagian sebelahnya yang kosong. Memberiku isyarat untuk duduk disampingnya. Aku pun menurut dan duduk disampingnya. Kulihat dia menarik nafas dan menghembuskannya membuat uap uap muncul dari bibir tipisnya.

“musim gugur merebut diriku” ucap baekhyun. Singkat. Namun penuh kemisteriusan

“merebut…..dirimu?” ulangku dengan penuh kebingungan

“kau tidak mengerti? Kalau begitu suatu hari nanti kau akan mengerti, ara?” ucapnya. Lagi lagi ia tersenyum dengan eye smilenya membuat hatiku terasa sesak.

“suatu hari nanti?” tanyaku lagi masih dengan kebingungan yang teramat sangat. Entahlah aku merasa ada yang aneh dengan baekhyun akhir akhir ini.

“apa kau masih bisa merasakan keberadaanku sekarang?” tanyanya lagi sambil tersenyum tipis

“tentu saja! Apa maksudmu?”

“aniyo…gomawo. ^^ aku pergi duluan ya” ucapnya padaku lalu beranjak pergi. Seketika menghilang. Persis seperti daun musim gugur yang terbang terbawa angin

 

***

 

Setibaku di rumah, kakakku Jongin oppa menghampiriku dengan muka panik. Kulihat keringat yang bercucuran di pelipisnya. Ada apa dengannya? Apa sesuatu terjadi?

“haenim!” ucapnya sambil memegang kedua pundakku. Membuatku semakin bingung ada apa sebenarnya

“waeyo oppa??? Kenapa kau seperti orang ketakutan begitu??” tanyaku

“darimana saja kau?”

“dari….taman bersama baekhyun” ucapku singkat

Seketika itu juga kulihat raut wajah jongin oppa yang berubah drastis. Wajahnya menjadi aneh. Antara takut bingung dan sedih. Dia menepuk puncak kepalaku pelan dan tersenyum miris.

“berhentilah bersikap begini, haenim-ah” ucapnya padaku sebelum akhirnya dia menjauhkan tangannya dariku dan masuk ke ruang tv. Aku pun memutuskan untuk masuk ke kamarku. Tak mengerti apa yang dimaksud dengan jongin oppa dan apa yang baekhyun maksud tadi saat kami di taman.

 

Baekhyun’s pov

Kumainkan jemariku dengan malas. Menatap keluar jendela kamarku. Sesekali aku bisa mendengar suara tangisan ibu dari bawah. Pedih? Ya sangat. Tapi satu satunya hal yang bisa kulakukan hanya mendengarnya tak mampu berbuat apa apa. Pandanganku mulai kabur dan pusing menyerang kepalaku.

Sama. Sama seperti saat itu. semua terjadi begitu saja. Entahlah. Cuma chanyeol dan haenim yang menyadari keberadaanku. Atau mungkin mereka belum tahu? Tapi kenapa? Aku tak mengerti. Apa Tuhan menyuruhku untuk menjadi orang yang peka terhadap mereka? Apa Tuhan menyuruhku untuk meladeni dua manusia itu? entahlah

Aku masih terus berkutat dengan pikiran pikiran yang entah kapan terjawabnya. Kuputuskan untuk naik ke atas tempat tidurku dan membenamkan wajahku di bantal favoritku. Lalu aku berpikir

“tidakkan terlalu telat bagimu untuk menyadarinya byun baekhyun?”

“tidakkah harusnya sedari dulu kau menerima pertemanan dari seorang park chanyeol?”

“apakah pantas untukmu mengusik kehidupan seorang yeoja? Yang sudah sangat jelas tak mungkin kau miliki? Apakah pantas kau menyukainya sekarang? Bukan dulu. Ketika kau masih ‘ada’”

Semua pertanyaan itu berputar dikepalaku. Membuatku semakin pusing. Tuhan, aku hanya takmau meninggalkan bekas luka apapun disini. Kumohon bagaimanapun caranya izinkan setidaknya aku meninggalkan kenangan yang baik bagi mereka. Maafkan aku, maafkan aku ibu, chanyeol, dan kau haenim.

 

Author’s pov

Malam itu angin musim gugur lebih dingin dari biasanya. Membuat orang orang mempertebal selimut ataupun jaket yang mereka kenakan tak terkecuali namja jangkung itu. dia menyelimuti dirinya setebal mungkin. Terdengar isakan tangis yang penuh kesedihan dibalik selimutnya.

“hiks….bagaimana ini? aku terlalu senang bisa berbicara denganmu. Tapi bagaimana esok? Bagaimana nanti? Apa kau tetap akan disana dan menjadi temanku byun baekhyun?” isak chanyeol dalam gelapnya ruang itu. dia tahu. Dia menyadarinya. Hanya saja, perasaan seorang teman yang kehilangan itu tak secepat itu menerima keadaan.

 

***

#ESOKNYA

Pagi itu suasana masih sama. Angin musim gugur yang dingin. Daun daun yang menutupi jalan. Orang orang yang berlalu lalang kesana dan kemari. tak terkecuali seorang namja jangkung. Dia berjalan perlahan sambil memegang setangkai bunga. Melihat kesekitarnya seakan mencari sesuatu. Langkah terhenti di samping sebuah pohon bunga sakura yang sudah hampir botak karena bunga bunga yang berguguran.

“annyeong. Apa kau akan datang lagi?” sapanya sambil tersenyum dan menaruh setangkai bunga di samping pohon itu. beberapa orang menatapnya aneh. tapi namja itu tak peduli, setidaknya biarlah dia mengenangnya atau sekedar memberinya sapaan pagi.

Namja itu meneruskan perjalanannya, dia menatap lurus ke depan. Melewati toko buku yang sama seperti kemarin kemarin. Memejamkan matanya dan menyembunyikan air matanya

“apa kemarin itu nyata?” ucapnya pelan namun lirih. Ya, berharap kemarin ia sempat mengabadikan momen mereka dengan sebuah foto walaupun hasilnya nanti akan mengecewakan. Setidaknya ia butuh sebuah kenangan.

“mengapa kau menangis?” tanya sebuah suara. Lembut.

“hae…haenim?”

“annyeong chanyeoool!^^ mengapa kau menangis?” tanyanya lagi membuat chanyeol memutar kedua bola matanya. Tidak dia bukannya tidak tahu jawabannya hanya ia tak mau mengatakannya pada yeoja didepannya ini.

“aniyoo hehe. Kau mau berangkat sekolah?” tanya chanyeol mengalihkan pembicaraan

“he eum.  Ayo berangkat bersama!^^”

Pada akhirnya mereka berjalan berdua menuju sekolah. Dalam perjalanan tak begitu banyak kata yang terucap. Haenim tahu ada yang aneh dengan chanyeol tapi ia juga tahu chanyeol takkan mau menceritakannya. Tak mau terlihat lemah, itulah pemikiran haenim.

 

Haenim’s pov

Aku terus menatap namja jangkung disampingku. Kalau dipikir pikir dia ini lucu juga ya pantas banyak juga wanita yang mengejarnya. Rambut lurus yang jatuh dan sikapnya yang ramah. Belum lagi suara bassnya serta perawakannya yang memang pria pasti banyak yeoja yang jatuh hati padanya…

“eoh, kenapa melihatku terus huh? Kau naksir? :p” ucap chanyeol. Mulai usil sepertinya-_-

“aishhh tidak! Aku baru menyadari kenapa banyak yeoja yang mengejarmu”

“eh jinjja? Kenapa? Karena aku tampan? Hahaha”

“hiiiiih menyesal aku mengatakannya!” ucapku sebal dan melangkah mendahului chanyeol. Namun

GREP

Kurasakan sebuah tangan menarikku dan aku pun segera menoleh ke belakang. Kudapati chanyeol memegangi tanganku. Tubuhnya bergetar….

“kau? Menangis?” tanyaku ragu

“……” diam. Dia hanya diam. yaTuhan keanehan apa lagi ini

“chanyeol. Waeyo?” tanyaku yang mulai takut sesuatu terjadi disini. Seakan semua saling berkesinambungan.

“….hyun…” ucapnya pelan. Hyun?

“hah? siapa maksudmu?”

“baekhyun….. apa kau benar benar dapat merasakan ia ada?” ucapnya. Lirih. Sendu. Dan seakan mencoba lari dari kenyataan.

Seketika itu juga angin musim gugur kembali berhembus. Menerpa rambutku membuat pandanganku seakan kabur untuk sesaat. Dingin. Menusuk.

“apa yang kalian berdua lakukan disini?” tanya sebuah suara. Suara yang sangat kukenal. Suara yang entah mengapa kurindukan.

“baekhyun?” tanya chanyeol ragu. Ya benar dia baekhyun.

“apa yang kalian berdua lakukan disini?” tanyanya lagi dengan muka bingung. Tunggu mengapa baekhyun terlihat lebih pucat? Maksudku dia memang putih tapi ini…..terlalu putih

“baekhyun-ah kau baik baik saja?” tanyaku dan berjalan mendekati baekhyun namun

Grep!

Lagi lagi chanyeol menggenggam tanganku. Tapi berbeda. Kali ini lebih erat dan terasa sedikit sakit. Ada apa dengannya?

“kenapa….kenapa kau masih disini?” tanya chanyeol. Dengan terbata, yang kutahu pertanyaan itu ditujukan pada baekhyun. Ada apa ini sebenarnya? Mereka tidak sedang bertengkar antar teman kan?

 

Baekhyun’s pov

“kenapa….kenapa kau masih disini?” chanyeol akhirnya mengatakannya. Ternyata ia sudah sadar. Aku hanya diam terpaku di posisiku. Tersenyum tipis

“aku? tentu aku sedang berjalan menuju sekolah park chanyeol” jawabku. Tidak baekhyun. Kau sangat tahu kau tidak bisa ke sekolah.

“jangan bercanda!!! Kauuu!!! Kau sudah tidak ada disini!” teriak chanyeol. Dapat kulihat jelas raut muka bingung dari haenim. Oh ayolah gadis ini tidak menyadarinya? Aku pun berjalan mendekat. Menepuk pundak chanyeol pelan

“tenanglah. Aku kesini. Hanya terakhir kali. Setidaknya biarkan haenim menyadarinya. Biarkan aku bercerita…” ucapku pelan dan chanyeol pun segera mengerti.

“apa maksudmu? Apa yang harus aku sadari?” tanya haenim padaku. Aku tahu dia sebenarnya sudah menyadarinya.

“haenim-ah, terimakasih sudah menyadari keberadaanku selama ini….”

“apa maksudmu? Semua orang juga tahu kau ada di sekolah di mana mana baekhyun!” ucapnya memotong perkataanku. Membuatku tersenyum miris mendengarnya. Maaf haenim.

“tidak haenim. Hanya kau, chanyeol, dan ibuku. Hanya kalian bertiga yang menyadari keberadaanku. Sekarang aku bertanya padamu, apa kau benar benar merasakan keberadaanku? Hawa panas tubuhku? Apa kau benar benar merasa aku ada?” ucapku lirih. Ternyata mengakui bahwa kau sudah lama lenyap itu menyakitkan.

“apa maksudmu….” Ucap haenim hampir menangis. Aku tahu dia menangis karena dia menyukaiku. Pasti karena rasa itu jugalah dia selalu menganggapku ada. Aku tahu.

 

Haenim’s pov

“apa maksudmu???” tanyaku. Lagi dan lagi. Aku tak mengerti. Semua terlalu membingungkan.

“tak ingatkah kau kejadian saat pertama kali kita berbicara?” tanya baekhyun sambil tersenyum padaku. Ingatanku pun dibawa kembali pada saat itu

#flashback

Hujan musim gugur memang yang paling merepotkan. Dingin. Menusuk. Berangin. Semuanya terasa buruk bagiku, tapi tunggu…. Sepertinya hujan kali ini memberiku berkah. Kulihat sosok namja itu sedang meneduh di bagian depan toko milik ayahku. Lelaki itu terus mengeluh dan mengeluh. Aku pun berjalan mendekat dan berdiri disampingnya, sayang dia terlalu emosi hingga tak menyadari keberadaan seorang yeoja yang satu sekolah dengannya.

“jangan marah marah begitu agashi” ucapku singkat dan kusadari dia mencari cari sumber suara.

“annyeong” sapaku begitu tahu dia sudah melihatku. Aku tersenyum semanis mungkin

“siapa kau?” tanya namja itu

“aku? Kim Haenim. Kau?”

“aish! Bukan namamu. Eum aku Baekhyun, Byun Baekhyun” ucap namja itu sambil kembali sibuk dengan kemejanya yang sudah mulai mengering.

“oh” ucapku singkat sambil menatap baekhyun

“kenapa kau terus menatapku huh?” tanya baekhyun kesal, dia terlihat imut sekali ><

“aniyo, aku hanya bingung ada namja yang berwajah imut tapi ketus sekali seperti kamu”

“mwo?! Enak saja! Siapa yang kau sebut ketus hah?”

“tuh kan” ucapku dengan senyum kemenangan dan membuat baekhyun salah tingkah.

“aish. Terserah” ucap baekhyun dan segera memakai kembali tas punggungnya lalu berjalan keluar dari tokoku

“mau kemana baekhyun?”

“pulang.” Ucapnya singkat tanpa menatapku dan segera berlari dari toko buku itu sebelum hujan semakin deras.

“berhati hatilah! Annyeong!” aku berteriak dan berharap teriakanku terdengar oleh baekhyun dari kejauhan. Aku tersenyum memandangi punggungnya yang mulai tak terlihat. Aku pun bersiap masuk ke toko kembali ketika

BRUUUAKKK!!!

Terdengar bunyi yang begitu keras dari arah baekhyun pulang tadi. Aku pun segera membalikkan badanku. Yang kupastikan adalah darah terus mengalir bercampur hujan yang semakin deras. Aku menangis. Dan terus menangis

#flashback end

Aku terpaku menyadari apa yang sebenarnya sudah terjadi. Tidak. Aku sebenarnya sudah sadar hanya aku tak mau mengakuinya. Semua terekam begitu jelas. Bagaimana tubuh kecil itu bersimbah darah. Bagaimana orang orang panik menyadari ia sudah tak bernyawa. Ia…..Byun Baekhyun….

“sudah ingat ne?” tanya baekhyun sambil tersenyum. Tipis namun miris

“baek…baekhyun….” Ucapku terbata. Tidak. Aku tak mau. Aku tak mau mengingatnya

“aku rasa Tuhan sengaja membuat kalian menyadari keberadaanku ^^” ucapnya sambil tersenyum. Tidak baekhyun, aku selalu ingin melihat senyummu untukku tapi tidak begini.

“tuhan menyuruhku untuk setidaknya memberikan kenangan sebagai teman pada chanyeol, dan menyadari keberadaanmu karena selama ini kau terus memperhatikanku haenim ^^ gomawoyooo” ucapnya sambil membungkuk dihadapanku dan chanyeol. Kulihat chanyeol hanya tertunduk, dia tak sanggup mengatakan apapun lagi

“apa maksudmu….” Ucapku lagi

“ingat saat aku bilang aku tak menyukai musim gugur haenim?” dan aku menjawabnya dengan anggukan

“itu karena…..dihari saat musim gugur datang untuk pertama kalinya. Aku justru berada disini untuk terakhir kalinya…. J” ucapnya lagi dengan tersenyum. Tanpa sadar aku pun berlari dan memeluknya. Memeluknya erat seakan tak mau melepaskannya

“aku mencintaimu! Aku mencintaimu byun baekhyun! Tidaakkkk! Kau tidak boleh pergi seperti ini!” teriakku dan mengeratkan pelukanku.

“mianhae. Mianhae sudah menjadi orang yang sangat dingin dan tak peduli pada kalian dan pada orang orang yang sudah menangisiku. Mulai sekarang hiduplah dengan keadaan yang baru, jangan menganggapku ada. Jangan berharap aku akan datang ke tokomu dan berbicara ketus padamu lagi. Jangan juga kau berharap aku menjitak kepalamu lagi chanyeol! Aku harus pergi. Sampai jumpa suatu hari nanti ne?” ucapnya sambil melepaskan pelukanku dan berjalan menjauh. Perlahan dan kemudian menghilang…

Ya, hari ini. hari ke-5 di musim gugur. Aku menyadarinya keberadaannya yang sudah menghilang. Aku dan chanyeol mencoba saling menguatkan. Kami kehilangan sahabat sekaligus orang yang kusuka secara bersamaan. Hanya sebuah memori yang tersisa. Memori yang begitu menyakitkan. Bahkan hanya untuk sekedar menyadari bahwa kami memiliki memori itu.

 

#musim gugur tahun berikutnya

Author’s pov

Yeoja itu sedang membereskan buku buku ditokonya, mengelap kaca yang mulai berembun. Hari ini masih pagi dan cuaca sudah mulai mendung

“haaaah kenapa harus sedingin ini sih?” keluh yeoja itu sambil mengeratkan syalnya

“jangan mengeluh begitu, semakin banyak mengeluh kau terlihat makin jelek” ucap namja jangkung disampingnya

“MWO?! Aishhh! Menyebalkan!!” teriak yeoja itu sambil terus menggosok kaca

“eh haenim, apa tidak apa apa aku berkunjung kemari setiap pagi untuk sarapan?” tanya namja itu lagi, ya dia chanyeol

“he eum tenang saja. Appa sudah menganggapmu anak sendiri kok. Lagipula….kau mengincar gadis yang sering datang kesini itu kan?hehehehe” ucap haenim usil pada chanyeol membuat namja itu malu

“yaaa! Jangan diexpose! Heuhh lebih baik aku membantu ayahmu didapur!” ucap chanyeol lalu berjalan menuju dapur meninggalkan haenim yang tertawa penuh kemenangan.

Diluar, hujan sudah mulai turun membasahi jalanan yang sudah penuh tertumpuk daun daun musim gugur. Membuat haenim penasaran untuk keluar dan mencium aroma hujan. Dia berjalan keluar dari toko, mengadahkan telapak tangannya dan membiarkannya basah oleh hujan. Dia berjalan menyusuri bahu jalan dengan santai. Berhenti di sebuah pohon bunga sakura dan bersandar disampingnya. Haenim memejamkan matanya dan tersenyum tipis

“annyeong. Tahun ini musim gugur datang lagi, dan kau tahu? Hujan pun datang lagi. Entahlah aku merasa semakin banyak daun yang berguguran dan menutupi bekas bekas jejakmu tahun lalu. Apa kabarmu? Hai kamu… apa musim gugurmu sama seperti musim gugurku? Apa kau masih mengingat hujan disaat itu, Byun Baekhyun?”

 

THE END

 

 **NOTE: It’s a season fanfiction. well, the first is autumn and the second one will be winter ^^ i know this ff isn’t good enough but i hope you guys can leave at least a shorty comment hehehe thanks for reading and sorry because i’m still learning to use wordpress really need a pro to teach me how to edit ‘this’ and ‘that’ :(((